Rondeaktual.com
Cabor tinju Olimpiade Tokyo dan cabor tinju Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua berlangsung di tengah pandemic COVID-19. Harus tunda setahun.
Tinju Olimpiade XXXII berlangsung di Ryogoku Kokugikan, Tokyo, mulai Sabtu, 24 Juli 2021, hingga Minggu, 8 Agustus 2021.
Olimpiade Tokyo menyediakan 13 medali emas (5 emas putri dan 8 emas putra). Kuba menjadi negara terbanyak merebut medali emas dan berada di posisi paling atas. Kuba datang dengan tujuh petinju dan menghasilkan emas-perak-perunggu 4-0-1.
Tidak ada petinju Kuba yang gagal di pertandingan final. Emas pertama Kuba dipersembahkan oleh Andy Cruz, yang dalam final kelas ringan 63 kilogram mengalahkan Keyshawan Davis (Amerika Serikat).
Davis adalah salah satu dari sekian banyak petinju pro yang terjun di Olimpiade Tokyo.
Tiga emas Kuba lainnya dipersembahkan Roniel Iglesias (mengalahkan Pat McCormack, Inggris, kelas welter), Arlen Lopez (mengalahkan Benjamin Whitaker, Inggris, kelas berat ringan), dan Julio la Cruz (mengalahkan Muslim Gadzhimogomedov, ROC/Rusia, kelas berat).
Sukses Kuba merupakan sukses yang tak akan terlupakan. Sama halnya dengan tuan rumah Jepang, yang berhasil merebut emas-perak-perunggu 1-0-2.
Emas Jepang dipersembahkan Sena Irie, yang dalam final kelas bulu 57 kilogram putri mengalahkan harapan Filipina, Nesthy Petecio.
Filipina, meski gagal medali emas, tetap bangga dengan 3 medali:
1. Nesthy Petecio, medali perak kelas bulu putri, di final kalah atas Sena Irie (Jepang).
2. Carlo Paalam, medali perak kelas terbang putra, dalam final kalah melawan Galal Yafai (Inggris).
3. Eumir Marcial, medali perunggu kelas menengah, dalam semifinal kalah melawan Oleksandr Khyzhniak (Ukraina).
Marcial juga seorang petinju pro yang terikat kontrak bersama Top Rank, perusahaan tinju paling top di Amerika Serikat, milik promotor Bob Arum. Sebelum mengikuti Olimpiade Tokyo, Marcial sudah memenangkan pertandingan pro kelas menengah di Los Angeles.
Kelas berat super Olimpiade Tokyo juga menampilkan petinju pro Uzbekistan, Bakhodir Jalolov, yang memiliki rekor 8-0-0 (8 dengan KO). Jalolov merebut medali emas, setelah dalam final mematahkan impian petinju Amerika Serikat, Richard Torrez.
Jalolov sekarang berumur 27 dan sebagai petinju pro tetap belum terkalahkan 9-0-0, termasuk kemenangan KO atas Julio Cesar Calimeno di Dubai, Uni Emirat Arab, 11 Desember 2021.
Di Olimpiade Tokyo, tidak ada petinju Indonesia yang bertanding. Sudah empat olimpiade berlalu tanpa petinju Indonesia.
Olimpiade XXXIII/2024 di Paris, Prancis, sudah dekat. Semoga petinju Indonesia ada yang bertanding di sana. Medali olimpiade –baik perunggu, perak, emas—adalah impian setiap petinju Indonesia. Semoga terbuka sejarah baru.
PON PAPUA
Pekan Olahraga Nasional (PON) XX/2021 Papua cabor tinju menandingkan 10 kelas putra dan 7 kelas putri. Pertandingan berlangsung di GOR Cendrawasih, Kota Jayapura, Papua. Pembukaan Selasa, 5 Oktober dan final Rabu, 13 Oktober 2021.
PON Papua yang tak terlupakan masih didominasi muka lama. Hampir tidak ada kejuatan. Masih sulit menjadi wajah baru.
Di kelas 45 kilogram putri, medali emas menjadi milik Ona Paays (Papua), dalam final mengalahkan andalan Nusa Tenggara Timur. Anggelina Niis
Medali emas kelas 48 kilogram, Endang (Nusa Tenggara Barat) mengalahkan Nabila Maharani (Lampung). Nabila menjadi petinju putri Lampung pertama yang berhasil merebut medali dari arena PON.
Medali emas kelas 51 kilogram direbut petinju lawas Beatrix Suguro (Kalimantan Selatan), yang dalam final mengalahkan saingan besarnya Selly Wanimbo (Papua). Sementara, Ainun Azizah (Nusa Tenggara Barat) yang disebut-sebut sebagai calon juara muda PON Papua, hanya bisa merebut medali perunggu.
Medali emas kelas 54 kilogram menjadi milik Novita Sinadia (DKI Jakarta), yang dalam final kembali mengalahkan harapan muda Nusa Tenggara Barat, Karmila.
Untuk kelas 57 kilogram, medali emas kembali jatuh ke tangan Christina Jembay (Papua Barat). Dalam final, Christina mengalahkan Silpa Lau Ratu (Kalimantan Selatan). Pada final kelas bulu PON XIX/2016 Jawa Barat, Christina merebut medali emas, setelah mengalahkan Silpa Lau Ratu.
