Rondeaktual.com
Persoalan tinju dalam negeri (baca Pertina) dari dulu sampai sekarang hanya ada dua; kurang dana dan kurang jam terbang.
Pelatih kepala Pelatnas SEA Games XXXI Hanoi 2021 Darman Hutauruk tidak secara implisit menyebut kekurangan dana tetapi dengan tegas pelatih yang suka mencukur rambutnya sampai habis itu menegaskan bahwa kelemahan paling besar kurang jam terbang.
“Kita berhasil masuk dalam target satu medali emas SEA Games Hanoi,” kata Hutauruk, yang ketika dihubungi masih berada di Hanoi, menunggu pulang ke Tanah Air. “Terima kasih atas dukungan semua masyarakat Indonesia. Target tercapai, itu sangat menyenangkan. Atlet kita secara fisik dan mental bagus. Kekurangan kita adalah jam terbang. Ini harus ada perubahan. Kompetisi dalam negeri mungkin akan lebih hidup, setelah Maikhel Muskita merebut medali emas SEA Games.”
Hutauruk, yang juga pelatih kepala tinju amatir Riau, mengakui bahwa persiapan menghadai SEA Games Hanoi sempat pecah.
“SEA Games (putaran ke-31) seharusnya tahun lalu dan kita sudah mulai masuk pelatnas. Tetapi pandemic Covid-19 menjadi tertunda setahun. Pelatnas dihentikan kemudian sambung lagi. Kita praktis hanya mempunyai waktu tiga bulan untuk menyelesaikan pelatnas. Filipina berlatih tujuh bulan di Thailand. Saya boleh katakan, hasil satu emas, tiga perak, dan satu perunggu, merupakan prestasi yang patut dibanggakan. Ini akan menjadi semangat baru bagi teman-teman untuk mempersiapkan atletnya di daerah masing-masing.”
Dengan nada spesial Hutauruk menyampaikan rasa hormat dan kagum atas peran Ketua Umum PP Pertina Komaruddin Simanjuntak.
“Beliau hadir setiap hari dan itu sangat memotivasi adik-adik tinju. Jadi, dengan satu medali emas, saya kira ini awal yang baik. Selama ini tinju sudah dianggap hilang.”
Ditanya bagaimana persiapan pelatnas ke depan, Hutaruk tidak bisa menjawab. “Tergantung Pertina. Kalau lanjut itu lebih bagus. Program yang sudah kita jalankan bersama tinggal dimatangkan. Kejuaraan dunia sudah dekat.”
Pelatih pelatnas terdiri tiga orang; Darman Hutauruk (Riau, kepala), Teko Lewaherilla (Maluku), Kusdiyono (Jawa Barat). Teko tidak diberangkatkan untuk alasan efesiensi. Menurut Hutauruk, jatah tiket dari Kemenpora hanya dua. (finon)