Rondeaktual.com – Seperti tulisan saya terdahulu tentang lima petinju Indonesia penghuni pemusatan latihan nasional (pelatnas), saya ingin mengupas sikap mereka dalam berlatih dan bergaul. Tentu saya tidak menulis tentang saya sendiri.
Setiap pelatnas sebenarnya bukan hanya mereka berlima (Ferry Moniaga, Syamsul Anwar Harahap, Frans VB, Wiem Gommies, Benny Maniani), tetapi ada petinju yang lain. Kelakuan mereka seperti satria dan bermasyarakat.
Frans van Bronckhorst adalah pemuda tampan Indo Belanda. Jika dia bertanding banyak penonton yang bersimpati padanya. Salah satu keistimewaannya dalam bertinju adalah pukulan jab-nya yang keras dan membuat KO.
Frans berkerja di Pertamina. Kalau ke mana-mana dia naik sepeda motor Honda. Setiap lampu menyala kuning, dia langsung berhenti. Sedangkan pengendara lain masih meneruskan kendaraannya. Frans tidak mau melanggar aturan.
Latihan pagi dimulai pukul 06.00, dia sudah siap sejak pukul 05.30. Waktu tidurnya, jam 20.00, tidak boleh diganggu. Suatu waktu ada gadis cantik ingin berteman dekat dengannya dan Frans juga mungkin demikian. Pergaulan mereka terlihat akrab dan menyenangkan. Tetapi sang gadis tidak tahu jadwal istirahatnya. Frans atau mungkin juga sudah tahu. Sang gadis terus duduk sambil berkomunikasi semaunya. Frans merasa terganggu jadwal istirahatnya, akhirnya tidak mau lagi meladeni gadis cantik itu.
Banyak lagi sikap dan sifat Frans VB yang perlu diteladani.
Wiem Gommies, petinju kelas menengah yang satu ini adalah laki-laki luar biasa. Jadwal tidurnya tertentu dan di bawah bantalnya terselip buku Bibel. Sebelum dia tidur dibacanya beberapa ayat dan kembali Bibel ditaruhnya di bawah bantal. Tidak mau usil, apalagi menyentil kawan. Kalau kawan berbuat salah dia berani menegurnya. Kalau kami ajak jalan-jalan dia dengan halus menolak. Katanya, “Kasihan Nina di Ambon sendirian.”. Nina adalah nama isterinya yang berada di Ambon.
Wiem Gommies memiliki pukulan “one-two” yang tajam dan menghunjam dengan cepat. Wiem tidak segan menasehati orang yang berbuat salah baik temannya atau bukan.
Ferry Moniaga beda lagi. Ferry adalah seorang satria lompat pagar. Tampan dan enerjik. Hobi membaca buku silat karangan Ko Ping Ho. Banyak gadis jatuh hati padanya dan sering patah hati dibuatnya.
Hobi membaca buku Ko Ping Ho, membuat Ferry suka menonton filem silat. Tak ada waktu menonton kalau.menurut jadwal pelatnas. Tetapi Ferry punya akal. Kalau petinju lain sudah istirahat, dia menyelinap lompat pagar untuk pergi menonton filem silat. Latihan pagi, Ferry berlari kencang paling depan. Memperlihatkan bahwa dia baik-baik saja, bahkan lebih baik dari yang lain.
Belum ada petinju Indonesia bertinju gaya.”boxer” seperti Ferry Moniaga hingga saat ini.
“The Smiling Boxer” itulah sebutan yang pantas buat Benny Maniani, petinju kelas berat ringan asal Papua yang tampan. Benny senang menyapa dan akrab bergaul dengan banyak orang.
Atlet pelatnas Senayan, dari berbagai cabang olahraga yang berbeda menjadi kawannya. Gaya bertinjunya “boxer”, pukulannya mempunyai daya kejut yang tinggi dan kuat. Benny Maniani juga mempunyai jadwal istirahat yang ketat.
Aku beruntung pernah berteman senasib dengan mereka. Sifat satria kulihat mendapat berkah dari pencipta.
Syamsul Anwar Harahap, menulis dari Desa Lantosan, Kabupaten Padang Lawas Utara, Provinsi Sumatera Utara.