Rondeaktual.com
Sedih mengabarkan berita duka atas kepergian sahabat tinju tercinta Jansen Frangklyn Polii (Franky Polii). Usia hampir 60 tahun.
Franky Polii meninggal dunia akibat berbagai sakit di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja, Jakarta Utara, Rabu, 20 Oktober 2021, pukul 21.45 WIB.
Franky mendapat sejumlah serangan penyakit, yang nyaris merenggut nyawanya. Ia berjuang dan lolos dari maut melalui pengobatan medis dan non medis.
Pengobatan medis di sejumlah rumah sakit dibayar melalui jaminan kartu sehat yang dimilikinya. Pengobatan non medis ke sejumlah orang yang mengaku bisa menyembuhkan penyakit, dibayar melalui uang pribadi. Sampai habis-habisan, sampai akhirnya berhenti bernapas di RSUD Kota, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu malam.
Berita duka pertama kali disampaikan bos almarhum, Johny Koe, yang dulu dikenal sebagai manajer JK Boxing Camp Tanjung Priok. Berita duka tersebut dengan cepat disambut Syaripudin Lado untuk disampaikan kepada umum melalui layanan WhatsApp.
“Jenazah akan disemayamkan di Aula Gemindo Nazareth, Tanjung Priok,” kata Lado.
Ibadah Penghiburan diadakan Kamis, 21 Oktober, pukul 19.00 WIB.
“Selanjutnya, jenazah akan diberangkatkan ke Manado. Nanti dikubur di sana. Itu pemberitahuan resmi dari keluarga, yang baru saja saya peroleh,” ujar Lado, yang merupakan sahabat dekat almarhum.
Franky atau sering juga disebut Angki, adalah mantan petinju amatir Sulawesi Utara dan mantan juara Indonesia (professional) kelas welter yunior. Angki seorang southpaw yang dikenal sebagai pemukul cepat dan banyak menghasilkan KO.
Setelah mengantungkan sarung tinju, Franky memulai karir wasit/hakim. Pada 2003, ia mengikuti kursus kilat bagaimana menjadi seorang wasit/hakim, yang diselenggarakan oleh Komisi Tinju Indonesia (KTI) Pusat di Hotel Megamatra, Jakarta.
Setelah lulus, Franky menjadi wasit/hakim di pertandingan GTPI dengan menerima honor pertama Rp 35.000.
Franky, yang miliki bakat besar sebagai wasit, tampil untuk sejumlah pertandingan yang diawasi KTI. Namun Franky memilih badan tinju lain dan berbagung dengan Komisi Tinju Profesional Indonesia (KTPI). Franky menjadi salah satu wasit terbaik yang pernah dimiliki KTPI.
Sebelum pertandingan tinju pro dicabut dari seluruh tayangan televisi, Franky menghentikan profesinya sebagai wasit/hakim.
Franky tidak mau berhanti. Sambil tetap bekerja sebagai pengawas keamanan di perusahaan yang dipimpin Johny Koe, Franky mendapat proyek baru sebagai pelatih di Sasana Tinju Dirgantara, milik Mabes TNI AU, di Cilangkap.
Meski karir tinjunya lebih kuat di tinju pro, namun ia menjadi pelatih untuk sejumlah petinju amatir Dirgantara. Franky bersama manajer Kol Derryl, membawa petinju amatir ke pertandingan Piala Wakil Presiden RI ke-4 di Jambi, 2014.
Sementara, beberapa petinju pro milik Dirgantara juga ditanganinya dan diantar naik ring.
Karena berbagai masalah waktu dan kesibukan kerja, Franky melepas seluruh kegiatan di luar kerja. Ia focus mengawasi pengamanan di perusahaan air mineral.
Namun, lagi-lagi Franky hadir di tengah-tengah penyelenggaraan tinju pro di Balai Sarbini, Jakarta, yang diawasi oleh Federasi Tinju Profesional Indonesia (FTPI), 29 Mei 2021.
Franky yang bercita-cita menjadi wasit/hakim versi FTPI mentah. Pada malam pertandingan Franky mendapat jatah sebagai pemukul gong bersama pelatih Pertina DKI Hugo Gosseling sebagai pencatat waktu.
Franky belum habis. Ia masih hadir di pertandingan tinju pro pertama di era COVID-19 di HS Boxing Camp Ciseeng, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Franky masih asyik berdebat dengan wasit/hakim Nus Ririhena, ketika technical meeting diadakan pada Jumat siang, 27 Agustus 2021.
Ketika pertandingan tinju diadakan Sabtu, 28 Agustus 2021, Franky hadir di sudut petinju yang bertanding.
Itu adalah kehadiran terakhir Franky di pertandingan tinju professional.
Satu pekan setelah pertandingan di HS Boxing Camp Ciseeng, saya masih sempat mengadakan komunikasi dengan Franky Polii. Berikut petikan percakapan Franky melalui telepon selulernya.
“Saya ini baru sembuh,” katanya lirih. “Susah makan. Bubur masih di tenggorokan sudah mau muntah.”
“Kena COVID-19 juga?”
“Tidak,” jawab Franky. “Aku diserang lagi. Kemarin-kemarin sudah lolos. Sudah sembuh. Ini datang lagi. Sekarang sudah agak mendingan. Sudah berobat ke Sukabumi, lewat telepon.”
Itu percakapan terakhir saya dengan Franky Polii. Pagi ini saya mendapat kabar duka bahwa beliau yang telah memberikan lebih separuh hidupnya untuk tinju telah berpulang untuk selama-lamanya.
Selamat jalan sahabat, Franky Polii. Perjuanganmu telah selesai. Semoga engkau mendapat tempat yang indah di sisi kanan Allah Bapa yang maha kuasa. Amiiin. (finon manullang)