Rondeaktual.com – Oleh Finon Manullang
Dari empat petinju yang berhasil menembus pertandingan final, Indonesia hanya kebagian satu medali emas melalui kepalan tangguh kelas berat ringan Maikhel Muskita. Seluruh final tinju SEA Games XXXI yang berlangsung di gymnasium serbaguna di Bac Ninh Sports University, Bac Ninh, telah berakhir Minggu, 22 Mei 2022.
Tadi malam, setelah memastikan Indonesia merebut satu medali emas, tiga medali perak, dan satu medali perunggu, saya segera menghubungi manajer tim Indonesia, Hengky Silatang di Hanoi, Vietnam. Namun sulit komunikasi.
Senin pagi, 23 Mei 2022, setelah menikmati dua butir telur ayam kampung asli versi setengah matang campur sedikit merica dan secangkir cappuccino, saya berhasil komunikasi Hengky Silatang. Dengan suara parau, Silatang tetap enteng menjawab satu pertanyaan.
Dari empat petinju kita yang berhasil menembus pertandingan final, mengapa hanya satu yang merebut medali emas?
Memang kualitas kita itu. Bagi saya dan seluruh tim termasuk Ketua Umum (PP Pertina, Komaruddin Simanjuntak) yang setiap hari bersama kami, satu emas itu merupakan hasil yang luar biasa. Kita harus bangga. Satu medali emas SEA Games itu sangat spesial.
Dengan merebut satu medali emas, tiga medali perak, dan satu medali perunggu, kita sudah melebihi target.
Terima kasih, semua berkat doa dan dukungan seluruh masyarakat Indonesia.
Semoga keberhasilan ini bisa membuka mata, bahwa tinju belum habis. Tinju masih bisa memberikan kontribusinya untuk Merah Putih.
Kita tidak boleh berhenti. Pembinaan harus terus dijalankan karena materi kita tidak kalah dengan Filipina dan Thailand.
Dalam beberapa tahun terakhir, petinju kita selalu kalah bila menghadapi petinju Filipina atau petinju Thailand.
Di SEA Games Hanoi, petinju kita sudah bisa mengalahkan petinju Filipina dan petinju Thailand. Progresif. Itu suatu kemajuan. Jadi, jangan dilihat hanya satu medali emas SEA Games.
Pelan tapi pasti. Kita harus benar-benar berani mempersiapkan petinju secara berkesinambungan.
Ini (hasil SEA Games XXXI) merupakan awal yang bagus. Kita empat di final. Dengan hanya mengirim enam petinju (Kornelis Kwangu Langu, Farrand Papendang, Sarohatua Lumbantobing, Maikhel Muskita, Novita Sinadia putri, dan Huswatun Hasanah putri), kita bisa memperoleh lima medali. Kita hanya satu yang gagal medali, yaitu Kornelis Kwangu Langu. Kornelis tidak usah kecil hati. Tetap semangat. Itu harus.
Kita berhasil hampir 90 persen lebih baik. Ini langkah bagus untuk bangkit dan merebut kembali masa emas tinju Indonesia. Jangan berhenti membina agar kita bisa diperhitungkan.
Lihat, bagaimana Maikhel (Muskita) mengalahkan petinju Thailand (Anavat Thongkrathok) dalam final kelas berat ringan. Ini moment penting untuk bisa membangkitkan semangat anak-anak muda di berbagai daerah.
Kepada Maikhel, juara muda, jangan pernah berhenti. Jangan cepat puas. Jalan masih panjang. Masih ada tantangan lebih besar;. Asian Games dan pra olympic. Sudah dekat.
Menghadapi SEA Games XXXI Hanoi, kita hanya dibatasi tiga bulan dalam mempersiapkan atlet lewat pelatnas, yang kebetulan lokasi ring tinjunya ada di tempat saya. Berlatih di sasana saya, di HS Boxing Camp Ciseeng.
Mulai sekarang kita harus bisa mempersiapkan atlet paling tidak untuk lapis dua dan lapis satu. Kalau hanya mengandalkan lapis satu, saya kira berat dan kita tidak akan maju.
Kita juga tidak boleh hanya berlatih dan terus berlatih. Harus ada pertandingan. Try out dalam dan luar tidak boleh kita lupakan. Setiap petinju harus melewati try out. Tanpa try out tidak akan menghasilkan apa-apa.
Saya dan teman-teman pengurus dan pelatih di seluruh Indonesia, sangat optimis tinju Ina bisa berbicara.
Kita pernah menghasilkan sejumlah juara Asia (Wiem Gommies, Frans VB, Syamsul Anwar, Benny Maniani, Ferry Moniaga, dan Hendrik Simangunsong). Kita juga pernah punya juara Asian Games (Wiem Gommies dan Pino Bahari).
Talenta yang kita miliki harus diperhatikan oleh pemerintah. Jangan karena kita pernah gagal terus dihapus. Pemerintah tidak boleh pilih kasih. Cabor perorangan seperti tinju harus dipertahankan.