Rondeaktual.com – Finon Manullang
Sepanjang Maret 2022, saya melakukan perjalanan ke Sragen, Jawa Tengah, dan ke Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Ke Sragen merupakan perjalanan pertama. Ke Tanah Abang merupakan perjalanan yang sudah berulangkali.
SRAGEN
Saya enjoy saja, meski sempat tumbang di Sragen. Bencinya belum terhapus karena BPJS yang saya bayar setiap bulan Rp 100 ribu, ditolak oleh dokter jaga rumah sakit.
Saya pergi ke Sragen dengan cara menumpang mobil seorang wasit/hakim. Tidak gratis. Bayar Rp 200.000. Pria di sebelah saya, juga seorang wasit/hakim, sama bayar Rp 200.000.
Ketika diajak bergabung, saya mengira bisa mendapat diskon sampai setengah harga. Ternyata malah lebih mahal dari tarif bus malam yang hanya Rp 180.000, sudah termasuk makan dan minum.
Di Sragen, persis di halaman rumah promotor Suprapto David di Kampung Prampalan RT 021, Desa Krikilan, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah, berlangsung pertandingan tinju, yang dipromosikan sebagai Big Fight at The Hajatan, Sabtu, 5 Maret 2022.
Sepanjang liputan, baru sekali itu saya melihat hajatan (tasyakuran khitan Samsul Ma`arif dan Ero Allrosyd Muslim, anak dan cucu promotor), yang dimeriahkan dengan pertandingan tinju. Biasanya hajatan agak identik dengan pesta dangdut semalam suntuk. Mabuk sambil joget. Sekarang ada gagasan baru; hajatan dan tinju.
Kami tiba di Sragen pada hari Jumat pagi. Langsung menuju rumah promotor Suprapto David, di Kampung Prampalan.
Tuan rumah menyuguhkan hidangan khas Bumi Sukowati. Ada emping garut, yang terbuat dari umbi berserat. Jenangnya atau dodol Sragen-nya enak. Tidak lunak tidak keras dan tidak sakit di gigi. Ada juga kacang, yang dibungkus sebesar jari telunjuk orang dewasa.
Saking enaknya, teman saya sampai mengantongi beberapa jenang ke kamar hotel. Saya sendiri, diam-diam mengambil kacang.
Sebelum menuju hotel, kami disuguhi makan pagi dan tidak ketinggalan kerupuk. Enam jam kemudian kami datang lagi untuk mengikuti penimbangan.
Sebelum pulang, seluruh peserta dan petinju yang akan bertanding, makan bersama di rumah promotor. Saya ambil sate kambing 10 tusuk. Petinju Karanganyar, Ricky Manufoe, datang dengan 15 tusuk. Piringnya penuh setinggi gunung. Mungkin sudah berhari-hari tidak berani makan banyak.
Bisa jadi, 15 tusuk sate kambing membuat Ricky (55,4 kilogram) menjadi kuat sepanjang 12 ronde saat berhadapan dengan Iwan Key (59, 3 kilogram), Sabtu malam, 5 Maret 2022.
Ricky, meski lebih ringan sampai 3,9 kilogram dan beruntung tidak terjadi sesuatu pada malam pertandingan, berhasil menang angka melalui unanimous decision.
Dari kelebihan hampir empat kilo, Ricky hanya mendapat denda 10% dari Rp 4 juta bayaran Iwan Key. Dari Rp 400 ribu, konon Ricky hanya mengutip 50%.
Selamat, Ricky Manufoe sudah menjadi juara Indonesia kelas bulu yunior. Saya ikut senang, apalagi melihat kedua putrinya yang lucu dan cerdas. Keduanya masuk ke dalam ring menyambut kemenangan sang papa.
Di Sragen, saya benar-benar tumbang akibat kelelahan tidak tidur dan kena angin. Demam terlalu tinggi. Suhu badan hampir mencapai 40°C, yang membuat situasi menjadi lebih buruk pada malam hari. Keringat dingin dan batuk. Napsu makan hilang.
Itulah tanpa-tanpa tipes dan saya tidak tahu terpapar bakteri di mana. Saya harus menunda kepulangan sampai dua hari dan hanya seorang diri di kamar hotel.
Di Desa Tridaya, saya melakukan pemulihan dua minggu dan harus mengurangi hampir 70% di depan komputer. Tipes memang begitu, tidak boleh capek.
TANAH ABANG
Sabtu, 26 Maret 2022, saya melakukan kunjungan ke Sasana Bima Sarinah, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Berlangsung pertandingan tinju amatir usia anak sekolahan dan sejumlah partai dewasa (elite men`s/women`s). Seluruh pertandingan, 31 partai, ditutup tanpa pemenang. Rupanya hanya latih tanding, tetapi setiap peserta wajib membawa record book.
