Rondeaktual.com, Jakarta – Saya tidak pernah memberikan hati untuk Gennady “GGG” Golovkin. Tidak juga untuk Saul “Canelo” Alvarez. Golovkin dan Canelo bukan favorit bagi saya.
Petinju kelas menengah yang menjadi favorit saya, dari dulu sampai sekarang, salah satunya adalah Roberto Duran. Ketika badan tinju dunia hanya WBA dan WBC dan tidak banyak seperti sekarang, petinju Panama ini pernah menjadi juara dunia kelas ringan, kelas welter, kelas menengah yunior, kelas menengah. Empat gelar juara dunia di tangan Duran.
Tentang pertarungan Canelo dengan Golovkin tak akan pernah tuntas selama permainan ditutup sampai habis ronde. Hanya dengan kemenangan KO atau TKO “perang” Canelo-Golovkin bisa dianggap selesai. Keputusan angka tidak akan menyelesaikan dendam kusumat di antara keduanya.
Pertandingan pertama (T-Mobile Arena, 16 September 2017) berakhir draw mayoritas (dua hakim menilai draw dan satu hakim memenangkan Canelo). Pertandingan ulang (T-Mobile, 15 September 2018) Canelo memenangkan pertandingan dengan keputusan mayoritas (dua hakim memenangkan Canelo dan satu hakim menilai draw).
Bagi saya, tidak masalah Canelo atau Golovkin yang menang. Keduanya bukan favorit bagi saya. Tetapi, bagi kebanyakan orang kemenangan Canelo bukan sebuah keputusan yang menyenangkan. Kemenangan Canelo adalah kemenangan yang membuat sebagian orang sakit kepala. Pening karena tidak puas.
Kebanyakan orang (di Indonesia) menginginkan nama Golovkin diumumkan sebagai pemenang. Nama Golovkin termasuk “bersih” sehingga menjadi salah satu favorit kelas menengah. Tak sedikit orang menghormati Golovkin sebagai juara dunia yang hebat, yang patut dicontoh karena rendah hati.
Seorang jenderal purnawiran yang merupakan salah satu mantan petinggi Badan Narkotika Nasional (BNN), sampai tiga kali menyebut Golovkin sebagai petinju yang rendah hati.
Seorang wartawan senior menyebut Golovkin adalah petinju sederhana tetapi kaya kemenangan besar di atas ring.
Banyak hal yang baik tentang Golovkin. Tetapi barangkali, hanya sedikit yang menempatkan Canelo sebagai favorit bagi mereka.
Sangat mungkin Canelo dianggap kaku. Bahkan tidak bersahabat ketika laga Canelo-Golovkin II mulai dipromosikan. Kubu Canelo menolak tur promosi di beberapa kota besar dan negara. Kubu Canelo menolak foto bersama ketika konferensi pers terakhir digelar dua hari menjelang pertandingan. Kubu Canelo menolak foto berdua (tatap muka) usai timbang badan.
Wartawan foto harus mengambil gambar secara terpisah-pisah dan bisa jadi ini baru pertama kali terjadi dalam sejarah pubikasi pertandingan besar yang menyita perhatian dunia.
Bukan itu saja. Canelo secara khusus berkali-kali berbicara kepada wartawan bahwa ia mengejar targer knockout. Ia ingin menjatuhkan Golovkin. Ia ingin menang KO dan membawa pulang sabuk juara dunia kelas menengah.
Canelo tidak terbukti. Ia gagal menghasilkan knockout. Bahkan tidak bisa menciptakan knockdown.
Canelo yang umurnya lebih muda 8 tahun dari usia Golovkin 36 tahun, hanya mampu menang angka mayoritas. Tidak mutlak.
Dua hakim menilai 115-113, 115-113 untuk kemenangan Canelo. Hakim lain menilai imbang 114-114. Itulah yang disebut kemenangan mayoritas.
Seorang teman senior menilai 116-110 untuk Golovkin.
Saya menilai 116-112 untuk Canelo, yang menang di ronde 1, 2, 3, 5, 6, 8, 10, 12. Golovkin menang pada ronde 4, 7, 9, 11.
Tidak semua ronde patut untuk dikenang sebagai ronde yang hebat. Tetapi, ronde 12, ronde terakhir bisa jadi ronde yang sangat menyenangkan bagi semua orang. Kedua petinju saling menyerang. Satu menit terakhir Canelo masuk dan berhasil mendaratkan jab-straight yang tangguh. Canelo memperlihatkan usaha yang luar biasa agar bisa memenangkan pertandingan. Ronde 12 merupakan ronde paling mencekam, yang dimenangkan Canelo dengan 10-9.
Saya percaya, banyak yang tidak puas atas kemenangan Canelo. Banyak yang tidak suka Canelo menang, karena Golovkin adalah favorit.
Tetapi, sepanjang 12 ronde Canelo telah melakukan perubahan besar. Pertama, jab atau pukulan kiri Canelo lebih cepat lebih telak dan lebih banyak mendarat. Kedua, Canelo maju menyerang. Ia tidak pernah lari atau mundur memanfaatkan tali ring sebagai pertahanan ekstra, seperti dugaan banyak orang.
Finon Manullang, menulis dari Desa Tridaya, Jawa Barat
Heheheehe……….
Politik Pertandingan namanya
Untuk nilai jual event selanjutnya & berkelanjutan