Rondeaktual.com
Saya pernah mendapat tugas dari Harian Kompas untuk meliput Kejuaraan Dunia Tinju Kelas Berat versi WBA, WBC, dan IBF, antara George Foreman (Amerika Serikat) dengan Evander Holyfield (Amerika Serikat). Pertarungan terkenal dengan “Battle of the Ages”, yang berlangsung di Atlantik City, Amerika Serikat, pada tahun 1991.
Banyak tokoh tinju yang hadir, termasuk Muhammad Ali serta para mantan juara dunia dari berbagai kelas. Semua orang menjadi semangat melihat kehadiran mereka.
Dalam menjalankan tugas liputan tersebut, saya mengalami banyak kendala. Tidak gampang untuk melakukan peliputan berita atau cerita yang kami alami. Saya bersama mendiang wartawan Kompas, Irving Noor.
Tidak gampang. Tetapi ketika saya katakan bahwa saya pernah memukul jatuh dan menang atas Thomas Hearns, semua urusan menjadi lancar. Bahagia sekali.
Sehari sebelum pertandingan, saya bertemu dengan mantan pelatih Muhammad Ali, Angelo Dundee. Dengan duduk santai di sebuah bangku, di hadapannya ada patung Muhammad Ali. Dia terlihat bangga ketika ditanya, kenapa memajang patung Muhammad Ali.
“Aku dan Ali pernah membuat dunia gempar,” jawabnya. “Ingat, aku dan Ali,” tambahnya.
Dundee terlihat bangga sekali sambil mengangkat patung Ali yang berkostum petinju.
Kebanggaan membuat sejarah menorehkan tinta emas di pertinjuan dunia tergambar di wajah Dundee.
Angelo Dundee tidak bercerita tentang Ali. Tidak pula memberikan keterangan. Tetapi semua orang yang melihatnya, seperti dapat membaca apa isi hati Angelo Dundee saat memajang patung Ali.
Usai meliput pertandingan Foreman dengan Holyfield, kami mengunjungi beberapa sasana tinju di Amerika Serikat, dari mulai New York sampai Los Angeles. Dari pantai timur ke pantai barat, Amerika Serikat.
Kronik Boxing Club, yang terletak di Detroit, Michigan, kami datangi. Bertemu dengan Emanuel Steward, pelatih sasana tinju tersebut.
Saat itu kembali tersirat kebanggaan besar pada dirinya yang telah melahirkan Thomas Hearns sebagai salah satu petinju terbaik dunia. Hearn berlatih sejak usia dini di Kronik Boxing Club, miliknya.
Hearns, yang ketika bertanding di Istora Senayan dikenal sebagai si kurus jangkung, betul-betul binaan 100% Emanuel Steward.
Pelatih itu bercerita, bagaimana merekrut calon petinju dan membinanya secara bertahap melalui tinju amatir terlebih dahulu. Bagaimana dia mencari sokongan dana dari para konglomerat Michigan untuk mempromosikan Thomas Hearn. Bukan uang sedikit.
Saat bayaran Hearn sudah mencapai jumlah tertentu, barulah sang konglomerat mendapat bagian dari bayaran yang diterima oleh Thomas Hearns.
Kebanggaan menjadi pelatih dan pembina Hearns, begitu kentara di wajah Emanuel Steward. Kami tidak sempat bertemu Thomas Hearn waktu itu, karena sedang berlibur ke Hawaii.
Sasana tinju di negeri Paman Sam, kebanyakan dibuat untuk umum. Semua peralatan.tinju dipersiapkan, termasuk menyediakan pelatih tinju yang dibayar per jam, per minggu, atau per bulan.
Mereka yang berlatih tinju hanya untuk kesegaran jasmani juga banyak. Seperti tempat melakukan.kesegaran jasmani dengan meninju boxing-pad, boxing-bag, seperti yang dilakukan oleh petinju yang ingin meraih prestasi.
Los Angeles adalah kota terakhir tempat kami melakukan liputan kegiatan pertinjuan di Amerika Serikat. Semua kegiatan tinju lebih mandiri. Sebelum berprestasi harus membayar uang ini dan itu. Setelah berprestasi, berbagi penghasilan berdatangan sesuai dengan kesepakatan.
Tinju membuat seseorang bisa menjadi terkenal dan kaya raya.
Syamsul Anwar Harahap
Juara Asia kelas welter ringan tahun 1977, menulis dari Sei Mencirim, Medan Krio, Deli Serdang, Sumatera Utara.
[youtube-feed]