Rondeaktual. Com – Boleh dicatat, sasana tinju Esalalan satu-satunya yang mendidik anak-anak tidak mampu sampai juara. Diasramakan. Disekolahkan kemudian dipekerjakan. Tetapi, tak sedikit yang gagal dan tersingkir.
Anak-anak tinju direkrut dari berbagai daerah. Ada yang diambil dari pinggir jalan ketika sedang beroperasi sebagai pengemis.
Disediakan air untuk mandi. Disediakan tempat tidur. Tinggal di asrama atlet, yang hanya berjarak sekian meter dari ring tinju. Kehidupan mereka dijamin. Dicetak untuk menjadi petinju tangguh. Disekolahkan sampai tamat SMA.
Itu merupakan karya seorang mantan petinju amatir dan profesional bernama Markus Gea, yang kemudian popular dengan sebutan Wira Markus Gea.
Sasana tinju Esalalan berada di bawah naungan Persatuan Tinju Amatir Indonesia (Pertina) Kota Bekasi. Sasana ini sudah ada sejak tahun 80-an, yang dirintis oleh almarhum Franky Mowoka. Wira meneruskan perjuangan Franky dan mengurusnya sampai berbadan hukum. Sudah sah.
“Esalalan artinya Satu Jalan,” kata Wira, kelahiran Nias, Sumatera Utara, 4 Maret 1979.
Sasana tinju Esalalan sekarang membina sekitar 60 petinju mulai kategori muda (yunior), remaja (youth), dan dewasa (elite). Ada atlet nasional seperti Alfionita Manopo (Serda Wara), Michael Manopo (TNI AU), Brandon Haurissa (mantan pelatnas kelas berat).
“Sementara, atlet kami Noel Surati mendapat program SKO pelatnas jangka panjang dari Kemenpora RI. Itu merupakan prestasi dan kebanggaan bagi Sasana Tinju Esalalan Kota Bekasi,” ujar Wira, mantan petinju pro kelas bulu. Wira pernah bertanding di Thailand dan sempat ditahan menyusul keputusan gila wasit/hakim di sana.
Sejak muda, Wira sudah suka mendidik anak-anak. “Atlet tinju putra dan putri yang ada di tepat kami (sasana Esalalan) adalah kebanyakan dari anak-anak tidak mampu dari berbagai daerah. Mereka tidak sekolah karena tidak ada uang. Kita bicara dengan orangtuanya. Kita jelaskan tujuan kita, ingin membina mereka sebagai petinju. Kita sediakan tempat tinggal. Kita cukupi makan seperti makan anak-anak Indonesia lainnya. Kita jamin sekolah sampai SMA. Kita bikin perjanjian dengan orangtua mereka dan mereka senang,” Wira menjelaskan.
Petinju Esalala yang umurnya belum 20 tahun dipastikan pelajar. “Harus sekolah sampai SMA adalah salah satu jaminan saya kepada orangtua mereka di kampung. Tetapi, tujuan utama kita adalah membina mereka agar kelak bisa menjadi atlet tinju yang berprestasi. Anak-anak latihan tinju dan sekolah. Sekolah tidak boleh patah. Harus selesai samai SMA. Tidak ada petinju saya yang tidak sekolah. Mereka ada yang belajar di sekolah negeri, sekolah swasta, dan sekolah paket. Saya ingin mereka tamat SMA. Sebab ijazah itu dasar penting untuk mendapatkan pekerjaan.”
Ada dua yang harus dicapai oleh setiap petinju Esalalan. Pertama, dia harus juara. Kedua dia harus bisa menyelesaikan sekolahnya.
Apabila kelak merebut medali emas dan memiliki ijazah, maka sangat menolong Wira untuk mengantar anak-anaknya mendapatkan pekerjaan.
Wira memiliki spesialisasi bisa meloloskan atlet tinju sebagai karyawan. “Sudah ada yang tentara dan sudah banyak yang kerja di Pemda,” kata Wira, karyawan Dinas Tata Ruang Pemerintah Kota Bekasi.
“Puji Tuhan, anak-anak tinju Esalalan sudah ada yang mencapai prestasi daerah, prestasi nasional, dan prestasi internasional. Petinju Kota Bekasi sudah ada yang mewakili negara.”
