Rondeaktual.com – Komaruddin Simanjuntak, 60 tahun, baru saja menerima wawancara pertama, sejak terpilih Ketua Umum (Ketum) Pengurus Pusat (PP) Persatuan Tinju Amatir Indonesia (Pertina).
Seperti diberitakan Rondeaktual.com, Komaruddin Simanjuntak –Siantar Man dan terkenal sebagai penggagas tinju di atas kapal tongkang siring Sungai Martapura—terpilih Ketua Umum PP Pertina melalui Musyawarah Nasional (Munas) ke-20 Pertina di Jakarta, yang berakhir dinihari, Kamis, 31 Desember 2020.
“Saya akan mengembalikan marwah (kehormatan dan nama baik) Pertina,” kata Komaruddin Simanjuntak melalui ponselnya di Jakarta, Senin, 11 Januari 2021.
Berikut petikan wawancara Mayjen TNI (Purn) Komaruddin Simanjuntak.
Sebagai Ketua Umum PP Pertina yang baru terpilih melalui Munas 2020 di Jakarta, apa yang akan Anda lakukan?
Saya, pertama-tama, akan mengembalikan marwah Pertina ke era 80. Itu merupakan era emas Pertina. Kenapa? Saya baca dari beberapa literatur dan pengamat tinju nasional, atlet, dan masukan dari berbagai penggemar tinju Tanah Air, selalu yang disampaikan adalah mengembalikan marwah Pertina ke tahun 80-an.
Mungkin lantaran kita tidak pernah lagi melihat prestasi tinju yang membanggakan. Ketika kita masih kecil sering melihat pertandingan tinju profesional di televisi. Orang yang sedang sekolah atau bahkan sedang ujian bisa ditinggal. Sekolah bisa kosong untuk melihat tinju.
Tinju profesional di masa itu, di era dekade 70-an, adalah Muhammad Ali yang sangat luar biasa, Ken Norton, Joe Frazier, George Foreman, kemudian diteruskan dengan era petinju yang dijuluki Leher Beton Mike Tyson, Evander Holyfield, dan seterusnya sampai sekarang adalah era Anthony Joshua dan era Tyson Fury.
Teman-teman di daerah bilang rindu seperti masa tahun 80-an.
Bagaimana dengan prestasi?
Kita semua sudah sepakat untuk sama-sama meningkatkan prestasi atlet tinju Tanah Air. Kita semua butuh kerja keras agar nama besar Pertina bisa kembali disegani di luar Indonesia.
Di luar Indonesia yang mana?
Di sana, tentu ada pertandingan SEA Games. Ada Asian Games. Kejuaraan Asia. Kejuaraan Dunia. Olimpiade juga. Ayo, mari kita kejar. Semuanya bisa diraih dengan latihan dan keinginan yang keras. Disiplin yang kuat dan itu sangat penting sekali. Sehingga terbiasa bermain di sasananya. Itu akan mendorong atlet untuk meningkat prestasi sampai ke olimpiade.
Sehingga cabor tinju bisa bangga mengibarkan Merah Putih dan mengumandangkan lagu kebangsaan kita Indonesia Raya.
Itu tentang prestasi. Kita semua mendambakan medali dari ring tinju olimpiade. Bagaimana dengan roda organisasi?
Saya akan melakukan pembenahan organisasi. Ini tugas pertama saya dan penting. Saya pikir organisasi kepengurusan pusat dengan daerah harus bersatu hati. Saya melihat pusat dan daerah tidak sehati.
Pembenahan sarana dan prasarana juga menjadi perhatian saya.
Mengapa? Karena seorang tentara kalau tidak diberikan mainannya, maka dia tidak akan sor (suka) dengan ketentaraannya.
Harus diberikan alatnya. Harus ada sarana dan prasarana tingkat pusat dan daerah.
Minimal punya sasana. Kalau dia punya, maka petinju itu tidak dipanggilpun akan datang bermain.
Kalau petinju sudah bermain di sasana itu akan menjadi budaya untuk meningkatkan pretsasi.
Konon, Anda sudah keliling ke beberapa daerah dan melihat situasi tinju di sana.
Ya. Itu sudah saya lakukan. Saya sudah keliling ke beberapa daerah. Ada yang bagus. Ada yang prihatin.
Saya pikir, kalau sarana dan jumlah atlet seimbang, maka dia akan menghasilkan yang seimbang. Kalau tidak, maka secara otomatis pula prestasi tidak akan tercapai.
Sekarang kita melihat tinju pro itu sumbernya dari amatir. Tinju pro kita hanya Daud Yordan (juara IBA kelas welter yunior). Ini sangat memprihatinkan. Makanya Pertina butuh pembinaan usia dini.
Saya pikir, itu menarik dan tantangan. Bagaimana strategi untuk meningkatkan prestasi tinju amatir secara Nasional, agar kelak di mana-mana ada tinju amatir.
Kita harus bisa meningkatkan frekuensi pertandingan. Ini tidak bisa muncul tiba-tiba.
Saya targetkan satu tahun petinju Indonesia, kalau dia tangguh, dia bisa 15 kali bertanding. Setiap mengikuti pertandingan, bila dia menang terus sampai final, maka dia bisa mengejar target itu.
Untuk mencapai target itu, saya akan bagi menjadi tiga zona (kawasan): Barat, Tengah, Timur.
Setiap zona, saya akan tunjuk satu koordinator dari ketua Pertina setempat. Bertanggung jawab menyiapkan pertandingan dan memilih petinju yang terbaik untuk diangkat ke nasional.
Semua hasilnya harus terekam dan tercatat.
Nanti, setiap petinju harus punya report. Harus ada reporting nyata.
Harus punya ID Card, siapa pun dia. ID Card ada nomornya, 236 misalnya Komaruddin Simanjuntak dari Siantar asalnya. Semua akan tercatat di Pertina. Tidak ada lagi petinju abal-abal.
Silent sports sangat penting dan menjadi alat ukur untuk melaksanakan pembinaan. Siapa yang berbakat dan siapa yang tidak.
Dari situ bisa diprogramkan untuk latihan dalam negeri atau luar negeri. Kita akan mendatangkan pelatih kelas dunia ke Indonesia.
Kapan?
Dalam waktu dekat. Saya merencanakan pada April 2021 ada pertandingan tinju 10 destination pariwisata prioritas.
Itu menjadi program Pertina ke depan. Saya akan minta izin kepada Menteri Pariwisata, untuk mengawinkannya. Ini akan saya mulai di Danau Toba, Sumatera Utara, April 2021.
Bupati Simalungun, Jopinus Ramli Saragih, sudah siap sebagai panitia pertandingan dan nanti akan menjadi pengurus pusat.
Di situ (rencana pertandingan di Danau Toba) akan ada terjun payung membawa 34 bendera provisi Pertina kemudian satu bendera PP Pertina. Nanti akan disiapkan 35 penerjun dan ini sedang dibicarakan.
Setelah terjun payung, akan dilanjutkan dengan pertandingan tinju amatir, yang akan dikombinasikan dengan tinju pro (Ampro). Saya sudah menjajaki kemungkinan dengan UFC. Semua akan ditutup dengan pesta rakyat. Kita dangdutan di sana, di Danau Toba. (Finon Manullang)