Rondeaktual.com – Petinju kelas terbang adalah petinju yang beratnya 50.802 kilogram atau 112 pon. Di luar itu overweight.
Salah satu petinju kelas terbang Indonesia paling dikenang dan paling sering ditulis sudah pasti Ippo Gala.
Mengapa Ippo Gala?
Pertama, Ippo Gala adalah juara Indonesia kelas terbang keluaran Garuda Jaya Jakarta, yang pembinanya antara lain Simson Tambunan, Rio Tambunan, Anton Sihotang (ketiganya telah tiada). Ippo lahir di Cilacap, Jawa Tengah, bernama Slamet, menjadi juara termuda. Memulai karir tinju pro ketika berusia belum 16 tahun. Pada usia17 tahun dan 4 bulan ia sudah menjadi juara Indonesia kelas terbang.
Kedua (barangkali ini yang membuat Ippo Gala terus-menerus menjadi sumber berita), ia adalah petinju Indonesia satu-satunya yang pernah bertanding melawan Manny Pacquiao.
Itu 23 tahun yang silam. Persis pada 27 Juli 1996 di Mandaluyong, Filipina, Ippo Gala, yang didampingi pelatih Dace Maigoda, bertarung 10 ronde kelas terbang melawan Manny Pacquiao, yang ketika itu berusia 17 tahun dan Ippo 26 tahun. Ippo Gala memberikan perlawanan tak mengenal rasa takut. Pada ronde kedua dan baru berjalan satu setengah menit, wasit menghentikan pertandingan. Pacquiao memenangkan laga non gelar itu dengan sangat cepat. Ippo kandas tanpa darah.
Ippo Gala, 50 tahun, sekarang menjadi seorang satpam senior terlama dan terbaik sebuah pabrik di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Ia sudah lama menggantungkan sarung tinju. Sementara, Pacquiao yang berumur 41 tahun masih menyandang gelar juara dunia WBA Super welterweight. Senator Filipina ini diperkirakan mempertahankan gelarnya pada pertengahan 2020.
Saya terakhir jumpa dengan Ippo Gala di pertemuan tinju Sirma Café, Cililitan, Minggu (12/1/2020). Saya tidak bertanya tentang kabar, tetapi mendatangi duduknya di sofa. Kami salaman tanpa bicara apa-apa.
NUR HASJIM ORANG PERTAMA
Meski Ippo Gala paling beken, tetapi orang pertama yang menjadi juara Indonesia kelas terbang adalah Nur Hasjim (Sawunggaling Malang).
Nur Hasjim sempat mempertahankan gelar melalui kemenangan angka 12 ronde melawan Ricky Marantika.
Saya termasuk orang yang beruntung pernah singgah ke rumah almarhum Nur Hasjim di Malang, 17 Desember 1982. Rumah itu terletak di Jalan Ngaglik, dekat tepi Sungai Brantas, Malang, Jawa Timur. Nur Hasjim meninggal dunia di RS Syaiful Anwar, 9 Desember 1982.
Petinju kelas terbang Indonesia yang patut dicatat salah satunya adalah Munadi (Banteng Bandung). Munadi menjadi petinju kedua yang merebut gelar juara Indonesia kelas terbang.
Munadi pernah bertanding di Istora Senayan Jakarta, 14 April 1984, kalah melawan Nixon Gabriel (Scorpio Jakarta). Kubu Munadi tidak terima dan mengajukan keberatan kepada promotor Herman Sarens Soediro. Sempat bertengkat mulut di pinggir ring.
Tanding ulang diadakan oleh promotor Amar Singh di GOR Bulungan, Jakarta Selatan, yang dimenangkan oleh Munadi.
Munadi kehilangan gelar ketika promotor Herman Sarens Soediro menggelar pertandingan di lapangan sepakbola di Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat, 27 Juli 1985.
Saya di sana melalui perjalanan sambung menyambung dari Surabaya ke Pelabuhan Ratu. Ketika itu saya menangani Majalah Tinju Indonesia di Jalan Kalikepiting, Surabaya.
Munadi kalah angka atas Ambri Sanuni (Pirih Surabaya), seorang guru olahraga di Surabaya. Hakim Hendra (Bandung) menilai 117-116 untuk Munadi. Dua hakim lainnya, Jopie Limahelu (Surabaya) 116-112 dan wasit merangkap hakim Sudharsono (Jakarta) 120-112.