Sasana itu besar, milik mantan petinju, H. Robert Firdaus. Sebelumnya sudah pernah dua kali ke sana dan bagi saya, Tanah Abang bukan tempat baru.
Saya menyimpan sejumlah coretan (tulisan dalam versi feature) dari Tanah Abang dan sekitarnya.
Pada tahun 1981, ketika memulai karir wartawan melalui Majalah Selecta Sport (berpusat di Jalan Kebon Kacang), saya pergi ke Tanah Abang untuk meliput pertandingan tinju amatir, yang terkenal dengan sebutan MBC. Syamsul Anwar Harahap berdiri di sana sebagai penyelenggara.
Di Tanah Abang, saya pernah melakukan investigasi untuk liputan khusus tentang Bongkaran. Menulisnya sampai 12 seri di koran harian, tentang bisnis pelacuran kelas teri sepanjang rel kereta api Tanah Abang.
Bongkaran terkenal sebagai pusat pelacuran kelas teri terbesar di Indonesia. Di sana tersedia ratusan bahkan bisa jadi ada ribuan Pekerja Sek Komersial (PSK). Perempuan bergincu murah setia menjajakan diri dari mulai pukul delapan malam hingga subuh ketika ayam jantan mulai berkokok.
Bongkaran juga terkenal sebagai pusat judi koprok. Pria hidung belang, tua dan muda, tak pernah putus datang untuk menghabiskan uangnya di warung remang-remang penjual minuman keras di sekitar rel kereta api.
Kalau tidak kuat mabuk, para tamu bisa memilih karaoke dengan cara membayar Rp 20.000 untuk request 10 lagu. Di sana ada satu kedai kecil yang menyediakan semua lagu-lagu Merriam Bellina, favorit saya.
Itu lebih 20 tahun yang silam, ketika koran masih laku keras bagaikan kacang goreng. Sekarang sudah beda. Sudah era on line. Ribuan media cetak, baik yang mengantongi izin maupun yang abal-abal, dipaksa gulung tikar.
Bongkaran dengan segala bentuk bisnis liarnya, setiap hari bisa menghasilkan uang dalam jumlah besar. Kutipan pajak liar cukup tinggi. Meski dianggap uang receh tetapi jika terkumpul bisa berkarung-karung.
Dalam hidup saya, Bongkaran merupakan liputan yang tak terlupakan. Sampai sekarang.
Ketika melakukan liputan ke Sasana Bima Sarinah, Karet Tengsin, Sabtu, 26 Maret, saya juga teringat dengan mendiang mantan juara OPBF kelas terbang Udin Baharuddin.
Di Tanah Abang, tahun 2001, tak jauh dari Jalan Jatibaru, Udin mempromosikan jualannya, bawang putih tunggal, sebagai obat kuat. Menambah vitalitas pria sejati. Tangguh tak tergoyahkan.
Sejak 2001, saya menjadi rutin mengunyah bawang putih tunggal atau bawang lanang (single clover garlic). Saya membelinya di Pecinan Glodok atau di pasar tradisional. Belanja Rp 40.000 sudah dapat seperempat kilo dan bisa konsumsi satu bulan. Bagus untuk mengencerkan darah.
Masih dari Tanah Abang. Pada tahun 2001, saya pernah menjumpai almarhum Teguh Karya, seorang sutradara film dan penulis skenario terkenal.
Teguh Karya, sutradara legendaris, mencatat rekor sampai enam kali meraih Piala Citra melalui Festival Film Indonesia. Om Liem, begitu saya menyapa beliau, adalah orang yang mengorbitkan aktris besar Christine Hakim juga aktor besar Slamet Rahardjo, termasuk Alex Komang.
Dalam kondisi sakit akibat komplikasi dan agak berat bicara, Teguh Karya masih sempat melayani wawancara di rumahnya, rumah tua yang pintu dan jendela terbuat dari kayu warna hijau tua. Di rumah tua itu hanya ada Teguh Karya dan seorang pekerja yang menyediakan makan dan keperluan sehari-hari.
Sebagian wawancara panjang Teguh Karya masih dapat saya ingat, kecuali lokasi rumah. Seingat saya, rumah lama bangunan Betawi itu tidak jauh dari Rumah Susun Tanah Abang, Jl. K.H. Mas Mansyur.
Saya senang menjadi orang terakhir yang melakukan wawancara eksklusif bersama Teguh Karya di Tanah Abang.
Finon Manullang
Menulis dari Desa Tridaya, Jawa Barat.
[youtube-feed]