Rondaktual.com – Musyawarah Nasional (Munas) Persatuan Tinju Amatir Indonesia (Pertina) XX sudah ditetapkan Rabu dan Jumat, 5 dan 6 Agustus 2020. Tempat Munas akan ditentukan kemudian, tetapi antara Banten atau Labuan Bajo.
Itu keputusan yang saya peroleh saat mengikuti rapat pertama Panitia Munas Pertina XX/2020 di sebuah tempat yang indah di SCBD, Jakarta Selatan, Selasa (3/3/2020) malam.
Rapat dihadiri 14 personalia PP Pertina 2016-2020, termasuk Ketua Umum Johni Asadoma. Setidaknya 11 orang mendukung Johni Asadoma, satu orang fitty-fitty, dan satu orang netral.
Tetapi, dalam Munas nanti tidak seorangpun di antara mereka yang memiliki suara. Munas hanya berlaku bagi seluruh Pengprov (34 suara) dan satu suara dari PP Pertina. Bagi Pengprov yang masa kepengurusannya sudah tenggelam hanya boleh datang sebagai tamu tetapi kehilangan hak suara. Pengprov tersebut tidak boleh ikut dalam memberikan pilihannya. Saat ini ada satu provinsi yang kepengurusannya dibiarkan terlantar.
Munas Pertina XX direncanakan berlangsung di Banten atau di Labuan Bajo.
Bisa dipastikan Banten pilihan favorit karena berada di tengah. Sementara, Labuan Bajo terlalu jauh di Nusa Tenggara Timur.
Tetapi, jika Munas terjadi di Labuan Bajo, setiap peserta tetap aman dari segala ancaman ekonomi. Sebab tadi malam Johny Asadoma sudah menyampaikan jika Munas di Labuan Bajo, maka segala biaya perjalanan dari Jakarta-Labuan Bajo-Jakarta, akan menjadi tanggung jawab PP Pertina.
Labuan Bajo terletak di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tahun lalu Labuan Bajo menjadi tuan rumah penyelenggaraan President`s Cup XXIII/2019. Sayangnya event sebesar itu tidak melibatkan para pengurus Pertina pusat.
Tentang Labuan Bajo, kebanyakan Labuan Bajo sebagai traveling paling lengkap. Di sana ada wisata bahari, wisata budaya, termasuk hewan dari zaman purbakala. Labuan Bajo menyajikan sejumlah destinasi indah, meski saya belum pernah ke sana.
SIAPA CALON KETUA UMUM?
Sampai tadi malam, saya belum bertanya kepada Johni Asadoma apakah beliau mau maju lagi atau cukup sampai di sini saja.
Namun, dari tiga kali bertemu, Johni Asadoma sangat tegas bahwa ia terbuka kepada siapa saja yang ingin memimpin Pertina empat tahun ke depan. Bila tidak ada calon lain, maka Johni Asadoma akan maju tunggal dan secara otomatis aklamasi.
Tetapi, siapa sebenarnya calon ketua umum mendatang? Apa saja kriteria menjadi calon ketua umum? Paling tidak dia harus punya waktu untuk tinju dan punya uang.
Punya sekarung program tetapi tidak diperkuat keuangan yang tangguh hanya akan menghasilkan angan-angan. Bikin sakit kepala.
Dari berbagai percakapan, saya menangkap adanya upaya untuk kembali mendorong Hary Tanoesoedibjo.
Papua, Maluku, Sulawesi 80%, Kalimantan 60%, dan hampir semua Sumatera, terang-terangan menginginkan Hary Tanoesoedibjo.
Dalam Munas Pertina XIX/2016 Jakarta, Hary Tanoesoedibjo bersedia memimpin Pertina asal aklamasi. Akhirnya Hary Tanoesoedibjo tidak mendaftarkan dirinya dan memilih mundur beberapa jam sebelum pemilihan. Ini membuat Johni Asadoma melangkah maju aklamasi.
Meski sangat menginginkan Hary Tanoesoedibjo, namun banyak para mantan tim sukses Hary Tanoesoedibjo tidak percaya kalau pengusaha besar ini mau maju lagi dan lagi-lagi harus bertarung dengan Johni Asadoma.
Belum lama muncul suara dari Sumatare, ada seorang pengusaha sukses di Jakarta asal Sumatera Barat, bahwa dia ingin maju sebagai calon ketua umum.
Dari Kalimantan menyebut ada seorang purnawirawan bintang dunia yang bersedia membesarkan Pertina. Sang jenderal, kata calon tim suksesnya, tidak ingin menjadi Pertina-1, tetapi punya orang yang bersedia menyumbangkan uangnya untuk membangun prestasi Pertina.
Dari Jawa Barat sempat disebut-sebut sedang mencari dukungan untuk jagoannya. Namun disarankan jangan sekali-kali main belakang. Bila memang serius adakan pertemuan dengan Johni Asadoma.
Johni Asadoma pernah mengklaim masih punya pendukung. Meski tidak menyebut siapa saja, tetapi pendukung setia Johni Asadoma bisa dipastikan datang dari: Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Bali, D.I. Yogyakarta, Banten, DKI Jakarta, sedikit dari Sumatera, sedikit dari Kalimantan, sedikit dari Sulawesi.
Hati-hati seragan fajar.
Finon Manullang, menulis dari Desa Tridaya Tamsel Jawa Barat, [email protected]