Rondeaktual.com – Chris Wuritimur, 51 tahun, adalah seorang mantan juara Indonesia kelas bulu yunior. Sempat empat kali bertanding di luar negeri dengan bayaran seribu sampai seribu lima ratus dolar AS. Setelah dipotong sana-sini, bayaran masih tersisa lebih setengah.
Pada 1998, Chris Wuritimur kehilangan gelar juara Indonesia menyusul tragedi TKO ronde 6 atas southpaw Herry Makawimbang di Studio RCTI bersama promotor Boy Bolang. Berakhir rusuh.
Suporter tidak puas atas kekalahan tersebut karena dianggap terjadi sejumlah kecurangan yang dibiarkan oleh wasit. Orang-orang yang marah menyerbu masuk ke dalam ring. Polly Pasireron, mantan raja kelas menengah Indonesia, berdiri di atas tangga ring sekaligus mengendalikan situasi.
Sejak Januari 2017, Chris Wuritimur berjalan dengan kaki pincang, akibat trabrakan sepeda motor ketika pulang kampung halaman melihat ibunda terkasih meninggal dunia.
Chris Wuritimur lahir di Seira, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku, 6 Juli 1969.
“Waktu mama meninggal, saya pulang kampung. Pas mau kembali ke Jakarta, saya tabrakan. Kaki kanan patah. Berobat ke ahli tulang tidak sembuh juga,” kata Chris Wuritimur.
Di Jakarta, Chris Wuritimur pergi ke rumah sakit dan dianjurkan supaya operasi.
“Saya tolak. Saya tidak mau. Saya sudah takut duluan waktu patah pertama di kampung. Sekarang cacat. Kalau jalan tidak bagus. Pincang,” ujarnya.
Pada awal sakit, ia berjalan dengan bantuan dua tongkat. Ia pergi ke kantornya, sebuah perusahaan kelapa sawit di Mangga Besar, Jakarta.
Perusahaan tidak mau menerima orang sakit dan menawarkan dua pilihan. Mengundurkan diri atau tetap bekerja tetapi jika terjadi sesuatu di luar tangggung jawab perusahaan.
Chris Wuritimur, yang setia selama 15 tahun sebagai sekuriti, memilih mundur dan menerima uang hampir Rp 160 juta, termasuk Rp 25 juta dari jamsostek.
“Uang sebanyak itu kami pergunakan untuk beli obat, beli makan, beli motor, dan biaya anak sekolah,” kata Fransisca Feby S dC, wanita yang dinikahi Chris Wuritimur tahun 2000.
Chris Wuritimur, berdasarkan pengakuannya sendiri, demi hidup keluarga ia harus buka warung kecil di depan rumahnya sendiri. Jual jajanan anak dan dijaga oleh istri.
“Sering ditinggal pergi. Lama-lama warung tutup,” kata Fransisca, yang juga dikenal sebagai salah satu motor dalam organisasi Keluarga Besar Tinju Indonesia (KBTI).
Tidak mau jadi pengangguran dan meski masih dalam kondisi terpincang-pincang, Chris Wuritimur menerima tawaran sebagai pelatih privat cucu (almarhum) Jacob Nuwa Wea, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada Kabinet Gotong Royong.
Selama setahun Chris Wuritimur melakukannya dengan honor Rp 3,6 juta/bulan, yang menurut istrinya sangat membantu ekonomi rumah tangga.
Chris Wuritimur pernah menerima kerja harian jaga tanah yang sedang bersengketa. Hanya sekian bulan kemudian ganggur lagi dan akhirnya ditolong oleh rekannya mantan petinju bekerja sebagai sekuriti di sebuah universitas swasta di Senayan, Jakarta.
“Sambil kerja tetap melatih anak-anak tinju,” kata istrinya. “Dia memang begitu orangnya. Meski tidak dapat gaji tetapi dia ingin sekali melihat petinju asuhannya berhasil. Semangatnya besar. Saya selalu ingatkan; hati-hati kaki kamu sudah tidak seperti dulu.”
GEMINDO BOXING CAMP
Chris Wuritimur terkenal sebagai petinju profesional di Gerakan Muda Indonesia (Gemindo) Boxing Camp Jakarta, bersama pelatih Manase Resimanuk dan manajer Rully Teopiori Loppiez. Tempat latihan di sebuah tanah warisan di daerah Sentiong, Kramat Raya, Jakarta Pusat.
Dari sana karir tinju Chris Wuritimur berkembang. Pada 1998 era tinju sabuk Emas RCTI bersama promotor Boy Bolang, ia mendapat kesempatan tampil dalam kejuaraan Indonesia kelas bulu yunior melawan penantang southpaw Herry Makawimbang. Chris Wuritimur TKO ronde 6 dan kehilangan sabuk juara.
“Itu upaya mempertahankan gelar kedua dan copot di tangan Makawimbang. Saya dibayar oleh promotor Boy Bolang tujuh 7 juta. Cukup mahal,” kenang Chris Wuritimur.
“Tidak sekali itu saja kalah dengan Makawimbang. Sebelumnya di partai non gelar saya sudah dua kali kalah. Kelemahan saya melawan orang kidal.”
Selama karir tinjunya, Chris Wuritimur pernah bertanding kejuaraan WBO Asia Pacific super bantam di Honolulu (ibu kota negara bagian Hawaii, Amerika Serikat) dan kalah melawan Jesus Salud, pada November 1997. Jesus Salud salah satu petinju top kelahiran Filipina, yang menetap di Honolulu, Hawaii.
“Melawan Jesus Salud, saya dibayar 1.500 dolar AS. Saya ke Honolulu bersama Rully Loppiez. Main lagi ke sana (Honolulu) non gelar (melawan Reynante Jamili dari Filipina), yang bawa almarhum Willy Lasut.”
Pada 1999, Chris Wuritimur bertanding perebutan gelar lowong IBF Pan Pacific super bantam di Sydney, Austradia, dan kalah atas Amell Barotillo, petinju kelahiran Filipina yang menjadi warga negara Australia.
“Saya kalah di semua pertandingan luar negeri. Di Australia yang bawa Lado. Dari Jakarta sudah kantongi kamus. Kalau mau apa-apa buka kamus dulu baru bicara. Lucu, ha ha ha.” Chris Wuritimur tertawa.
Kembali tentang kaki kanannya. “Saya masih mau berobat tapi kalau posisinya pincang juga lebih baik jangan. Kalau berobat kaki normal lagi jalannya saya mau. Tapi saya pikir biarkan saja begini. Sedikit pincang tidak apa-apa. Sudah tua ini.”
TENTANG CHRIS WURITIMUR
Nama: Alfa Krisosthomus Wuritimur.
Nama ring: Chris Wuritimur.
Lahir: Seira, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku, 6 Juli 1969.
Usia: 51 tahun.
Prestasi: Tahun 1997 merebut gelar juara juara Indonesia kelas bulu yunior, mengalahkan Guci Halim Fidal.
Sasana: Gemindo Boxing Camp Jakarta.
Pelatih: Manase Resimanuk.
Manajer: Rully Teopiori Loppiez.
Nama istri: Fransisca Feby S dC.
Nama anak: Claudius Keiza Wuritimur, pelajar SMP kelas 1.
Pekerjaan: Staf sekuriti sebuah Universitas swasta, Jakarta.
Organisasi: Komtek Pertina Jakarta Timur.
Domisili: Pasar Rebo, Jakarta Timur. (finon manullang)