Rondeaktual.com – Azaddin Anhar, 58 tahun, adalah petinju asal Provinsi Aceh yang kemudian mengembangkan karirnya di Jakarta. Bertinju selama hampir 20 tahun merupakan sebuah perjalanan panjang.
Azaddin yang sering dipanggil sebagai Ayah, sekarang bekerja di Cibubur, Jakarta Timur.
Melalui Benny Tengker dan bersama Sasana Benteng AMI-ASMI –Pulomas, Jakarta Timur—Azaddin terus bertinju sampai mendapat promosi kejuaraan dunia IBF di Istora Senayan, Jakarta, dan gagal.
“Sebelum masuk tinju pro, saya lama di amatir,” kata Azaddin Anhar, seakan bernostalgia. “Saya masih ingat main sampai final PON (X/1981) lawan Herry Maitimu. Saya kalah. Medali perak PON saya bawa pulang ke Aceh. Waktu itu saya masih bertinju untuk Aceh.”
“Setelah PON saya pindah,” katanya. “Latihan di ASMI. Kuliah juga di sana, sampai sarjana muda.”
Pada 1982, Azaddin berhasil merebut medali emas tingkat nasional. “Di final (kelas 48 kilogram) saya mengalahkan petinju Agus Souisa dari Papua. Tahun 1982 saya juga merebut medali emas dan juara nasional.”
Dari sekian banyak prestasi besarnya di amatir, Azaddin Anhar tidak akan pernah melupakan Italia.
“Kalau di Italia saya juara,” sambarnya. Semangat sekali. “Saya merebut medali emas.”
Perjalanan ke Italia memang kenangan paling sedap dalam karir tinju Azaddin Anhar. “Medali emas di Italia itu sudah lama sekali. Mungkin hampir 40 tahun. Kita berjaya di sana,” kenangnya.
Pertandingan di Italia adalah turnamen internasional yang diikuti dari berbagai negara. Indonesia dipimpin Bob Nasution, berhasil keluar sebagai juara umum dengan merebut tiga medali emas dan dua medali perunggu.
Itu tinju amatir. Tinju pro lain lagi. Azaddin sempat menjadi salah satu bintang yang disebut-sebut bakal mampu mengikuti jejak Ellyas Pical sebagai juara dunia.
Tahun 1985 Azaddin Anhar memilih tinju profesional. Tampil perdana langsung berhadapan dengan petinju top asal Kota Malang, Jawa Timur, Little Pono. Pertanding berlangsung cepat dan hanya tiga ronde Azaddin Anhar menyelesaikan Little Pono di Istora Senayan, Jakarta.
Pada 16 Desember 1985 di Gelanggang Remaja Jakarta Utara, promotor Boy Bolang menampilkan partai kejuaraan Indonesia gelar lowong kelas terbang ringan 12 ronde antara Azaddin Anhar (Benteng AMI-ASMI Jakarta) melawan Litto Pono (Arena Malang).
Azaddin tampil sebagai juara Indonesia melalui kemenangan KO ronde terakhir ronde 12. Eddy Roempoko berdiri di sudut Little Pono.
Azaddin naik ring lagi di Jakarta dan menang KO ronde 4 atas Moc. Chotip, petinju bagus dari Jember.
Setelah itu promotor Kurnia Kartamuhari datang menawarkan kejuaraan dunia untuk Azaddin Anhar. Sebelum bertanding, Azaddin mendapat kesempatan berlatih di luar negeri.
“Tujuh bulan saya di Meksiko bersama pelatih Bung Ferry (Moniaga). Di sana setiap hari latihan. Kadang pindah tempat,” Azaddin menjelaskan. Di sana ia bertanding dengan hasil sekali menang dan sekali kalah.
Akhirnya tiba waktu yang sangat ditunggu-tunggu. Kejuaraan dunia IBF kelas terbang ringan berlangsung di Istora Senayan, Jakarta. Azaddin berhadapan dengan seorang juara KO King asal Korea Selatan, Jum-Hwan Choi.
Tidak butuh ronde panjang, Choi menyudahi perlawanan sang penantang dari Indonesia, Azaddin Anhar pada ronde ketiga dari 15 ronde yang dijadwalkan.
Peristiwa itu tercatat tanggal 9 Agustus 1987. (ra/finon manullang)
Assalamualaikum warahmatullahi wa barokatu
Apa kabar om?….
Ini dari Rudi Setiawan om,anak nya bude sis waktu om kos di gang timbul, Cipedak Jagakarsa Jakarta Selatan