Rondeaktual.com
Tidak sekali ini saja, orang yang masih hidup diberitakan melalui media sosial sudah meninggal dunia.
Kid Francis, 87 tahun, saksi sejarah tinju era Pertigu, saksi lahirnya Pertina, dan saksi lahirnya KTI, adalah salah satu korban berita bohong.
“Saya masih hidup diberitakan sudah meninggal dunia,” kata Kid Francis di kediamannya, Kramat Pulo, Jakarta Pusat, Senin, 2 Agustus 2021. “Biasanya, kalau orang masih hidup diberitakan meninggal dunia, umur panjang, he he he,” Kid Francis tertawa, menghibur diri sendiri.
Diperlakukan seperti itu, Kid Francis tidak menaruh marah apalagi dendam. Biasa-biasanya. Seperti tidak pernah terjadi apa-apa.
Dua mantan petinju pro era Ellyas Pical, sampai sekarang belum pernah meminta maaf. Dibiarkan begitu saja.
“Saya tahu diberitakan meninggal dunia setelah saya ditelepon Nixon Gabriel (juara Indonesia kelas terbang 1984) dan Yance Rahayaan (peringkat kelas ringan decade 80-an), saya diberitakan sudah meninggal dunia. Saya bilang, saya sehat-sehat saja. Saya belum mati. Saya masih kuat minum. Suami Lucy (anak menantunya) kalau pulang dari Hong Kong pasti bawa wisky. Saya minum sikit-sikit. Tidak minum sekaligus. Saya enjoy. Saya nikmati. Begitupun dengan hidup ini. Saya selalu bersyukur atas kebesaran Tuhan Yang Masa Esa. Saya diberi umur panjang, terima kasih. Saya kelahiran 1933 loh. Hitung, sudah berapa umur saya (87 tahun). Saya tidak ada penyakit. Semua (jantung, gula, kolesterol, asam urat) bagus. Penyakit saya dari dulu cuma satu, kanker. Kantong kering, ha ha ha,” Kid Francis pendiri Scorpio Boxing Camp Jakarta, tertawa. Salah satu murid Scorpio adalah Daud Jordan, juara Indonesia kelas bulu 1986.
“Kemarin waktu Imlek, Pak Manahan (Situmorang, Ketua Umum Asosiasi Tinju Indonesia) dan Ricardo (Simanungkalit, mantan juara Indonesia kelas menengah tertua) dan istrinya Ricardo (Maya Hutauruk, wanita Indonesia pertama menjadi hakim tinju WBC International) datang ke rumah. Kita kumpul. Saya bilang, di meja ada makanan. Ambil saja. Pak Manahan bilang, sudah kenyang. Rupanya mereka habis makan. Saya tahu, Pak Manahan punya langganan di Jalan Pramuka.”
Selama kami berbicara melalui telepon seluler, saya sengaja agak “lari” dari kisah berita bohong tentang kematiannya yang diposting oleh dua orang mantan petinju pro Ibu Kota, yang salah satunya pernah bertanding melawan Ellyas Pical. Saya lebih banyak mengajak Kid Francis, guru tinju paling senior, berbicara tentang yang lucu-lucu, yang dapat menyemangati hidup beliau.
Saya sengaja menyebut tentang Hendropriyono (mantan Ketua Umum KTI Pusat). “Dulu waktu mudanya, Mantan Ketua BIN Pak Hendropriyono pernah latihan tinju di Roxy. Saya yang latih. Kalau bertemu dengan Pak Hendro, selalu bilang ini guru saya. Waktu saya pesta kawin emas, Pak Hendro tidak bisa datang tapi mengirim bunga.”
Selain menyebut Hendropriyono, saya juga mengungkap kisah tentang “Suling Bambu versi Pagar Seng” dan kisah perjalanan dinihari di atas becak sambil memegang botol bir dari Tanjung Priok sampai ke Kramat Pulo, Jakarta Pusat.
Itu tahun 1983, ketika becak belum diusir dari Ibu Kota. Kisah hidup dua lelaki beda umur yang tidak terlupakan.
“Ngomong-ngomong, you masih minum Fin,” Kid Francis bertanya.
Saya bilang, saya sudah tidak kuat minum. Kalaupun minum bir, tidak pada malam hari. Siang atau sore. Tetapi, mana enak orang minum bir di jam itu.
Sebelum menutup percakapan, Kid Francis –salah satu pendiri KTI bersama Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin pada 1970—bicara begini: “Ini saya bicara sebagai orang tua, jangan pernah lupa berdoa sebelum tidur.”
Selama bertahun-tahun mengenal Kid Francis, baru sekali ini beliau bicara begitu. (finon manullang)