Atlet tinju ada yang di Sasana Esalalan datang dari Sulawesi Utara (mendominasi), Maluku, Kalimantan, Banten, Nias, Bogor, dan Bekasi.
Banyak suka dan duka. “Apalagi yang kita hadapi kebanyakan anak-anak. Berbagai karakter. Ada yang tahan sampai juara. Ada yang tersingkir sebelum juara. Ada yang kembali ke jalanan. Mengemis. Mungkin karena mereka sudah diajarkan oleh orangtuanya untuk hidup meminta-minta. Kasihan. Ketika sudah kita bina melalui olahraga tinju, di tengah jalan mereka memilih kembali kejalanan.”
Sekarang di Kota Bekasi dan sekitarnya, di sudut-sudut jalan atau persimpangan lampu merah, banyak sekali anak-anak disuruh mengemis. Ada yang melap kaca mobil. Ada yang menyanyi. Mengamen. Pemerintah Kota Bekasi terkesan malas mengatasinya.
Hidup untuk menghidupi orang banyak. Wira sangat berterimakasih lantaran program mulianya mendapat dukungan besar dari Walikota Bekasi Rahmat Effendi dan Wakil Walikota Bekasi Tri Adhianto Tjahyono.
“Program yang saja lakukan sangat didukung oleh Pak Wali Kota dan Pak Wakil Walikota serta Ketua KONI Kota Bekasi (Yan Rasyad) dan Ketua Pertina Kota Bekasi (Ricky Suhendar). Dukungan tersebut menyemangati kami untuk terus setia mengurus olahraga tinju.”
Mengurus olahraga butuh uang besar. “Tidak ada olahraga yang murah. Semua mahal. Kami mendapat bantuan dari pemerintah Kota Bekasi, KONI Kota Bekasi, swasta, dan dari hasil penjualan warung dabudabu. Berapa persen untuk anak tinju, ada perjanjiannya. Di sini (warung makan dekat sasana) anak tinju juga bisa kerjadan. Puji Tuhan, kami juga dapat support dari Kemenpora RI.”
Tentang sekolah, Wira mengaku ada saja yang bikin masalah. “Tapi namanya anak-anak, kenakalan mereka hanya sebatas berkelahi. Saya tetap kontrol. Kalau ada kendala, guru pasti lapor ke saya.”
Semua atlet tinju Esalalan yang sekolah mendapat perlakuan sama dengan murid lain. “Dispensasi turun kalau dia sedang mempersiapkan diri untuk event besar. Kalau tidak, mereka wajib mengikuti semua jam pelajaran. Tidak ada diskon.”
Atlet yang cerdas harus mengikuti sekolah normal. Kalau kecerdasannya biasa-biasa saja atau suka pura-pura mengantuk di dalam kelas dengan alasan baru habis latihan keras, maka dia diarahkan untuk mengikuti sekolah paket.
Wira Markus Gea sudah terbiasa menghadapi anak berwakat keras. “Saya mendidik anak-anak tinju sama dengan mendidik anak-anak saya di rumah.”
PELATIH SASANA ESALALAN
1. Marthen Surati.
2. Freddy Haurissa.
3. Adrianus Manopo.
4. Yohanes Manikome.
5. Randy Yusak Surati.
ATLET TINJU SASANA ESALALAN YANG SUDAH BEKERJA DI PEMDA
1. Masgito.
2. Indra Susanto.
3. Nurjaini.
4. Richard Rahaweman.
5. Yohannes Manikome.
6. Randi Yusak Surati.
7. Marthen Surati.
8. Deddy Hernandi.
9. MZ Matondang.
10. Rizal Zuma.
11. Freddy Haurissa.
12. Roy Blegur.
13. Brandon Haurissa.
14. Sri Gity Tatontos.
15. Karel Rihu We.
16. Theo Makitulung.
17. Noverius Gea.
18. Novi Yanto.
19. Michael Manopo (TNI AU).
20. Alfionita Manopo (TNI AU/WARA).
21. Bernard Sem Kafier (TNI AD).
(finon manulang)