Rondeaktual.com
Pertandingan tinju PON XX/2021 akan berlangsung di GOR Cendrawasih, Kota Jayapura, Papua. Tanggal 5 Oktober adalah petandingan hari pertama. Tanggal 13 Oktober adalah pertandingan terakhir atau final sekaligus upara penghormatan pemenang (UPP). Tanggal 14 Oktober 2021 adalah kepulangan. Sampai jumpa pada PON mendatang, PON XXI/2024 Aceh-Sumut.
PON XX Papua menandingkan 17 kelas (10 kelas putra dan 7 kelas putri). Semua kelas lama dan sejak 1 November 2021, Persatuan Tinju Amatir Indonesia (Pertina) akan memberlakukan kelas baru, yang disesuaikan dengan kelas terbaru versi Persatuan Tinju Internasional (AIBA).
Kelas bantam PON XX/Papua akan diikuti delapan petinju dari hasil Pra PON dan menjadi sembilan dengan petinju tuan rumah yang otomatis lolos PON.
Jika peserta sembilan petinju, maka dua petinju harus saling bertarung untuk maju ke perdelapan final. Sementara tujuh petinju mendapat bye dan langsung masuk 8 besar. Sekali saja menang, maka medali perunggu sudah di tangan. Tetapi, yang dicari bukan itu, melainkan medali emas.
PON sekarang sudah jauh lebih maju dan berani. PON tidak lagi hanya medali emas dan banus uang kontan, tetapi pekerjaan. Medali emas PON menjanjikan bonus ratusan juta dan pekerjaan. Pintu PNS dan tentara terbuka.
PON PAPUA – KELAS BANTAM PUTRA 56 KG
Berikut daftar petinju kelas bantam putra yang akan bertanding pada PON XX/2021 Papua dan prestasinya.
1. Julio Bria, Bali, peraih medali emas Pra PON di Bogor 2019.
2. Jill Mandagie, DKI Jakarta, peraih medali perak Pra PON di Bogor.
3. Julius Lumoly, Maluku, peraih medali perunggu Pra PON di Ternate 2019.
4. Lucky Hari, Nusa Tenggara Timur, peraih medali emas Pra PON di Ternate 2019.
5. Seblum Numberi, Papua. Seblum bebas kualifikasi PON.
6. Simon Makarawe, Jawa Barat, peraih medali perunggu Pra PON di Ternate 2019.
7. Abu Sofyan, Sumatera Utara, peraih medali emas Pra PON di Bengkulu 2019.
8. Roberto Riyanto Pasaribu, Riau, medali perak Pra PON di Bengkulu 2019.
Kelas bantam putra seharusnya sembilan petinju, tetapi Sunan Amoragam (Maluku Utara) keluar karena sudah memilih tinju pro. Maluku Utara tidak mencari pengganti Sunan. Dengan delapan petinju, maka tidak ada yang bye. Semua langsung masuk semifinal.
Dari hasil Pra PON Wilayah Tengah dan Wilayah Timur di Ternate dan di Bogor, dan Wilayah Barat di Bengkulu, Julio Bria, Lucky Hari, dan Abu Sofyan, adalah yang terkuat. Ketiganya adalah pemenang medali emas.
Tetapi, melihat hasil seleksi nasional untuk tim pelatnas SEA Games, Jill Mandagie satu-satunya yang paling menonjol. Jill mengalahkan Sunan Amoragam dan masuk pelatnas.
Jill Mandagie akan kembali bersaing ketat dengan Julio Bria. Julio pernah mengalahkan Jill dalam turnamen Piala Kapolda Metro Jaya 2018.
Pada Pra PON Bogor 2019, Jill seharusnya menghadapi Julio dalam final kelas bantam. Tetapi dokter pertandingan melarang Jill naik ring karena luka pada bagian alisnya masih basah. Jill memberikan kemenangan tanpa bertanding kepada Julio Bria.
Kekuatan lainnya sudah tentu Seblum Numberi (Papua), veteran Julius Lumoly (Maluku), Simon Makarawe (Jawa Barat), Roberto Riyanto Pasaribu (Riau).
PON PAPUA – KELAS BANTAM PUTRI 54 KG
1. Novita Sinadia, DKI Jakarta, medali emas Pra PON di Ternate 2019.
2. Karmila, Nusa Tenggara Barat, medali emas Pra PON di Bogor.
3. Rola Atika, Sumatera Barat, medali emas Pra PON di Bengkulu 2019.
4. Yusulina Matubai, Papua, langsung lolos PON.
5. Serly Kase, Nusa Tenggara Timur, medali perak Pra PON di Ternate 2019.
6. Adistria Oliana, Kalimantan Selatan, medali perunggu Pra PON di Ternate 2019.
7. Veronika Nicolas, Sulawesi Utara, medali perak Pra PON di Bogor 2019.
8. Indriawati Haer, Sulawesi Selatan, medali perunggu Pra PON di Ternate 2019.
9. Nindi Anggraini, Jambi, medali perak Pra PON di Bengkulu 2019.
Kekuatan kelas bantam putri merupakan kekuatan yang berimbang. Tidak ada petinju kelas bantam yang menonjol atau yang menjadi favorit untuk memenangkan medali emas PON XX/Papua. Semua bisa membuka jalan menuju kemenangan.
Sembilan petinju (tujuh petinju mendapat bye dan langsung masuk 8 besar dan dua petinju harus bertarung untuk satu tiket ke perdelapan final.
Yusulina Matubai, petinju tuan rumah, diperkirakan bakal mendapat tenaga ekstra berkat dukungan penonton. Itu sudah pasti. Kekuatan Yusulina sangat tersembunyi karena tidak ikut pertandingan Pra PON.
Meski tidak ada petinju kelas bantam yang menonjol, namun Novita Sinadia (DKI Jakarta) bisa menjadi sandungan bagi siapa saja. Novita sengaja didorong naik ke kelas bantam 54 kilogram, sehingga terlihat agak kecil dibandingkan kelas bantam lainnya. Novita adalah spesialisasi kelas terbang 51 kilogram.
Serly Kasa yang menjadi andalan Nusa Tenggara Timur, tetap menjadi salah satu yang bisa maju sampai ke pertandingan final.
Sementara, Karmila dari Nusa Tenggara Barat, tetap merupakan kekuatan baru kelas bantam putri. Pada babak penyisihan Pra PON di Lapangan Kie Raha, Ternate, Maluku Utara, 20 September 2019, Novita Sinadia mematahkan langkah Karmila.
Karmila merebut tiket PON melalui Pra PON terakhir di Bogor, memenangkan pertandingan final kelas bantam atas petinju pengalaman Veronika Nicolas (Sulawesi Utara).
Kekuatan kelas bantam terus bergeser. Masih ada Adistria Oliana (Kalimantan Selatan), Indriawati Haer (Sulawesi Selatan), Rola Atika (Sumatera Barat), Nindi Anggraini (Jambi).
Tetap hati-hati dalam menghitung kekuatan lawan, termasuk menghitung kemungkinan munculnya angka-angka setan yang menghasilkan keputusan kontroversial.
Keputusan kontroversial adalah keputusan yang tidak pernah bisa dihapus dari permainan tinju. Keputusan kontroversial selalu muncul dan merobek hati orang banyak.
Semoga keputusan kontroversial yang merusak citra tinju seperti terjadi di PON XIX/2016 Jawa Barat, tidak terbawa-bawa ke arena tinju PON XX/2021 Papua.
Harapan semua orang adalah cabor tinju harus bersih dari segala bentuk kecurangan. PON Papua harus menjadi salah satu PON terbaik dalam sejarah olahraga Indonesia.