Rondeaktual.com – Manahan Situmorang, 74 tahun, adalah contoh yang selama bertahun-tahun setia memberikan waktu dan pemikirannya untuk tinju pro Tanah Air. Suka dan duka telah dilewati lelaki kacamata minus asal Sumatera Utara ini.
Manahan Situmorang ikut merasakan masa emas tinju pro ketika Ellyas Pical menjadi juara dunia dan masa pahit seperti sekarang, di mana tinju pro dianggap matisuri. Hidup segan mati tak mau.
Manahan Situmorang termasuk salah satu orang paling lama dalam mengurus tinju. Selama bertahun-tahun secara langsung hadir di sekitar ring tinju. Ia sangat memahami aturan tinju dan sekarang sedang menyusun naskah pedoman pertandingan tinju pro. Tidak lama lagi buku akan launching.
Beberapa waktu yang lalu, Rondeaktual.com bertemu Manahan Situmorang di sebuah rumah makan di Jalan Pramuka Raya, Jakarta Timur.
“Saya latihan tinju di Senayan, bersama Syamsul Anwar Harahap,” katanya ketika ditanya mulai kapan bersentuhan dengan tinju. “Guru tinju yang membimbing saya adalah Firman Pasaribu, tahun 1966,” lanjutnya.
Manahan Situmorang mulai dikenal publik sebagai panitia ketika promotor Herman Sares Soediro menggelar kejuaraan dunia WBC kelas welter yunior antara juara Saoul Mamby (Amerika Serikat) melawan penantang Thomas Americo (Indonesia), Istora Senayan, Jakarta, Sabtu, 29 Agustus 1981.
Mamby menang angka melalui pertarungan 15 ronde. Beberapa jam kemudian Mamby langsung menuju bandara meninggalkan Indonesia, karena ada perjanjian dia harus kalah angka untuk kemudian rematch di Amerika.
Di tahun itu Manahan Situmorang sudah manajer Garuda Jaya, yang tugasnya mengurus pertandingan sejumlah nama besar seperti Piet Gommies, Eddy Gommies, Ricky Tampubolon, Iwan Tubagus Jaya, Polly Pasireron, dan Ellyas Pical sebagai new comers.
PMTI DAN TINJU BULANAN
Pada awal dekade 80-an, tinju pro Indonesia mengenal adanya Persatuan Manajer Tinju Indonesia (PMTI), yang berpusat di Surabaya, Jawa Timur, dipimpin Eddy Pirih sebagai Ketua Umum. Manahan menjabat sebagai Ketua PMTI Provinsi DKI Jakarta. PMTI.
PMTI menjadi ajang silaturahmi para manajer tinju pro, yang mampu memberikan solusi bagaimana mengatasi matisuri tinju pro.
Melalui PMTI, Manahan Situmorang dengan cara patungan para manajer, berhasil menyelenggarakan pertanding tinju eliminasi di Jakarta. Tinju bulanan berlangsung di Satria Kinayungan Mampang Prapatan, Garuda Jaya Pancoran, Gelanggang Remaja Jakarta Timur.
Tinju bulanan dipromotori antara lain; Manahan Situmorang, Amar Singh, Anton Ojak Sihotang, Halim Susanto.
DARI GARUDA JAYA KE SATRIA KINAYUNGAN
Pada dekade 80-an, Manahan Situmorang adalah karyawan Pemda DKI Jakarta, yang menguasai perpajakan. Ia harus meninggalkan Garuda Jaya untuk bergabung dengan Satria Kinayungan.
Satria Kinayungan adalah camp besar tetapi tidak pernah membina petinju dari bawah. Semua instans.
Tak sampai dua tahun Manahan Situmorang meninggalkan Satria Kinayungan. Ia memutuskan “sayonara” kemudian membangun Manahan Boxing Camp di pekarangan rumahnya yang luas di Jakarta Timur.
Manahan Boxing Camp pernah ditangani pelatih Leman Raden, Eddy Gommies dan yang lain. Di sini petinjunya hampir sama dengan kondisi Satria Kinayungan, yang seluruhnya petinju jadi.
Meski sudah mempunyai camp sendiri dan dimodalinya dari uang dapur, Manahan tidak pernah berambisi untuk maju sebagai pelatih. Ia tetap konsisten di bidangnya; manajer yang dikenal ahli strategi dan sangat memahami aturan tinju.
Salah satu petinju yang ditanganinya sampai berhasil membuat sejarah satu-satunya dua kali juara OPBF kelas menengah adalah Polly Pasireron.
Di tangan Manahan Situmorang, Polly menjadi satu-satunya petinju yang berkali-kali merebut gelar juara kelas menengah Indonesia.
“Polly berkali-kali over weight, tetapi dia berkali-kali menjadi juara Indonesia. Polly punya killing punch dan dia hebat,” komentar Manahan.
Akibat over weight Polly sering kehilangan gelar juara di atas timbangan. Namun, Polly terus bertanding dan tidak terkalahkan oleh petinju dalam negeri, kecuali sekali kalah di tangan Suwarno dalam kejuaraan Indonesia kelas menengah, yang berlangsung di Gedung Go Skate Surabaya, 27 Desember 1982.
Selain berkali-kali mengantar Polly Pasireron sebagai juara Indonesia, Manahan Situmorang juga berhasil mengantar Polly menjadi petinju Indonesia satu-satunya merebut gelar juara OPBF sampai dua kali.
Masih tentang Polly Pasireron. Pada 1 Maret tahun 1988, Chonju, Korea Selatan, Polly Pasireron yang lagi-lagi over weight sampai tiga kilogram dan dipaksa harus turun, bertarung untuk kejuaraan dunia WBA kelas menengah super melawan Raja KO yang hebat, Chong-Pal Park.
Polly maju dan menyerang tetapi akhirnya habis pada ronde kelima. Polly gagal menjadi juara dunia.
Kekalahan Polly di Korea bukan berarti menutup perjalanan panjang Manahan Situmorang. Ia, melalui Jenderal Hendropriyono, masuk Komisi Tinju Indonesia, sebagai Ketua Harian bersama Cara taker Tritamtomo.
Di Hotel Indonesia, yang ditengarai “jual-beli suara”, Manahan Situmorang gagal merebut kursi KTI-1.
Dari sana terbentuklah “Tim Enam”, yang mendorong lahirnya badan tinju baru.
Pada tahun 1999, Manahan Situmorang mendirikan organisasi tinju profesional sebagai Badan Hukum bernama Asosiasi Tinju Indonesia (ATI) dengan Akta Notaris Pendirian Nomor 20 tanggal 10 Februari 1999.
Itulah awal sejarah lahirnya ATI, yang sampai sekarang dipimpin oleh Manahan Situmorang.
Finon Manullang, menulis dari Desa Tridaya Tamsel Jawa Barat, [email protected]