Rondeaktual.com – Kelas berat pertama kali masuk Indonesia ketika Muhammad Ali (Amerika Serikat) mengalahkan juara dunia George Foreman (Amerika Serikat).
Itu merupakan pertarungan yang sangat bersejarah, yang dikenal sebagai The Rumble in the Jungle, Kinshasa, Zaire, 30 Oktober 1974.
Sejarah tinju mencatat lebih 60.000 orang menyaksikan pertarungan. Jab-straight Ali mendarat telak menjatuhkan Foreman pada ronde 8, persis di tengah-tengah ring.
Tiga jam setelah kemenangan Ali, atau sekitar pukul 14.30, Cahaya Kita, koran sore yang sehari-hari sulit laku tiba-tiba terjual habis hanya dalam hitungan tak sampai 1 jam. Laku keras bagai kacang goreng.
Satu jam kemudian, atau sekitar pukul 15.30, Sinar Harapan, koran sore yang dipandang paling berpengaruh, beredar dan sama larisnya terjual habis di pinggir jalan dan di sejumlah persimpangan lampu merah, di Ibu Kota.
Itulah sejarah kelas berat pertama kali masuk Indonesia melalui berita kemenangan besar Ali atas Foreman. Sampai sekarang dan sudah 45 tahun berlalu peristiwa The Rumble in the Jungle, Kinshasa, Zaire, 30 Oktober 1974, masih tetap dikenang.
Pertarungan itu sangat kuat dalam ingatan dan sampai sekarang dianggap sebagai salah satu pertarungan kelas berat terbesar sepanjang sejarah tinju.
Setelah mengalahkan Foreman, Ali mempertahankan gelarnya sebanyak 10 kali dengan mengalahkan: Chuck Wepner di Cleveland, Ron Lyle di Las Vegas, Joe Bugner di Kuala Lumpur, Joe Frazier di Manila, Jean Pierre Coopman di San Juan, Jimmy Young di Maryland, Richard Dunn di Munich, Ken Norton di New York, Alfredo Evangelista di Landover, dan Earnie Shavers di New York.
Setelah itu Ali habis. Ali kalah angka melalui pertarungan 15 ronde yang tidak disangka-sangka melawan pendatang baru Leon Spinks di Las Vegas, 15 Februari 1978.
Spinks mencatat sejarah baru memenangkan kejuaraan dunia kelas berat dalam pertandingan pronya yang kedelapan.
Tujuh bulan kemudian di New Orleans, Lousiana, 15 September 1978, promotor Don King mengatur pertarungan ulang, yang dimenangkan Ali melalui keputusan angka 15 ronde.
Ali menebus kecerobohannya dan merebut gelar juara dunia WBA kelas berat sekaligus mencatat sejarah baru sebagai orang pertama tiga kali menjadi juara dunia kelas berat.
Entah mengapa Ali mengundurkan diri membuat gengsi kelas berat perlahan-lahan tenggelam.
Tak lama muncul Larry Holmes sebagai juara dunia WBC kelas berat yang baru. Holmes berumur 28 tahun ketika merebut gelar lowong WBC melalui kemenangan angka dalam pertarungan 15 ronde melawan Ken Norton, di Las Vegas, 10 Juni 1978.
Sepanjang lebih dua tahun dan tujuh kali mempertahankan gelar WBC, popularitas Holmes tak terangkat. Gengsi kelas berat ambruk, sampai akhirnya Don King berhasil membujuk Ali agar bersedia comeback melawan Holmes. Pelatih Ali, Angelo Dundee gagal mencegah ambisi Ali.
Ali sudah berusia 38 tahun dan berstatus penantang ketika menghadapi Holmes, yang merupakan mantan perusuhnya sebagai sparring partner.
Pertarungan Ali-Holmes berlangsung di Las Vegas, 2 Oktober 1980, membuat sejumlah ruas jalan di Ibu Kota sepi. Ekonomi lumpuh hampir dua jam. Orang-orang sengaja memilih berdiri di pinggir pertokoan sepanjang Glodok, Pinangsia, Jakarta Barat, menyaksikan Holmes-Ali.
Para toke bersemangat membawa televisi dari rumahnya. Sementara orang-orang yang memiliki jabatan bagus membawa televisi ke kantor. Sehingga tua-muda kaya-miskin dapat menyaksikan pertarungan Holmes-Ali melalui siaran langsung TVRI.
Itu salah satu peristiwa yang sangat bersejarah bagi olahraga tinju Tanah Air. Ali yang dulu diagung-agungkan menjadi bulan-bulanan serangan jab-straight Holmes yang datang bertubi-tubi. Ali 38 tahun akhirnya kalah berdiri pada ronde 10 atas Holmes yang berumur 30 tahun. Didampingi pelatih Angelo Dundee, Ali berdiri di sudutnya dan menolak meneruskan ronde 11.
Setelah Holmes berkuasa, pertarungan kelas berat mulai tidak disukai. Padahal, Holmes kurang hebat apa. Tinggi besar gagah dan kuat serta memiliki jab-straight terbaik sampai sekarang. Holmes sudah mengalahkan nama besar seperti Ken Norton, Mike Weaver, Leon Spinks, Gerry Cooney.
