Rondeaktual.com
Saya tidak pernah memberi tahu kalau saya akan datang ke rumah pelatih dan tokoh tinju tertua Kid Francis, 88 tahun, di Kramat Pulo, Jakarta Pusat. Saya tiba sudah hampir malam, Rabu, 4 Mei 2022.
Kid Francis –selanjutnya saya sebut sebagai Om Kid—membuka pintu, setelah saya dua kali menekan bel di pinggir pagar.
Belum sempat duduk, Om Kid pergi ke dapur mengambil piring dan sepasang sendok.
“Makan, makan, makan,” kata Om Kid. “Atau mau mie goreng, biar saya masak.” Repot sekali Om Kid.
Saya mengambil sedikit nasi dari ricecooker. Tiga potong daging sapi dan telur bulat. Saya sendiri. Om Kid tidak makan dan duduk di sebelah kiri sambil memegang kipas tangan dari bahan bambu yang tipis.
Selesai makan, saya mencuci piring sendiri dan itu merupakan tradisi yang tidak boleh dilanggar. Saya belum pernah meletakkan piring atau gelas kotor di dalam wastafel. Selalu saya cuci. Murid-murid Om Kid (semua petinju, kecuali saya), kalau datang dan makan juga mencuci piring sendiri.
Selain Om Kid, di rumah ada istri dan Paulus, anak bungsu dari empat bersaudara.
Kami sudah saling mengenal, sejak 1980 atau ketika era tinju bulanan (MBC) di Jakarta, karya Boy Bolang.
Sebagai pelatih Scorpio Boxing Camp Jakarta, Om Kid menangani petinju amatir antara lain Libertus Manullang dan Sabam Manullang (abang dan adik saya). Tetapi sejak 1982, Om Kid sibuk menangani petinju profesional dan melahirkan juara antara lain; Nixon Gabril (kelas terbang), Daud Jordan (kelas bulu), Ricardo Simanungkalit (kelas menengah), Aswan Abubakar (kelas menengah).
Selama tiga jam bersama Om Kid, beliau lebih banyak bercerita tentang jalan hidup yang pahit, yang telah dilewatinya di Penang (Malaysia), Singapura, dan Jakarta.
“Papa saya dari Medan. Mama saya dari Inggris/Malaysia. Saya tidak tahu ke mana Mama saya, tapi mungkin kembali ke Inggris. Saya melihat wajah Mama hanya dari gambar. Ketika saya umur beberapa tahun, Tante saya datang ambil dan tinggal di Singapura. Saya dimasukkan ke Vincentius, rumah yatim-piatu di Singapura.”
Karir tinju Om Kid dimulai dari amatir kemudian masuk profesional. “Saya bertanding di PON Makassar mewakili DKI. Tim DKI terdiri tujuh petinju dan saya satu-satunya yang masih hidup. Saya yang tertua sekarang dan saya adalah saksi sejarah tinju Indonesia. Saya sudah bertinju di era Pak Darto ketika memimpin Pertina,” kata Om Kid.
Di tinju pro, Om Kid bertanding 12 ronde kejuaraan Indonesia kelas bulu yunior melawan Freddy Ramschie dari Surabaya dan kalah. ”Kita main habis-habisan. Setelah itu kita bersahabat. Kalau saya ke Surabaya, saya pasti menginap di rumah Freddy.”
Om Kid mengalami perjalanan tinju mulai era Pertigu, Pertina, dan tinju pro. Sekarang ada enam badan tinju pro, yang dimulai tertua Komisi Tinju Indonesia (KTI), Asosiasi Tinju Indonesia (ATI), Komisi Tinju Profesional Indonesia (KTPI), Federasi Tinju Indonesia (FTI, Federasi Tinju Profesional Indonesia (FTPI) dan Dewan Tinju Indonesia (DTI).
Dari enam badan tinju pro, hanya KTI, ATI, dan KTPI, yang pernah dikenal Om Kid.
“Saya sudah lama tidak ikut tinju. Kemarin (Februari 2022) Rocky Joe (mantan juara Indonesia kelas menengah yunior dan kelas menengah) bilang dia dipanggil lagi (tugas hakim WBC International di Jakarta). Dulu saya masih suka ke Glodok, kumpul teman-teman. Tapi itu sudah lama, sebelum pandemic Corona. Sekarang di rumah saja. Paling ke depan, beli telur atau keperluan lain.”
Om Kid suka telur setengah matang. Setiap pagi, dua sampai tiga butir, campur sedikit kecap.
“Terima kasih, sudah segini (88 tahun) tidak ada penyakit. Tidak ada kolesterol. Tidak ada pantangan. Semua saya makan dalam porsi sedang-sedang saja. Mike Tyson itu makan telur, makanya dia kuat. Saya juga masih kuat minum. Bir atau wisky. Cuma satu yang tidak saya lakukan, rokok. I do not smoke.”
Saya belum pernah melihat Om Kid merokok. (finon manullang)
[youtube-feed]