Rondeaktual.com
Usai kita merdeka, bermunculanlah gerakan olahraga di Indonesia. Gerakan olahraga harus terorganisir agar berjalan dengan baik. Tidak boleh asal berdiri.
Olahraga tinju di Indonesia diperkenalkan oleh tentara marinir Belanda yang berpusat di Surabaya, Jawa Timur.
Olahraga tinju tergabung dalam Persatuan Tinju dan Gulat (Pertigu). Statusnya juga masih profesional tinju era pasar malam.
Ketika Olimpiade Roma akan dilangsungkan, ada keinginan dunia tinju Indonesia untuk ikut serta. Setelah dipelajari ketentuan peran serta olimpiade, tinju amatir harus memiliki organisasi sendiri. Maka didirikanlah Pertina pada 1959 untuk mengelola kegiatan tinju amatir. Indonesia menyertakan petinjunya ke Olimpiade Roma 1960, yang terkenal karena melahirkan Muhammad Ali sebagai peraih medali emas kelas berat ringan. Kemudian Ali terjun ke dunia tinju pro dan menjadi juara dunia kelas berat.
Pertina kembali berpartisipasi di Olimpiade Muenchen 1972. Hasilnya luar biasa, Ferry Moniaga masuk perempatfinal. Ferry dan Wiem Gommies waktu itu mendapat kesempatan berlatih di Jerman bersama beberapa negara Afrika. Pada olimpiade berikutnya bertambah perempat finalis dari Indonesia.
Pertina berdiri untuk olimpiade, tapi hingga kini belum berhasil meraih sekepingpun medali dari olimpiade. Bahkan untuk bisa ikut saja tidak bisa karena disisihkan oleh petinju handal dari negeri lain.
Melihat dan mempelajari prestasi olahraga tinju secara awam. Kecil kemungkinan, petinju yang bertanding setiap Minggu bisa kalah melawan petinju yang hanya bertanding sekali dalam 3 atau 4 bulan.
Seperti katak merindukan bulan, begitulah mungkin gambaran cita-cita berdirinya Pertina untuk bisa meraih medali di ring tinju olimpiade, yang tidak bisa menyertakan petinjunya di Olimpiade Tokyo 2020, yang sekarang sedang berlangsung di Tokyo.
Semoga olimpiade berikutnya bisa lolos kwalifikasi. Bisa kita ambil gambaran, andai petinju kita bertanding tingkat internasional seperti bulutangkis yang bertanding dua Minggu sekali secara internasional, saya kira prestasinya tidak akan kalah. Turnamen Tinju Internasional berlangsung terbuka setiap waktu di berbagai tempat di dunia.
Perbanyak kompetisi lokal untuk mencari bibit unggul. Bibit unggul mungkin hanya ada satu dalam seribu. Kalau tidak dicari, tidak ketemu.
Syamsul Anwar Harahap, adalah petinju kelas welter ringan Olimpiade Montreal 1976.