Press "Enter" to skip to content
Legenda tinju Papua, Seppy Karubaba, 69 tahun, Gorcen, Sabtu, 9 Oktober 2021. (Foto: Finon Manullang)

Legenda Tinju Papua Seppy Karubaba Mengintip dari Belakang Ring

Rondeaktual.com

Legenda tinju Papua, Seppy Karubaba, 69 tahun, berdiri di belakang pagar pembatas ring tinju PON Papua, Sabtu, 9 Oktober 2021.

Seppy Karubaba, salah satu petinju terbaik dari Papua. Beliau saya jumpai di sekitar arena petandingan tinju.

Itu bukan pertemuan yang pertama. Sebelumnya, saya sudah bertemu dengan mantan raja kelas menengah ringan itu di Marinir Cup Jakarta tahun 2003 dan pada hari pembukaan cabor tinju PON Papua, Selasa, 5 Oktober 2021.

Tidak ada yang berubah tentang fisik Seppy Karubaba. Terlihat tetap langsing tetapi agak setengah kurus di usianya sekarang. Seppy mengaku selalu menjaga kondiri.

“Saya tetap latihan agar ini (sambil memegang bagian perut) tidak besar. Saya latihan, apalagi kalau ada tawaran bertanding di Papua Nugini (Papua New Guinea). Saya mempersiapkan atlet dan kita pergi ke sana (Port Moresby). Saya bersama almarhum (Carol Renwarin) bawa petinju Papua. Kita main ampro (amatir dan profesional). Dibayar pake dolar Amerika.” Seppy mengisahkan.

Berdiri di tembok Gorcen, Seppy Karubaba menyebut beberapa nama petinju besar seperti; Muhammad Ali, Sugar Ray Leonard, Thomas Hearns, Marvin Hagler, dan Romeo Kemsil.

Legenda tinju Papua; Seppy Karubaba dan Sonny Arwam (kedua dan ketiga dari kiri), Gorcen, Senin, 5 Oktober 2021.

“Saya rindu melihat footwork Muhammad Ali dan Romeo Kemsil. Gerak kakinya lincah dan itu yang membuat tinju menjadi indah ditonton. Kita mau ada petinju Indonesia yang lahir dari matahari terbit sebagai aset masa depan. Kita mau petinju Papua tetap masuk Pelatnas. Papua memiliki bakat tinju yang hebat. Tetapi persoalannya, Papua tidak memiliki banyak pertandingan. Kalau tinju Papua mau bangkit lagi seperti masa emas kami dulu, ayo mari bikin pertandingan,” ajak Seppy Karubaba, sambil terus mengintip dari belakang ring jalannya partai babak penyisihan di GOR Cendrawasih, Kota Jayapura, Papua.

Suara bising penonton yang menyala-nyala dalam usaha membakar semangat petinju Papua, sangat mengganggu.

Saya harus berkali-kali meminta Seppy Karubaba agar mengulang kata-katanya, yang hilang ditelan gemuruh sorak-sorai penonton ala Gorcen.

Sementara, saya juga harus mempertahankan protokol kesehatan yang ketat; masker dan menjaga jarak.

Tentang Romeo Kemsil yang disebut Seppy Karubaba, adalah petinju amatir asal Belanda, yang menjadi bintang tinju Piala Presiden 1985 di Istora Senayan Jakarta. Romeo Kemsil sempat diajak pelatih Daniel Bahari tinggal di Bali. Selama beberapa bulan, tenaga petinju Belanda turunan Afrika itu dimanfaatkan untuk tujuan latih tanding dengan Fransisco Lisboa dan Alexander Wassa.

“Gerak kaki seperti Muhammad Ali dan Romeo Kemsil sudah tidak pernah terlihat lagi,” tambah Seppy Karubaba, peraih medali emas kelas menengah ringan 71 kilogram PON IX/1977 Jakarta dan peraih medali perak kelas menengah ringan PON X/1981 Jakarta.

“Medali perak PON X saya rebut setelah dalam final kalah melawan Polly Pasireron (Maluku). Itu PON terakhir saya,” Seppy Karubaba menjelaskan.

Selain bertinju di arena PON, Seppy Karubaba bertanding di SEA Games (Asia Tenggara), ASEAN Cup, Pesta Sukan, King Cup Thailand, Kejuaraan Asia, Piala Presiden RI di Jakarta dan berbagai kejuaraan terbuka di berbagai negara.

Puluhan medali emas dikumpulkannya dari SEA Games, PON, Sarung Tinju Emas, Kejuaraan Nasional.

“Medali emas terbanyak saya, saya rebut dari STE dan Kejurnas. Di Kejuaraan Asia saya gagal medali emas. Di President’s Cup Jakarta saya gagal medali,” ujar Seppy Karubaba, pensiunan polisi kehutanan.

“Saya berhenti tinju pada tahun 1988 dan kerja di Pegunungan Cycloop. Saya jadi polisi kehutanan. Saya suka hutan. Tahun 2011 saya pensiun.”

Seppy Karubaba sekarang bekerja di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jayapura, sebagai pengamanan intik-intik air. “Intik-intik itu seperti bak air yang ada di hutan. Itu harus saya awasi.”

Sampai partai terakhir kelas berat ringan antara Muhammad Daniel Pasaribu (Sumatera Utara) dengan Christian Toar Sompotan (Sulawesi Utara) berakhir, kami masih kuat berdiri di belakang pagar pembatas ring tinju. Pandangan Seppy Karubaba masih serius ke atas ring. Masih serius mengulas jalannya pertandingan. Masih sempat menyebut si seniman ring Sugar Ray Leonard (pernah kalah dan mengalahkan legenda tinju Panama, Roberto Duran). Seppy menyebut si KO King Marvin Hagler, raja kelas menengah yang pernah menghentikan langkah si jangkung Thomas Hears dalam kejuaraan dunia WBC kelas menengah. Hearns adalah petinju AS, yang dalam final Piala Presiden pertama 1976 di Istora Senayan Jakarta, kalah di tangan bulldozer Indonesia, southpaw Syamsul Anwar Harahap. Syamsul merebut medali emas kelas welter ringan dan terpilih Best Boxer.

Ketika kami sedang enak bicara, tiba-tiba terdengar bunyi bel. Toar Sompotan menang angka dan melangkah ke semifinal, yang hari ini, Senin, 11 Oktober, akan berhadapan dengan Rahman Manurung dari Kalimantan Timur.

Setelah bunyi bel terakhir, saya memilih pergi untuk tujuan menulis hasil pertandingan cabor tinju PON Papua 2021. Kami berpisah.

Kemarin, Minggu, 10 Oktober, sepanjang pertandingan mondar-mandir sampai kaki sakit melangkah, saya tidak melihat wajah Seppy Karubaba.

Hari ini, Senin, 11 Oktober, mulai pukul 14.00 WIT, masih menyisahkan 16 partai semifinal. Apakah saya masih bertemu lagi dengan sang legenda tinju Papua Seppy Karubaba?

Entahlah.

Finon Manullang
Menulis dari Venue Kakatua, Balatkop Angkasapura Indah, Jayapura, Papua.

Be First to Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *