Rondeaktual.com, Kota Batu – Wongso Suseno (74 tahun), Monod (62 tahun), dan Nurhuda (53 tahun), hadir di arena tinju Daud Yordan di Jawa Timur Park 3, Kota Batu, Minggu (17/11/2019).
Ketiganya duduk terpisah dari tempat duduk undangan khusus yang disediakan oleh Wali Kota Batu Dewanti Roempoko untuk para mantan petinju Kota Malang dan sekitarnya.
“Kami disuruh duduk di sini, begitu permintaan panitia,” kata Monod, juara Indonesia kelas bulu yunior tahun 1983 dan juara Indonesia kelas ringan yunior tahun 1989. “Nanti mau dipanggil satu-satu,” Monod meneruskan. Monod pertama naik ring membawa nama Arema Malang kemudian Javanoea Malang.
Tak lama kemudian atau sebelum pertandingan tinju berlangsung, panitia memanggil Monod, kemudian Nurhuda, dan terakhir Wongso Susesno. Ketiganya disebut sebagai legenda tinju, yang pantas mendapat penghargaan.
Seorang wartawan pengalaman dalam liputan tinju asal Jakarta, iseng bicara begini: “Ada uangnya nggak? Jangan-jangan kosong.”
Ternyata, menurut Monod, tidak kosong-kosong amat. Amplop yang mereka terima tertutup tetapi diyakini berisi tumpukan uang kertas. Berapa nilainya? Rahasia.
Sebelum penyerahan penghargaan, Rondeaktual.com menjumpai legenda tinju Jawa Timur, yang pernah mewarnai hingar-bingar tinju pro Tanah Air. Tidak ada wawancara karena suasana yang bising menjelang pertandingan. Namun Rondeaktual.com menyempatkan diri duduk bersama Wongso Susesno untuk beberapa menit.
Wongso Suseno, Sawunggaling Malang, tampak sehat dan lebih agresif bertanya tentang kesehatan dan pekerjaan sebagai jurnalis.
Nurhuda dan Monod duduk di kursi barisan kedua, persis di belakang Wongso Suseno, mantan juara OBF/OBPF kelas welter yunior. Wongso merebut gelar OBF di Istora Senayan, Jakarta, 28 Juli 1975, menang angka12 ronde melawan petinju Korea, Chang-kil Lee. Wongso dua kali sukses mempertahankan gelarnya.
Nurhuda pernah merebut sabuk juara Indonesia kelas bantam dan sabuk juara Indonesia kelas bulu yunior serta gelar juara WBC Intercontinental kelas bulu yunior dan gelar juara IBF Intercontinental kelas bulu yunior. Nurhuda terakhir bertinju di Javanoea Malang.
Nurhuda bertanding sampai tiga kali untuk perebutan gelar juara Indonesia melawan Monod dengan hasil kalah, menang, draw.
Dendam di atas ring tak pernah dibawa-bawa di luar ring. Sejak keduanya bergabung dengan Javanoea Malang pada tahun 1989, Nurhuda dan Monod sangat berhabat. Saling menghormati sampai sekarang.
Tali persahabatan Kera Ngalam (Arek Malang) memang luar biasa. (finon manullang)