Rondeaktual.com – Ingat Mudafar Dano? Duda tiga anak dari dua istri ini adalah kelahiran Ternate 51 tahun silam dan merupakan juara Indonesia kelas ringan dan kelas welter yunior. Mudafar bertinju melalui Pirih Boxing Camp Surabaya.
“Saya pernah dua kali juara Indonesia di dua kelas,” kata Mudafar Dano beberapa hari yang lalu di Blitar, Jawa Timur. “Salah satu pertarungan yang paling saya ingat sudah tentu ketika dua kali berhadapan dengan petinju Manado, Max Karamoy. Sudah puluhan tahun, tapi masih ingat keputusan kontroversial di GOR Arie Lasut dan pertarungan berdarah-darah di Gedung KONI Sario,” lanjut Mudafar Dano, yang sejak tahun lalu tinggal dan bekerja di Blitar.
Mudafar Dano, duda tiga anak dari dua istri, sudah setahun hidup di Blitar, Jawa Timur. “Saya tinggal di sekitar Candi Penataran, Blitar. Bersama dua anak yang masih kecil. Istri pertama meninggal dunia. Istri kedua sudah pisah di Surabaya. Itu tahun 2018. Dua anak dari istri kedua ikut saya dan saya bawa ke Blitar.Masih kecil. Masih kelas tiga SD dan kelas satu SD.”
Mengapa tidak kawin lagi?”
“Ha ha ha …..!” Mudafar Dano tertawa terbahak-bahak. Panjang. Ya panjang sekali. “Tidak. Tidak. Tidak,” katanya sesudah tawanya habis. “Saya bersama anak saja.”
Di Blitar, Mudafar Dano bertetangga dengan Stack Pancogati, mantan juara Indonesia yang terkenal era tinju masuk televisi.
Mudafar Dano bekerja di sebuah leasing. Dia fokus kerja. Tinju sedang surut akibat pandemic COVID-19.
“Anak (pertama) yang di Surabaya sudah berhenti tinju. Sempat ikut amatir tapi gagal masuk tim PON Jatim. Dua anak yang ikut saya, kalau ada pertandingan di Blitar, saya ajak supaya terbiasa dengan olahraga tinju,” yang pernah satu sasana bersama Yani Malhendo, Ricky Matulessy, Hasanuddin Hasibe, Marianus Penmaley, Robby Rahangmetan, Andrian Kaspari.
“Di sasana Pirih, pelatihnya dari Filipina (Mario Lumacad). Kita bertanding ke mana-mana bersama Pak Mario,” kenang Mudafar.
Mudafar Dano mengaku sangat mengenang peristiwa GOR Arie Lasut, Manado, Sabtu, malam, 2 April 1994.
. “Di sana saya bertanding 12 ronde dan mengalahkan petinju tuan rumah Max Karamoy (penantang dari Satria Bahu Manado). Penonton marah. Segala benda dilempar ke dalam ring. Ibu-ibu angkat kursi rotan lalu membantingkannya ke dalam ring. Sangat gaduh. Sangat menakutkan. Saya disuruh turun. Untuk menghindari kemarahan penonton, saya menerima sabuk juara saya di bawah ring, tidak di atas ring.”
Pertarungan Mudafar-Max ditangani promotor Tourino Tidar, untuk kejuaraan Indonesia kelas ringan.
NILAI HAKIM
Pieter Gedoan (Jakarta, wasit/merangkap hakim) 116-114 untuk Mudafar Dano.
Bambang Subagyo (Gresik) 116-114 untuk Mudafar Dano.
Jootje Darmawan (Bandung) 115-113 untuk Max Karamoy.
“Tiga bulan kemudian tanding ulang di Sario. Kita main santai biarkan lawan masuk. Pas sudah dekat saya potong. Max Karamoy jatuh. Pada ronde kesembilan terjadi benturan dan saya terluka parah. Saya turun dan dinyatakan kalah TKO. Seharusnya saya menang. Promotor (Tourino Tidar) bertanya, mengapa kamu turun. Saya jawab saya terluka benturan.”
Dua kali jumpa Max Karamoy berakhir sama.”Dia saya kalahkan dan dia mengalahkan saya. Itu biasa dalam tinju. Tidak ada dendam. Kita berkawan baik. Kalau jumpa pasti ketawa-ketawa. Rangkul-rangkulan. Bersahabat. Itu tinju.”
TENTANG MUDAFAR DANO
Nama: Mudafar Dano.
Lahir: Ternate, Maluku Utara, 27 Maret 1970.
Usia: 51 tahun.
Status: Duda.
Anak: Akbar Dano (23 tahun), Rafael Dano (kelas 3 SD), Aqila Dano (kelas 1 SD).
Asal sasana: Pirih Boxing Camp Surabaya.
Prestasi: Juara Indonesia kelas ringan tahun1994, juara Indonesia kelas welter yunior tahun 1998.
Domisili: Blitar, Jawa Timur.
(finon / foto: istimewa)