Rondeaktual.com, Jakarta – Saya sengaja bersembunyi untuk tidak menjawab sejumlah pertanyaan jelang pertarungan Sabtu malam di Las Vegas atau Minggu pagi WIB. Mereka bertanya; Wilder atau Ortiz?
Saya memilih diam, karena saya lebih suka menulis, bukan mengatur presdiksi.
Jika Anda suka taruhan, maka harus hati-hati. Partai Deontay Wilder (Amerika Serikat) versus Luis Ortiz (Kuba) lebih cenderung sebagai partai KO, jika melihat hasil pertandingan pertama mereka di Barclays Center, NewYork City, New York, Amerika Serikat, Sabtu, 3 Maret 2018.
Boleh dicatat, Wilder tiga kali menjatuhkan Ortiz, sebelum wasit David Fields datang menghentikan pertandingan pada ronde 10, yang sudah berjalan 2 menit dan 5 detik.
Itu jatuh yang sangat menyedihkan. Siapapun yang menyaksikan tradegi tersebut, pasti tidak sampai hati melihat kondisi Ortiz bertekuklutut di atas kanvas ring.
Ortiz pertama kali jatuh pada ronde 5. Straight tunggal Wilder menggoyahkan lutut tua Ortiz kemudian disusul pukulan membabibuta sampai enam pukulan. Wilder sangat emosional dan membanting tubuh Ortiz hingga nyangkut di tali ring paling bawah. Ortiz hampir saja jatuh ke lantai.
Ronde 10, straight Wilder mendarat telak di muka Ortiz membuatnya hilang keseimbangan, seperti orang linglung. Wilder langsung mengejar dan melepaskan tiga pukulan tanpa balas menjatuhkan Ortiz di pinggi ring.
Wasit memberikan hitungan sampai delapan kemudian memegang kedua tangan Ortiz dan membersihkan sarung tinju ke baju wasit.
Itu sudah hilang tiga detik. Wasit masih membuang waktu dengan pura-pura bertanya kepada Ortiz apakah siap atau tidak. Ternyata, meski dalam situasi limbung dan siap atau tidak siap, wasit meneruskan pertandingan. Wilder datang dan dengan mudah, untuk kedua kalinya, memaksa Ortiz tumbang bagai pohon pisang. Ambruk total.
Melihat kondisi yang menyedihkan, wasit tidak lagi memberikan hitungan tetapi langsung melambai sebagai tanda berakhirnya pertarungan yang tidak berimbang. Dokter pertandingan segera masuk dan mengusir wasit agar menjauh kemudian memberikan pertolongan pertama.
Ortiz habis. Wilder melampiaskan kemenangan sekaligus sukses mempertahankan sabuk juara dunia WBC kelas berat tujuh kali berturut-turut. Wilder pertama kali menjadi juara dunia di MGM Grand Garden Arena, 17 Januari 2015, menang angka 12 ronde atas juara Bermane Stiverne (Kanada).
Menderita KO amat buruk tidak membuat Ortiz lari. Ia berjuang sampai mendapatkan hak tanding ulang.
Ortiz berkeras mengadakan pertarungan ulang dengan Wilder karena ada peluang untuk menurunkan dominasi Wilder. Ortiz memang habis di ronde 10. Tetapi, setidaknya penonton melihat kejadian besar pada ronde 7.
Di sana, di ronde 7, Ortiz melepaskan pukulan kidal membuat Wilder sempoyongan. Ortiz mengirim pukulan susulan. Mungkin sudah terbiasa in fight, Ortiz lupa mengatur jarak pukul dan masuk lebih dekat, yang membuka jalan bagi Wilder untuk merangkul demi menyelamatkan dirinya dari knockout.
Ortiz gagal menutup langkah Wilder dan itu satu-satunya ronde yang dimenangkannya dengan mutlak; 10-8.
Dari 10 ronde pertadingan pertama mereka, Ortiz hanya sekali mendapat peluang hampir memenangkan gelar juara dunia kelas berat.
Itulah salah satu modal besar Ortiz dalam menghadapi duel di Las Vegas nanti. Kedua petinju sama-sama memiliki khans besar untuk memenangkan pertandingan melalui knockout.
Pasar taruhan menyebut Wilder favorit 6;1. Tetap hati-hati. Sebab segala sesuatu yang tidak disangka-sangka bisa saja terjadi. Bukan tidak mungkin terjadi knockout di ronde-ronde awal, mengingat kedua petinju sama-sama suka menyerang. Sama-sama punya killing punch. Sama-sama berbahaya.
Biarlah Ortiz tidak favorit. Tetapi, dia tetap menyimpan tangan tangguh yang bisa menjatuhkan Wilder kapan saja. Ortiz memilii dua tangan yang sama berbahayanya. Ortiz rajin melepaskan jab-jab kanan sebagai taktik untuk membuka pertahanan lawan. Namun, Ortiz sering melepaskan pukulan kanan tunggal yang kuatnya setara dengan tangan kirinya.
Ortiz menyadari kekalahannya dan mengakui bahwa persiapan tanding ulang jauh lebih bagus dari pertandingan pertama.
Ortiz ingin mencetak sejarah besar sebagai juara dunia tertua dari Kuba. Bahkan Ortiz ingin menjadi juara dunia kelas berat tertua sepanjang sejarah tinju, menghapus catatan juara dunia kelas berat tertua George Foreman 45 tahun.
Ortiz sekarang berusia 40 tahun, yang diakui dalam rekor tinju. Tetapi melihat perjalanan karirnya sejak amatir, Ortiz sudah berusia 50 tahun, bukan 40.
Banyak yang bisa di kejar. Bukan hanya gelar juara dunia kelas berat, tetapi Ortiz bisa menjadi raja kelas berat untuk mendapatkan bayaran besar.
Bagi Wilder, jika memenangkan pertarungan, dia tidak akan menghasilkan catatan spesial. Mau disebut sebagai juara dunia kelas berat terbesar sepanjang sejarah tinju?
Jangan dulu. Masih ada Joe Louis, yang menyandang gelar juara dunia kelas berat selama hampir 13 tahun dengan rekor 26 kali memenangkan kejuaraan dunia kelas berat.
Perjalan Wilder masih panjang. Jika ingin namanya masuk dalam daftar sejarah kelas berat, mau tidak mau harus menunggu setidaknya lima tahun lagi dan tetap sebagai juara dunia. Tidak boleh putus.
Bila Wilder mengalahkan Ortiz, maka dia akan mencatat rekor 10 kali memenangkan kejuaraan dunia kelas berat.
Masih sebatas itu. Belum mendekati rekor Muhammad Ali, apalagi Joe Louis.
Finon Manullang, menulis dari Desa Tridaya, Jawa Barat.