Rondeaktual.com – Tahun lalu Jonathan “Freeman” Chandra atau Jojo, 23 tahun. berharap bisa masuk Persatuan Tinju Amatir Indonesia (Pertina). Namun, impian Jojo untuk menjadi petinju amatir terkesan sengaja ditenggelamkan. Tidak ada tempat bagi Jojo.
“Saya maunya jadi petinju amatir saja. Saya mau juara nasional kemudian jura kelas berat PON,” kata Jojo Jonathan, 23 tahun. “Tetapi, jalan terkunci sampai akhirnya saya memilih tinju pro sebagai jalan terakhir,” ujar mahasiswa Fakultas Hukum ini.
Untuk masuk tinju juga tidak mudah bagi Jojo, yang mengaku masih berdarah Belanda-Manado. Jojo harus mendekati promotor Martin Daniel dan sengaja datang ke arena pertandingan.
Tidak hanya datang, Jojo harus tempat latihan tinju pro di Sunter, Jakarta Utara, milik Martin Daniel. Jojo harus menjalani latih tanding dengan petinju-petinju pro yang sudah matang dan sudah berkali-kali bertanding.
Itu bukan perjalanan yang mudah. Tidak gampang bagi Jojo untuk menjadi petinju pro. Namun, usaha dan kemauan kerasnya membuahkan hasil.
“Om Martin (Daniel) kasih saya kesempatan tanding pertama melawan Michael Sigarlaki. Itu di tempat terbuka Kampus Asmi (Pulomas, Jakarta Timur). Saya menang,” Jojo menjelaskan, di Jakarta beberapaahari yang lalu.
Menang di pertandingan pertama, Jojo langsung menerima kontrak pertandingan kejuaraan Indonesia kelas berat versi Asosiasi Tinju Indonesia (ATI).
Ditangani pelatih Jack Macan dan pelatih Little Holmes (keduanya mantan juara Indonesia), Jojo bertanding melawan David Koswara dan menang TKO ronde kedua. Jojo, kelahiran 5 September 23 tahun silam, berhasil tampil sebagai juara Indonesia kelas berat.
Itu terjadi di GOR Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Jumat, 29 November 2019.
TKO David Koswara di ronde kedua sempat dipertanyakan, karena sebelumnya dia diperkirakan menyerah pada ronde 7.
”Persiapan saya hanya satu minggu. Kalau saya kalah sebelum waktunya, saya kira itu wajar saja. Kalau saya dikasih persiapan yang cukup, saya habisi dia biar nyangkut di tali ring,” ujar David Koswara, mantan juara Indonesia empat kelas. David sempat berbicara sangat “rahasia” ketika disinggung tentang kekalahannya.
PANGGIL SATRIA ANTASENA
“Saya ingin menjadi juara kelas berat Indonesia yang tidak terkalahkan,” kata Jojo. “Saya berharap ada promotor Indonesia menandingkan saya. Saya mau Satria Antasena atau petinju kelas berat lain. Saya siap mempertahankan gelar.”
Jojo memilih tinju sebagai olahraga favoritnya karena sering ditangkap karena berkelahi ala jalanan. Lantaran sering ditangkap, seorang petugas mengusulkan agar Jojo pergi mencari tempat latihan tinju dan dia berhasil menemukannya.
Sekarang sudah juara Indonesia kelas berat, Jojo tidak ingin cepat-cepat bertanding di luar negeri.
“Aku mau nikmati dulu. Kebetulan aku sekarang sudah mau lulus Sarjana Hukum dan langsung mendapat beasiswa untuk melanjutkan S2. Kedepan aku mau merealisasikan kesamaan hukum bagi seluruh elemen masyarakat di Indonesia. Siapa tahu awalnya dari tinju bisa menjadi Menteri atau anggota Dewan,” ucap Jojo Jonathan.
Teruskan sesuai rencana. (ra/finon)