Rondeaktual.com – Saya harus menghabiskan waktu selama berhari-hari bahkan berminggu untuk bisa mengadakan komunikasi dengan legenda hidup Wiem Gommies, 74 tahun.
Saya membutuhkan komunikasi dengan Wiem Gommies untuk melengkapi isi buku Perjalanan Pertina yang sedang saya tulis.
Nomor Wiem yang dulu sudah tidak bisa dihubungi. Tokoh tinju Maluku di Ambon, Brury Nanulaitta dan Agus Titaley, selalu menjawab sama bahwa Wiem Gommies sudah tidak pegang hp. HP Wiem jatuh kena air dan rusak.
“Kita di si ini juga kesulitan kontak,” kata Komtek Pengprov Pertina Maluku, Agus Titaley.
Beberapa hari kemudian, melalui nomor seseorang yang diberikan Agus Titaley, saya bisa berbicara dengan Wiem Gommies.
Senangnya bukan main. Kepada Wiem Gommies saya sampaikan rencana pembuatan buku Perjalanan Pertina dan saya membutuhkan foto.
“Mau foto gaya apa,” tanya Wiem. Suaranya masih seperti dulu, agak tinggi dan jelas. Terakhir bertemu Wiem di Kejurnas Junior & Youth Ternate 2015.
“Aku butuh foto Bang Wiem yang paling macho.” Dari dulu saya dan teman-teman tinju lain juga memanggil beliau dengan sebutan Bang Wiem. “Foto yang paling macho,” saya mengulangi pertanyaan Wiem Gommies. Setelah terdiam sejenak, Wiem tertawa terbahak-bahak. Lama. Ya lama sekali.
Saya senang, karena saya bisa memastikan hati beliau senang.
Setelah tertawa panjang, Wiem bilang begini. ”Sabar. Di sini masih hujan. Ambon tiap hari hujan. Beta seng bisa olahraga.”
Menurut Wiem Gommies, ia setiap pagi olahraga. Hidup tanpa pantangan. Tanpa kolesterol tinggi atau asam urat. Selalu sehat semangat. Wiem sudah beberapa hari ini berhenti olahraga karena hujan.
Selama hujan, Wiem tidak ke mana-mana. Di rumah saja. “Ini sekarang beta lagi menonton televisi. Cuma itu, tidak ada yang lain.”
Ketika pandemi virus corona merebak ke mana-mana, Wiem disuruh menutup tempat latihan Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP). Wiem di sana sebagai pelatih cabor tinju. Sudah beberapa bulan itu tidak ada latihan.
Wiem Gommies lahir di Pulau Ambon, 31 Desember 1946. Memulai karir tinju di umur 20. “Beta rebut medali emas Asian Games anak sudah tiga,” ujarnya.
Wiem Gommies luar biasa di tinju. Ia merebut medali emas Nasional berkali-kali, emas PON tiga kali, emas Asian Games dua kali, emas Asia sekali, SEA Games, dan Piala Presiden, dan tidak terkalahkan oleh petinju dalam negeri.
EMAS PON WIEM GOMMIES
1. PON VII/1969 Surabaya, kelas menengah ringan, dalam final mengalahkan Said Fidal (Sumatera Utara).
2. PON VIII/1973 Jakarta, kelas menengah.
3. PON X/1981 Jakarta, kelas menengah.
EMAS ASIAN GAMES WIEM GOMMIES
1. Asian Games VI/1970 Bangkok, kelas menengah.
2. Asian Games VIII/1978 Bangkok, kelas menengah
EMAS ASIA WIEM GOMMIES
Kejuaraan Asia V/1971 Teheran, kelas menengah.
EMAS PIALA PRESIDEN WEIM GOMMIES
Piala Presiden RI I/1976 Jakarta, kelas menengah.
EMAS SEA GAMES WIEM GOMMIES
SEA Games IX/1977 Kuala Lumpur, kelas menengah.
Wiem Gommies mempunyai adik di Jakarta bernama Eddy Gommies dan (almarhum) Piet Gommies.
Eddy sempat masuk tinju pro kelas bulu dan berhenti sebelum juara.
Pada 1983, Piet Gommies menjadi petinju pro Indonesia termahal. Piet pasang tarif Rp 3 juta untuk pertarungan gelar kelas welter melawan musuh besarnya Solikin (Gajayana Malang). (rondeaktual.com finon)