Rondeaktual.com – Berikut adalah kisah perjalanan atlet Indonesia menuju Olimpiade Monteral Kanada, 44 tahun yang silam.
Saya merasakan bagaimana pengawalan itu sangat super ketat, seperti Kepala Negara.
Indonesia mengirimkan tujuh atlet terbaiknya ke Olimpiade Montreal 1976.
1. Syamsul Anwar Harahap, tinju.
2. Frans VB, tinju.
3. Donaldpandiangan, panahan.
4. Leane Suniar,panahan.
5. Carolina Rieuwpassa,atletik.
6. Warino Lestanto, angkat besi.
7. Christiono Sumono, renang.
Kami berangkat dari Halim Perdana Kusuma dan stop-over di Amsterdam. Setelah terbang selama 18 jam akhirnya tiba di Montreal.
Kami dijemput oleh Panitia Olimpiade, tetapi kami kaget karena kami hanya tujuh orang tetapi yg menjemput puluhan orang.
Keluar dari bandara kami ditunggu oleh pasukan keamanan dan dipandu ke kendaraan yang cukup banyak. Ada motor voorrijders 6 unit, mobil polisi, ambulans.
Hebatnya lagi, ada helikopter mengawal dari udara. Kok, hebat kali, pikir kami.
Setiap persimpangan dikawal petugas keamanan, hingga kami tiba di Olympic Village. Kami mau berlatih di boxing-hall di luar Olympic Village, kami dikawal oleh pasukan bersenjata laras panjang sekitar empat orang. Padahal yang berlatih hanya dua orang, saya dan Frans VB serta pelatih Mayun Narendra.
Tapi itulah olimpiade, pesta olahraga terbesar dunia. Super mewah. Super ketat.
Demikian juga atlet lainnya dari Indonesia mendapat pengawalan ketat. Kami masih heran, kok kontingen dari negara lain tak dikawal. Hari kedua baru kami tahu mengapa kami dikawal ketat. Pemerintah Kanada takut akan terjadi seperti kejadian di Olimpiade Muenchen 1972, di mana atlet Israel dibunuh oleh gerilyawan PLO belasan orang.
Indonesia tahun 1975 menerima integrasi Timor Timur dari beberapa partai di sana. Tetapi Fretelin menganggap Indonesia meng-aneksasi (mencaplok) Tim-tim, sehingga mereka mengadakan perlawanan keras. Sehubungan dengan ada perkampungan Fretelin di. Quebec, pemerintah Kanada takut peristiwa Muenchen terjadi.
Pantas saja kalau kami dikawal ketat sekali, bahkan hingga dikawal helikopter. Ketika kami pulang, pasukan keamanan bubar setelah kami terbang ke Amsterdam dan stop-over di sana sehari.
Jika aku melihat para Gubernur, Bupati, Walikota, mendapat pengawalan ketika dinas keluar, aku dan kami olahragawan masih lebih hebat. Kami dikawal dengan helikopter serta mobil dan motor.
Syamsul Anwar Harahap, juara Asia kelas welter ringan 1977, menulis dari Desa Lantosan, Kabupaten Padang Lawas Utara, Provinsi Sumatera Utara.
Berita duka, atlet angkat besi Warino lestanto wafat, alfatihah