Rondeaktual.com
Saya merasa beruntung –hidup memang harus selalu merasa beruntung—bisa meliput Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII/2012 Riau. Itu sembilan tahun yang lalu.
Pertandingan tinju PON XVIII berlangsung di GOR Tengku Pangeran, Pangkalan Kerinci, Pelalawan, Riau. Pertandingan hari pertama berlangsung pada hari Senin, 10 September. Final berlangsung pada Senin, 17 September 2012.
Final dilihat sekitar 2.500 orang. Tidak ada tempat yang kosong. Sebagian orang harus berdiri di sudut-sudut tembok. Situasi itu membuat tempat pertandingan menjadi sesak dan panas. Kurang pentilasi.
Sepertinya penonton datang dari tempat yang jauh. Sebab GOR Tengku Pangeran jauh dari keramaian. Di sekitar GOR hanya tanah kosong. Tidak ada kehidupan.
Saya di sana, mewakili Majalah Ronde. Majalah edisi tinju satu-satunya di Tanah Air ketika itu. Saya berdiri hanya sekitar dua meter dari sudut merah dan melihat seorang teman mengambil kursi lipat kemudian dengan sekuat tenaga melempar kursi merah itu ke dalam ring. Bruuuuuk!
Segitu marahnya. Tapi biarkan saja. Tinju kadangkala memang harus begitu dan itu bagus untuk coretan seorang jurnalis. Kasus lempar kursi di GOR Tengku Pangeran menjadi coretan spesial.
Tidak setiap PON saya hadir. Tetapi setiap kali melakukan liputan PON, selalu saja terjadi gaduh. Dilempar puntung rokok seolah tradisi buruk yang tak terhapus.
Belum ada PON cabor tinju bersih dari amuk orang-orang yang merasa dirugikan oleh keputusan wasit/hakim.
Jauh sebelum memilih jalan sebagai wartawan, saya sudah melihat keributan yang terjadi di final PON Istora Senayan. Melihat (almarhum) Charles Thomas dan rekan-rekannya sibuk mondar-mandir di sekitar ring untuk menenangkan situasi yang marah akibat keputusan wasit/hakim yang dianggap buruk.
Pada PON Riau 2012, peristiwa lempar kursi lipat yang mewarnai akhir final kelas terbang 51 kilogram women`s, berawal dari ketidakpuasan atas kekalahan Irene Sasihiang (Sulawesi Utara) melawan Nurmala Deli (Sumatera Utara).
Kekalahan Irene Sasihang dianggap akibat nilai hakim tinju yang menyimpang. Dianggap tidak jujur.
Akibatnya, kursi lipat dilempar ke dalam ring, hanya beberapa menit setelah Irene Sasihiang (DKI Jakarta) kalah atas Nurmala Deli (Sumatera Utara), dalam final kelas terbang 51 kilogram.
Wasit/hakim dan orang-orang terhormat yang duduk di barisan meja Dewan Juri terkejut.
Suasana gaduh. Seorang wanita bertato di keningnya dan peraih medali emas yang mengalahkan Lisa Kmur dalam final kelas 57 kilogram PON XVII/2008, tiba-tiba sudah jatuh lemas setengah pingsan di pinggir ring. Dia yang 100% mendukung Irene, harus digotong oleh petugas keamanan. Seorang lelaki mirip dukun kampung membasuh mukanya dengan air mineral dan perlahan-lahan mulai sadar. Tangan orang tua itu sakti.
Sementara, kawan yang tadi melempar kursi lipat ke dalam ring sudah mengajukan protes dan menyuruh timnya segera membayar uang protes Rp 5 juta. Dibayar kontan. Uang diletakkan di atas meja, yang ada di ruang tertutup. Tidak ada yang melihat, kecuali dua orang wasit/hakim selaku penerima protes, seorang teman yang mengajukan protes dan saya.
Dewan Juri yang menerima uang protes sebetulnya sudah tahu bahwa protes tidak akan berhasil lantaran sudah kalah waktu. Kawan tadi terlambat mengajukan protes. Anehnya, uang lima juta tetap diterima.
Tadi malam, Minggu, 3 Oktober 2021, sebelum tidur, kawan tadi masih teringat dengan kasus lempar kursi. Dia masih ingat tentang uang lima juta, yang diletakkannya di atas meja.
Saya sebut “teman” lantaran pria yang melempar kursi ke dalam ring tadi adalah teman saya di dalam kehidupan tinju. Kami pernah sama-sama persoalia Pertina di bidang yang berbeda. Kami pernah sama-sama menghabiskan segelas bir hangat di pinggi bar di sebuah kawasan merah di Jakarta. Kami pernah sama-sama olahraga sore di Kawasan Monas.
Di tahun itu, aturan tinju amatir membolehkan protes jika dilakukan tidak lebih dari 15 menit sejak hasil pertandingan diumumkan.
Sementara, kawan tadi sudah terlambat 20 menit dari batas dead line.
Setelah situasi mulai kondusif, pertandingan diteruskan dan seingat saya tuan rumah Riau gagal merebut medali emas. Sedih tapi bangga karena Robin Hutagalung selaku Ketua Pengorov Pertina Riau, tidak mau “bermain” memanfaatkan situasi sebagai tuan rumah. Patut untuk ditiru.
Riau hanya meraih medali perak melalui Marican Purba kelas 54 kilogram putri.
Tanpa emas, Riau tetap berhasabat dan mempertahankan semboyan Pertina; Satria di dalam dan di luar ring. Patut dijaga dan dipertahankan sekaligus ditiru oleh daerah lain.
Tetapi, tidak semua orang seperti hati yang dimiliki kontingen tinju Riau, yang mau menerima kekalahan dengan jiwa besar.