Cooney adalah petinju kelas berat Amerika mewakili kulit putih, yang diharapkan bisa menghentikan dominasi kelas berat kulit hitam. Namun Holmes menghentikan perlawanan Cooney pada ronde 13, melalui 14 pukulan beruntun tanpa balas di Las Vegas, 11 Juni 1982.
Holmes berkuasa sebagai juara dunia kelas berat selama tujuh tahun tanpa putus.
Michael Spinks (adik Leon Spinks yang mengalahkan Ali) datang menyudahi nama besar Holmes. Di Las Vegas, 21 September 1985, Spinks yang datang dari kelas berat ringan ke kelas berat mengalahkan Holmes melalui putusan angka 15 ronde. Holmes kehilangan gelar juara dunia IBF kelas berat.
Tanding ulang tidak juga menghasilkan apa-apa. Spinks sekali lagi mengalahkan Holmes dengan angka 15 ronde.
Era Spinks tidak lama. Tubuhnya nyangkut di tali ring dan tumbang hanya dalam 91 detik di tangan “Si Leher Beton” Mike Tyson, di Atlantic City, 27 Juni 1988.
Kemunculan Tyson membuat sejarah pertandingan kelas berat di Indonesia menjadi luar biasa. Semua lawan Tyson tumbang tanpa belas kasihan.
Tyson, yang dijuluki The Iron Man, bertahan sepanjang empat tahun lebih sebagai raja kelas berat sampai akhirnya underdog James ”Buster” Douglas datang melucuti semua gelar juara dunia milik Tyson, yang favorit 42-1. Douglas menjatuhkan Tyson pada ronde 10 di Tokyo Dome, Tokyo, Jepang, 11 Februari 1990. Douglas menjadi juara dunia kelas berat IBF, WBC, WBA.
Douglas pulang dan disambut sebagai pahlawan di kampung halamannya, Columbus, Ohio. Percaya atau tidak percaya, Douglas mabuk sanjungan dan KO ronde 3 di Las Vegas, 25 Oktober 1990, dihantam Evander Holyfield.
Holyfield berjasa mengangkat gengsi pertarungan kelas berat. Ia dua kali kejuaraan dunia melawan Mike Tyson.
Pertarungan pertama di MGM Grand Garden, Las Vegas, 28 Juni 1997, Tyson frustasi kemudian menggigit sampai sompal telinga Holyfield.
Masih melalui tayangan siaran langsung di Indonesia, Holyfield dua kali bertarung melawan Lennox Lewis (Inggris), yang mampu menyita perhatian. Orang-orang harus berhenti bekerja dan duduk di depan layar televisi untuk menyaksikan salah satu pertarungan kelas berat terbesar dalam sejarah tinju.
Holyfield tidak pernah menang. Pertandingan pertama berakhir draw 12 ronde dan dimenangkan Lewis dengan angka 12 ronde ketika rematch di Thomas & Mack Center, Las Vegas, 13 November 1999. Malam itu Lewis menjadi juara dunia kelas berat IBF, IBO, WBC, WBA.
Lewis dua kali menghentikan Tyson dan sekali menang kontroversial atas Vitali Klitschko.
Era Lewis tidak lama. Juara dunia kelas berat tak pernah abadi. Selalu datang yang baru. Dari Douglas turun ke Holyfield. Kemudian Lewis, Klitschko dan disusul adiknya Wladimir Klitschko.
Saling menjatuhkan. Namun tidak ada yang bisa menandingi popularitas Muhammad Ali. Tidak ada yang bisa menyamai kedahsyatan tangan maut Mike Tyson.
Sekarang ada Deontay Wilder, juara dunia WBC kelas berat. Wilder sangat spesial karena sudah 10 kali mempertahankan gelar.
Wilder dua kali mematahkan ambisi raksasa kelas berat Kuba, southpaw Luis Ortiz. Di Barclays Center, New York City, 3 Maret 2018, Ortiz TKO ronde 10. Di MGM Grand Garden, Las Vegas, 23 November 2019, Ortiz TKO ronde 7.
Wilder juga berhasil melambungkan gengsi kelas berat ketika bertarung 12 ronde melawan raksasa kelas berat Inggris, Tyson Fury di Staples Center, California, 1 Desember 2018. Wilder tiga kali menjatuhkan Fury, sekali pada ronde sembilan dan dua kali pada ronde 12. Tetapi pertarungan yang sangat mendebarkan itu berakhir imbang. Tanpa pemenang.
Minggu pagi (Sabtu, 7/12/2019, malam di Diriyah) Anthony Joshua berhasil memotong ambisi Andy Ruiz.
Di Arab Saudi, Clash on the Dunes, Joshua kembali menjadi juara dunia kelas berat IBF, IBO, WBC, WBA Super.
Itu merupakan kejuaraan dunia kelas berat pertama di Timur Tengah.
Di Asia baru Malaysia (Ali vs Joe Bugner 1 Juli 1975), Filipina (Ali vs Joe Frazier 1 Oktober 1975) , dan Jepang (Tyson vs Tony Tubbs 21 Maret 1988 dan Tyson vs Douglas 11 Februari 1990), yang sanggup menyelenggarakan kejuaraan dunia kelas berat.
Finon Manullang, menulis dari Desa Tridaya Tamsel, Jawa Barat. [email protected]