Rondeaktual.com
Mantan petinju DKI Jakarta, H. Robert Firdaus, 50 tahun, mulai memberikan kontribusinya untuk tinju amatir di Provinsi DKI Jakarta. Robert mencari petinju usia dini melalui sasana tinju bernama Bima Sarinah Boxing Camp, yang terletak di Karet Kubur, Jakarta Pusat.
“Bima saya ambil dari nama anak saya. Sarinah saya ambil dari nama tempat saya latihan. Sarinah dulu diurus oleh dua tokoh Pertina; pelatih Zulkaryono Arifin dan wasit Bahter Djasa,” kata H. Robert Firdaus. “Saya dulu petinju Sarinah dan saya dipegang oleh Mika Tobing dan Erwin Tobing,” Robert menjelaskan.
H. Robert Firdaus lahir di Jakarta, 6 Juni 1971. Robert mulai naik ring ketika masih SMP kelas 2 hingga SMA kelas 3.
Robert mencetak prestasi antara lain:
1. Medali emas kelas bulu Marinir Cup 1990. “Waktu itu main di Balai Prajurit, Cilandak Marinir. Saya merebut medali emas, setelah dalam final menang KO atas Daniel Remjan dari SMA Ragunan murid pelatih Agus Tahapari,” ujar Robert.
2. Medali emas kelas bulu Jakarta Fair 1990. Dalam final, Robert mengalahkan Abdul Haris (Tanjungpriok Jakarta Utara), kemudian menerima piala petinju berbakat dari Mayjen Soeryadi Soedirdja.
“Saya berhenti tinju karena harus meneruskan sekolah. Saya dulu belajar di SMA 7.”
Pada 2019, Robert mendirikan sasana tinju bernama Bima Sarinah, yang ditangani pelatih Erwin Tobing. Jam latihan disesuai dengan sekolah.
“Senin sampai Jumat adalah jadwal latihan di sasana Bima Sarinah. Kami terbuka kepada siapa saja yang mau masuk sebagai atlet tinju. Kami sekarang mempunyai petinju muda seperti Bima kelas bulu, Radi kelas terbang, Affan kelas mini. Semua masuk PPOP Ragunan,” kata Robert, yang bertemu Rondeaktual.com ketika ia mengikuti Musyawarah Provinsi (Musprov) Persatuan Tinju Amatir Indonesia (Pertina) DKI Jakarta di Hotel Century Park, Senayan, Jakarta, Jumat, 19 November 2021.
“Kami mendukung Pak Hengky Silatang sebagai Ketua Pengprov Pertina DKI Jakarta (periode 2021-2025). Di sini, di Jakarta, banyak calon atlet yang bagus-bagus. Di sini juga gudangnya pelatih terbaik. Ini harus kita angkat. Hentikan adopsi.” (finon)