Rondeaktual.com – Pelatih tinju asal Pengprov Pertina Riau, Darman Hutauruk, 48 tahun, bercerita tentang perjalanan ke Dubai, Uni Emirat Arab, mengikuti Kejuaraan Asia XXXI/2021 hingga karantina di Jakarta.
Mantan petinju amatir middleweight ini dijuluki oleh rekan seprofesinya sebagai pelatih bertangan dingin, karena terbukti sudah banyak mencetak juara.
“Tangan dingin karena lama direndam di air es, makanya dingin,” jawabnya bergura.
Berikut kisah perjalanan ke Dubai dan isolasi Jakarta, disampaikan Darman Hutauruk kepada Rondeaktual.com melalui ponselnya, Rabu, 2 Juni 2021, sore.
MINGGU, 23 MEI
8 JAM PERJALANAN
Kami (pelatih Darman Hutauruk, manajer Jasman Abubakar, petinju putri kelas ringan Huswatun Hasanah, dan petinju putra kelas terbang ringan Kornelis Kwangu Langu) harus melewati perjalanan selama delapan jam dari Jakarta dan tiba dengan selamat di Dubai, Uni Emirat Arab.
Sampai di bandara langsung swab lalu ke imigrasi dan ambil bagasi. Di air port sudah ada panitia yang jemput. Kami diantar ke hotel.
Perempuan (Huswatun Hasanah) kamar sendiri. Pak Manajer (Jasman Abubakar) kamar sendiri. Saya dengan Kornelis berdua.
Kami wajib menjalani isolasi mandiri satu hari satu malam. Kornelis gerak-gerak. Latihan di dalam kamar.
SELASA, 25 MEI
KORNELIS KALAH
Pertama-tama, kami meminta maaf, bahwa Kornelis Kwangu Langu kalah melawan petinju Kazakhstan (Daniyal Sabit).
Kekalahan Kornelis, kalau menurut aku, aku yang membawa ke atas ring, Kornelis tidak kalah. Aku kira menang. Nyatanya kalah.
Itu yang kita kurang paham. Filipina juga begitu, seharusnya menang tapi kalah.
SELASA, 25 MEI
HUSWATUN MENANG
Kemenangan Huswatun atas Filipina (Maricel Dela Torre) sangat menyenangkan hati. Huswatun sekali menggoyahkan lawan sehingga mendapat hitungan dari wasit.
Aku kira itu kemenangan yang mutlak. Barangkali mereka bisa jumpa lagi di SEA Games Hanoi.
KAMIS, 27 MEI
HUSWATUN MENANG
Huswatun menang split di pertandingan semifinal melawan Tajikistan (Sohira Zulkaynarova). Dia melangkah ke final dan itu sejarah.
Pada kemenangan kedua ini, menurut aku, Huswatun seharusnya menang mutlak. Tapi hakim di kejuaraan Asia ini seakan condong untuk memenangkan setiap petinju pecahan Soviet. Tajikistan yang membuat kesalahan tapi petinju Indonesia yang diperingati. Akhirnya Huswatun mendapat worning. Nilainya dipotong pada ronde ketiga.
Itu yang membuat kita kesal. Seolah ada cara lain untuk mematahkan petinju kita. Ini jadi pelajaran ke depan.
MINGGU, 30 MEI
HUSWATUN RSC
Kekalahan Huswatun sangat tidak enak. Ketika Huswatun melepaskan straight, lawan memotong dengan long hook. Saat itu kaki Huswatun terpeleset dan jatuh tapi langsung berdiri. Tanpa hitung langsung diberhentikan wasit.
SISTEM PERTANDINGAN
Pertandingan di sana, di Kejuaraan Asia di Dubai, wasit bagus kalau dilihat secara fisik. Sehat. Bugar semua. Cuma kalau (petinju) Uzbekistan yang bertanding, seolah sudah ada nilai plus. Ada kesan mereka tidak boleh kalah.
Bagaimana mereka menjalin komunikasi, itu yang kita tidak tahu.
Petinju India yang harus menang, kalah juga ketemu orang itu.
Petinju Filipina yang cewek (juara dunia kelas 48 kilogram Josie Gabuco) kandas di semifinal, yang seharusnya, menurut aku, dia menang.
PELAYANAN VERSI DUBAI
Selama kami di Dubai, aku kira pelayanan baik. Cukup bagus. Tidak ada yang harus dikeluhkan.
Cuma makan di sana dengan makan di kita beda. Lidah kita tidak terbiasa dengan makanan versi Dubai. Lezat semua bagi yang cocok. Buat kita kurang puas.
Kalorinya sangat tinggi tapi tidak pas dengan lidah kita.
Pagi, breakfast menu, ada nasi yang panjang-panjang sepertiga jari kelingking. Katanya beras dari India. Ada bubur. Ada salad. Ada gule.