Kelas 60 kilogram, seperti diramalkan sejumlah pelatih, Huswatun Hasanah (Nusa Tenggara Barat) merebut medali emas setelah mengalahkan Erniati Ngongo (Nusa Tenggara Timur).
Untuk kelas 64 kilogram, petinju tuan rumah Papua Salomina Yarisetouw merebut medali emas, setelah mengalahkan Welmi Pariama (Maluku). Welmi adalah peraih medali emas kelas ringan PON XIX/2016 Jawa Barat.
Di bagian putra kelas 46 kilogram, medali emas dimenangkan petinju Sulawesi Utara, Michael Juan Abas, yang dalam final mengalahkan harapan tuan rumah Papua, Syartiel Rumaropen.
Juan Abas menjadi salah satu juara PON termuda. Juan telah membuka masa depannya yang besar untuk bisa menjadi wakil Indonesia di pertandingan internasional, termasuk Olimpiade Paris 2024.
Kornelis Kwangu Langu (Bali) mengukuhkan dirinya sebagai yang terkuat dengan merebut medali emas kelas 49 kilogram. Dalam final, Kornelis mengalahkan saingannya dari Nusa Tenggara Timur, Mario Kali. Di kelas ini, veteran Yusak Bien (Jambi) masih bisa merebut medali perunggu.
Kelas 52 kilogram, medali emas direbut harapan Riau, Ingatan Ilahi, yang kembali mengalahkan Aldoms Suguro (DKI Jakarta). Sementara, harapan muda Sulawesi Selatan, Yosua Masihor hanya sampai di semifinal untuk merebut medali perunggu.
Di kelas 56 kilogram, veteran Julius Lumoly (Maluku) membuat kejutan besar merebut medali emas dengan mematahkan harapan Bali, Julio Bria.
Harapan DKI Jakarta, Jil Mandagi tidak menghasilkan apa-apa, setelah pada babak penyisihan kelas bantam kalah atas Lucky Hari (Nusa Tenggara Timur). Kekalahan Jill menimbulkan ketidakpuasan dan dia harus menerima perlakukan kasar dihajar penonton sampai jatuh terduduk ketika turun dari atas ring.
Kelas ringan 60 kilogram dan di ujung usianya yang sudah kepala 3, Matius Mandiangan (DKI Jakarta) berhasil mempersembahkan medali emas. Dalam final, Matius mengalahkan harapan Jawa Barat, Walmer Pasiale.
Ini merupakan emas kedua Matius. Pada PON XVIII/2012 Riau, Matius merebut medali emas kelas ringan. Pada PON XIX/2016 Jawa Barat, Matius hanya merebut medali perunggu, setelah kalah dari petinju tuan rumah Jawa Barat Gresti Alfons.
Kelas 64 kilogram masih milik Farrand Papendang (Sulawesi Utara). Farrand merebut medali emas dengan menyingkirkan Alfino Nanlohy (Jawa Barat). Sementara, andalan Jawa Timur Daniel Mofu dan andalan Bali Jekri Riwu harus puas dengan medali perunggu.
Kelas 69 kilogram terjadi kejutan ketika petinju yang tidak diunggulkan Sarohatua Lumbantobing (Sumatera Utara) mengalahkan raja kelas welter nasional Saputra Samada (Nusa Tenggara Barat). Andalan Jawa Barat, Savon Simangunsong hanya bisa merebut medali perunggu. Andalan Jawa Timur, Mendy Yikwa juga medali perunggu.
Kelas 75 kilogram, belum ada yang bisa menghentikan langkah Maikhel Muskita (Jawa Barat). Maikhel merebut medali emas melalui kemenangan telak atas Cakti Putra (Bali). Maikhel masih tetap yang terbaik untuk kelas menengah.
Kelas 81 kilogram menjadi milik Bram Betaubun (Jawa Barat), setelah dalam final menghabisi harapan Sulawesi Utara, veteran Toar Sompotan. Kelas ini diisi muka lama seperti Taufan Paransa (Papua) dan Rahman Manurung (Kalimantan Timur), yang sama-sama merebut medali perunggu.
Kelas 91 kilogram atau kelas berat yang penuh ketegangan dan mendapat pengawalan ketat aparat keamanan dari Polri dan TNI, medali emas diberikan kepada Willis Riripoy (Jawa Tengah) dan medali perak untuk petinju tuan rumah Papua, Erico Amanuponjo.
Perjalanan kelas berat di luar perhitungan. Harapan muda dari Kepulauan Riau, Sandiyarto Peroza tak sampai ke final. Sandiyarto, pemenang medali emas kelas welter PON XIX/2016 Jawa Barat, merebut medali perunggu, setelah dalam semifinal kalah di tangan seniornya Erico Amanupunjo. Medali perunggu lainnya direbut veteran Nasrudin (Nusa Tenggara Barat).
Meski gagal medali emas kelas berat PON Papua, Sandiyarto murid kesayangan pelatih senior Erzon, menjadi satu-satunya yang paling bersyarat untuk masuk Pelatnas.