Itu luar biasa. Beda dengan hati seorang teman, yang sangat berapi-api ketika gengsi daerahnya dipertaruhkan sekaligus mengejar janji bonus ratusan juta.
Barangkali itu pula yang mendorong seorang teman sampai berani bertindak anarkis. Sudah di luar akal sehat.
Semoga PON Papua, yang akan dimulai besok siang (Selasa, 5 Oktober 2021) dijauhkan dari segala keberpihakan. Sekali saja berpihak, maka angka-angka “setan” seperti pada PON sebelumnya akan muncul kembali. Itu akan merusak citra olahraga tinju di mata orang banyak.
DAFTAR JUARA PON XVIII/2012 RIAU ELITE WOMEN`S
1. KELAS TERBANG RINGAN 48 KILOGRAM
Medali emas: Selly Wanimbo (Papua Barat).
Medali perak: Beatrix Suguro (Kalimantan Selatan).
Medali perunggu: Apriliani Tombeg (Daerah Khusus Ibukota Jakarta).
Medali perunggu: Yunike RottI (Sulawesi Utara).
2. KELAS TERBANG 51 KILOGRAM
Medali emas: Nurmala Deli (Sumatera Utara).
Medali perak: Irene Sasihiang (Daerah Khusus Ibukota Jakarta).
Medali perunggu: Siti Isroh (Papua Barat).
Medali perunggu: Amelia Lontoh (Kalimantan Timur).
3. KELAS BANTAM 54 KILOGRAM
Medali emas: Norbertha Tajum (Papua).
Medali perak: Marican Purba (Riau).
Medali perunggu: Maria Ohoiulun (Maluku).
Medali perunggu: Christina Jembay (Papua Barat).
4. KELAS BULU 57 KILOGRAM
Medali emas: Imaculata Loda (Nusa Tenggara Timur).
Medali perak: Welmy Pariama (Maluku).
Medali perunggu: Lisa Kmuur (Papua).
Medali perunggu: Ni Luh Gede Yeni Wahyu Dewi (Bali).
5. KELAS RINGAN 60 KILOGRAM
Medali emas: Dolince Sanadi (Papua Barat).
Medali perak: Magdalena Kambayong (Papua).
Medali perunggu: Esther Kalayukin (Maluku).
Medali perunggu: Agnes Datungsolang (Kalimantan Timur).
6. KELAS WELTER RINGAN 64 KILOGRAM
Medali emas: Odorkasih Pasaribu (Kalimantan Timur).
Medali perak: Maduma Simbolon (Sumatera Utara).
Medali perunggu: Dian Haryati (Aceh).
Medali perunggu: Nelchi Baransano (Papua Barat).
DAFTAR JUARA PON XVIII/2012 RIAU ELITE MEN`S
1. KELAS TERBANG RINGAN 49 KILOGRAM
Medali emas: Rahmat Taubat (Sumatera Barat).
Medali perak: Deni Hitarihun (Nusa Tenggara Timur).
Medali perunggu: Irfan Tentonda (Daerah Khusus Ibukota Jakarta).
Medali perunggu: Musa Chayadi (Jawa Tengah).
2. KELAS TERBANG 52 KILOGRAM
Medali emas: Albertho Alfons (Jawa Barat).
Medali perak: Charles Tungga (Nusa Tenggara Timur).
Medali perunggu: Rodiv Mandag (Daerah Khusus Ibukota Jakarta).
Medali perunggu: Dominggos Alberto (Riau).
3. KELAS BANTAM 56 KILOGRAM
Medali emas: Dadan Amanda (Jawa Barat).
Medali perak: Yulius Lumoly (Maluku).
Medali perunggu: Yulius Mauk (Jawa Tengah).
Medali perunggu: Dicky Darraw (Jambi).
4. KELAS RINGAN 60 KILOGRAM
Medali emas: Matius Mandiangan (Sulawesi Utara).
Medali perak: Abniel Daniel (Nusa Tenggara Timur).
Medali perunggu: Arenaldo Moniaga (Daerah Khusus Ibukota Jakarta).
Medali perunggu: Andreas Avenero (Kalimantan Tengah).
5. KELAS WELTER RINGAN 64 KILOGRAM
Medali emas: Vinky Montolalu (Sulawesi Utara).
Medali perak: Afdan Bachtila (Aceh).
Medali perunggu: Erico Amanupunyo (Sulawesi Selatan).
Medali perunggu: Supriyadi (Kepulauan Riau).
6. KELAS WELTER 69 KILOGRAM
Medali emas: Lodwijk Batlayeri (Maluku).
Medali perak: Kusdiyono (Jawa Barat).
Medali perunggu: Toufan Paransa (Papua).
Medali perunggu: Indra Ashari Jaya (Kalimantan Timur).
7. KELAS MENENGAH 75 KILOGRAM
Medali emas: Alex Tatontos (Sulawesi Selatan).
Medali perak: Toar Sompotan (Sulawesi Utara).
Medali perunggu: Agus Firmansyah (Kalimantan Barat).
Medali perunggu: Hendrik Sukamto (Kalimantan Timur).
8. KELAS BERAT RINGAN 81 KILOGRAM
Medali emas: Kristianus Nong Sedo (Kalimantan Timur).
Medali perak: Willis Riripoy (Jawa Tengah).
Medali perunggu: Nasrudin (Nusa Tenggara Barat).
Medali perunggu: Kristanto (Derah Khusus Ibukota Jakarta).
9. KELAS BERAT 91 KILOGRAM
Medali emas: Robby Chandra (Sumatera Barat).
Medali perak: Achmad Amri (Jawa Tengah).
Medali perunggu: Irwan Setiawan (Jawa Barat).
Medali perunggu: Yunus Pane (Riau).