Makan siang dan malam tetap disiapkan tak beda jauh dari makan pagi.
Kalau malam sudah jelas daging ayam, daging kambing, daging sapi, ikan. Luar biasa tapi soal rasa tetap beda. Tidak pas kena lidah kita.
Di hotel itu yang kerja semua orang asing. Ada dari Indonesia. Dari Filipina. India. Orang Dubai tidak suka kerja di hotel. Mereka lebih suka memilih jadi tentara.
Di sana kami bertemu tiga orang Indonesia. Mereka dari Jakarta dan Kalimantan Barat. Mereka bantu siapkan kita daging sambal lado. Rasa Indonesianya lebih kental. Lebih puas makannya.
KESULITAN BAHASA
Selama mengikuti Kejuaraan Asia, tim Indonesia tidak ada kesulitan. Kalaupun ada kesulitan sudah pasti soal bahasa, itu bagi aku.
Kalau perlu aku terpaksa berbahasa Inggris. Itu pun yang singkat-singkat saja. Jangan yang bikin bingung. Yes atau no saja. Atau, ketemu orang kita sapa dengan; how are you. Apa kabar? Dia pasti jawab; im fine.
Itu saja. Kalau pak manajer mungkin lancar bahasa Inggrisnya.
ENAKNYA DI DUBAI
Kejuaraan Asia ini seharusnya di India. Berhubung pandemic COVID-19 tinggi di India, digeser ke Dubai. Makanya ditulis di situ Delhi – Dubai.
Enaknya di Dubai bersih. Itu yang pertama. Panitia kerja bagus. Kita fokus untuk pertandingan. Tidak pikiran untuk jalan-jalan. Semua peserta di satu hotel yang sama. Pertandingan di hotel yang sama. Ada aula besar. Di situ kita bertanding. Di sebelahnya ada rumah sakit. Dekat sekali.
Kita ke sana targetnya memang untuk tugas. Tidak ada jalan-jalan.
Selama di Dubai, tim Indonesia diundang makan malam bersama konsulat. Disajikan makanan ala Indonesia. Terima kasih, kenyang dan puas makan malamnya.
Selama pertandingan, kita harus mengikuti semua aturan, yang di Indonesia sepertinya sengaja ditutup-tutupi atau malas disampaikan ke pelatih atau pengurus. Tidak ada sosialisasi.
Seharusnya Pertina bisa kerja. Setiap aturan baru harus bisa segera sosialisasi ke semua daerah.
Soal bandage, memakainya sudah seperti tinju pro. Ini harus kita berlakukan di Indonesia. ID Card, di kita lebih sering dicampakkan begitu saja. Di Dubai, mau timbang saja harus perlihatkan ID Card.
Itu yang betul. Semoga Pertina sekarang, Pertina dengan semangat yang luar biasa, bisa lebih tertib.
Kejuaraan Asia Dubai menyediakan hadiah uang US$ 10.000 medali emas, US$ 5.000 medali perak, US$ 2.500 medali perunggu.
Belum dikasih ke petinju. Konon akan diberikan melalui Federasi. Nanti Huswatun Hasanah boleh diambil di Pertina. Kira-kira begitu.
Kalau bisa, di Indonesia seperti itu (berhadiah uang). Sekarang Pertina sudah melalukan perubahan. Itu bagus.
Negara lain sudah maju. Federasi sudah menghapus istilah amatir. Petinju amatir Filipina, Uzbekistan, dan yang lain, sudah boleh bertanding di profesional. Juara kelas berat super yang sekarang (Bakhodir Jalolovdari Uzbekistan) dia sudah berkali-kali main di profesional.
Apakah kita boleh berpikir, petinju pro Indonesia bertanding di amatir?
SELASA, 1 JUNI – ISOLASI
Kami rombongan tinju Kejuaraan Asia di Dubai pulang ke Indonesia (Selasa, 1 Juni 2021, pukul 15.30 WIB) langsung wajib menjalani isolasi selama lima hari. Lama juga.
Setiap orang satu kamar. Aku sendiri. Pak Komaruddin Simanjuntak (Ketua Umum PP Pertina) sendiri. Namanya juga isolasi.
Lantaran sudah terbiasa bangun pukul lima pagi, aku sudah bangun. Duduk-duduk. Tidak ada kegiatan ngantuk lalu tidur lagi. Tadi pagi bangun jam 8.
Bangun minum air putih lalu pesan makanan. Di antar di depan pintu kamar. Kita buka pintu, makanan sudah tersedia di meja. Tidak nampak siapa yang antar.
Siang juga sama. Sudah ada yang mengurus. Semua terpantau. Kita harus taat aturan. Jangan melawan. (finon manullang / foto milik darman hutauruk)