Di masa itu seorang wasit masih boleh merangkap sebagai hakim. Sekarang setiap pertandingan tinju pro di seluruh dunia harus tiga orang hakim di bawah. Wasit tidak ikut memberikan nilai.
Ambri Sanusi tidak lama berkuasa karena Ippo Gala datang melucuti gelarnya di GOR Merdeka, Bogor, 28 Desember 1986, yang dipromotori oleh Anton Sihotang.
Masa emas Ippo Gala juga tidak lama dan dia harus keluar dari kelas terbang karena oveweight. Ippo Gala sempat mempertahankan gelar di Jakarta, mengalahkan Alex Rabadeta (Satria Kinajungan Jakarta), dan mengalahkan Yunus Tiran (Asmi Jakarta) di Cirebon.
Gelar juara kelas terbang Indonesia pindah ke tangan Akri Surya (Surya Malang). Dalam pertandingan 12 ronde yang sangat menarik di lapangan terbuka Stadion Kridosono, Yogyakarta, 3 Juni 1989, dan disaksikan oleh Raja Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X, Akri Surya mengalahkan Ippo Gala.
Sri Sultan Hamengkubuwono di tengah arena pertandingan dengan payung. Malam itu langit gelap. Hujan tidak merata.
JOHANNIS NANLOHY DAN UDIN BAHARUDDIN
Kelas terbang Indonesia pernah mendorong Johannis Nanlohy sebagai juara OPBF, yang direbutnya di Jakarta melalui kemenangan TKO atas Rommy Navarette, petinju Filipina yang sudah berkali-kali bertanding di Indonesia.
Johannis kehilangan gelar ketika dipertahankan untuk pertama kali. Ia kalah angka atas rekan senegaranya asal Tebingtinggi, Sumatera Utara, Udin Baruddin, yang naik dari kelas terbang ringan ke kelas terbang. Udin mengalahkan Johannis pada 18 Oktober 1991. Tak lama Udin kehilangan gelar OPBF kelas terbang di Jepang, kalah angka melawan Hisashi Tokushima.
MINTOHADI AKAS PROBOLINGGO
Pada masa lalu, Mintohadi (Akas Probolinggo) adalah seorang juara Indonesia kelas terbang.
Mintohadi pernah enam kali bertanding dalam kejuaraan Indonesia. Ia mengalahkan Ringgo Hasan (Manggala Jakarta), draw melawan Robert Pandingan (Manggala Jakarta), dan empat kali melawan Jack Siahaya (Tonsco Jakarta).
Dari empat kali pertemuan dengan Jack Siahaya, Mintohadi sekali draw di Jakarta, kemudian kalah di Surabaya, menang di Surabaya, dan kalah di Ambon.
Pada pertandingan ulang dengan Jack Siahaya di Gedung Go Skate Surabaya, yang dipromotori A Seng Mintohadi mengalami gangguan penglihatan. Tak lama, dan katanya, akibat salah penanganan oleh seorang tabib, Mintohadi menjadi seorang tunanetral. Dunia gelap gulita dan kini hidup bersama istri ketiganya dengan membuka usaha pijat di Jalan Mayjen Sungkono, Gang 2, Nomor 63, Buring, Kedung Kandang, Malang, Jawa Timur.
Petinju kelas terbang Indonesia terbilang cukup banyak. Namun tak ada yang melangkah ke pentas dunia. Prestasi tertinggi hanya sampai merebut gelar juara OPBF, melalui Johannis Nanlohy dan Udin Baharuddin.
PETINJU KELAS TERBANG INDONESIA ANTARA LAIN: Darwin Marbun (Garuda Jaya), Dobrak Arter (Sawunggaling Surabaya), Hasan Lobubun (Jakarta), Ipung Suwarno (Banteng Jakarta), Mulya Gana (Alamanda Malang), Yani Malhendo (Pirih Surabaya), Jack Amisa (Malang), Hisar Mawan (Kalimantan Barat), Rexi Akbar (Lumajang), Madit Sada, dan masih banyak.
Finon Manullang, menulis dari Desa Tridaya Tamsel, Jawa Barat, [email protected]