Rondeaktual.com – Rais Abbas, 54 tahun, adalah wasit/hakim nasional asal Maluku Utara. Bisa jadi dia paling sering mendapat tugas untuk berbagai kegiatan nasional di Tanah Air.
Rais Abbas memulai karir wasit/hakim di Ternate.”Itu di Open tournament Mercury Cup tahun 2001,” kata pria tinggi dan gagah ini.
Rais Abbas sudah berusia 36 tahun ketika pertama kali terjun sebagai wasit. Tidak ada kata terlambat. Sejak Mercury Cup ia semakin sering menjalankan tugas wasit/hakim, karena kemampuannya memang di atas rata-rata wasit/hakim yang ada di daerahnya.
Rais Abbas bukan orang yang cepat puas diri apalagi sampai besar kepala. Ia terus mendalami perwasitan. Membaca buku tentang aturan wasit/hakim sangat menolongnya dan kemauannya mendengarkan saran atau pendapat dari para senior.
“Yang meminta saya maju sebagai wasit, waktu itu adalah senior saya Abang Upy Pelu. Dari Upy Pelu dan rekan-rekan lain terus membimbing saya. Saya sangat senang, karena menjadi wasit itu adalah kemauan saya sejak lama.”
Selain nama tadi, Rais Abbas masih punya guru besar, yaitu sejumlah petinggi di Pertina pusat.
“Guru wasit saya antara lain almarhum Hans Watuna (Air Madidi, Manembo-nembo, Bitung, Sulawesi Utara), almarhum Pulo Pardede (Cawang, Jakarta Timur), almarhum David Radja (Kupang, Nusa Tenggara Timur), almarhum Henky Nanlohy (Tangerang Selatan, Banten), termasuk Bapak Asril Gootje yang di Medan dan senior-senior yang sekarang petinggi di Pertina pusat.”
Rais Abbas mulai dipercaya sebagai wasit/hakim nasional di Kejurnas PPLP di Ternate, tahun 2006. Itu artinya sudah 13 tahun sebagai wasit/hakim sertifikat nasional. Rekornya sudah hampir 300 kali sebagai wasit. Setiap tahun bisa berkali-kali mendapat panggilan tugas wasit/hakim.
Itu sebuah prestasi. Rais Abbas tidak ingin berhenti. Ia akan terus menambah jam terbang wasit nasional. Apalagi fisiknya masih fresh.
Seorang wasit, menurut Rais Abbas harus sehat jasmani dan rohai. “Seorang wasit yang baik itu, dia harus menguasai seluruh Aturan Pertandingan. Harus rajin baca dan itu mutlak supaya tidak tertinggal. Seterusnya, dia harus percaya diri dan tidak lupa berdoa meminta petunjuk dari Allah.”
Rais Abbas termasuk sangat senior sebagai wasit nasional, mengapa tidak bergeser mengambil bintang AIBA?
“Sejujurnya saya pingin sekali menyandang bintang AIBA,” jawabnya. “Saya ingin juga seperti teman-teman lain, ada yang bintang satu, bintang dua, dan bintang tiga yang tertinggi. Namun, terganjal dengan beberapa alasan dan mungkin rahmat itu belum berpihak ke saya. Saya berharap pada suatu saat nanti bisa menjadi salah satu peserta ujian bintang AIBA.”
Sekarang Maluku Utara setidaknya memiliki empat orang wasit nasional dan 30 wasit daerah. Wasit daerah sering mendapat kesempatan tampil di setiap kejuaraan yang diselenggarakan oleh Pengprov Pertina Maluku Utara.
Ketika tulisan ini dimuat hari Kamis (12/12/2019), Rais Abbas masih berada di Ternate. Pukul empat sore ia akan terbang menuju Kabupaten Bogor. Namanya sudah terdaftar sebagai wasit/hakim nasional untuk tugas Pra PON Wilayah Tengah dan Wilayah Timur jilid 2 di GOR Laga Satria, Komplek Stadion Pakansari, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Pertandingan Pra PON akan berlangsung selama delapan hari, mulai 13 hingga 20 Desember. Berdasarkan SK yang diterimanya, Rais Abbas dan seluruh ofisial ring yang bertugas harus tiba di Bogor hari ini, atau sehari menjelang pembukaan Pra PON.
Rais Abbas bersama 17 wasit/hakim lainnya siap memberikan tugas terbaik sekaligus bersama-sama menjaga citra wasit/haim.
18 WASIT/HAKIM: Rais Abba (Maluku Utara), Yuni Lubis (Sumatera Utara), Hadi Subroto (Riau), Nisaul Muminah (Bengkulu), Abi Raihan (Bangka Belitung), Supriyadi (Lampung), Elzan (Banten), Elly Pangaribuan (DKI Jakarta), Charles Simamora (DKI Jakarta), Poli Terinate (Jawa Barat), Cirikiwa (Jawa Barat), Siti Hamidah (Jawa Barat), Soebandrio (Jawa Tengah), Sunarko (Jawa Timur), Gunawan (Nusa Tenggara Barat), Sahbil Amirullah (Kalimantan Timur), Serdi Pangandaheng (Sulawesi Utara), Glen Semi Noya (Papua).
Rais Abbas lahir di Makian, Gunung Kie Besar, Maluku Utara, 21 Agustus 1965. Seorang PNS, dua kali menikah. “Istri saya yang pertama bernama Haryati R Abbas, almarhum yang memberikan saya dua cowok dan satu cewek. Sekarang saya sudah menikah dan hidup bersama Tatiek Prahesty,” Rais Abbas menjelaskan.
RAIS ABBAS
Jalan Daniel Bohang, Gang 2, Nomor 300, Kelurahan Salero, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara.
(ra/finon manullang)