Rondeaktual.com
Luar biasa Erick Archibald. Mantan petinju Sawunggaling Surabaya yang bertanding di kelas ringan yunior ini menjadi salah satu mantan petinju yang hidup bersama tiga anak dari tiga wanita yang berbeda.
Erick Archibald –lahir dengan nama Alim Subandiyo—sekarang membuka dua usaha, yang bisa disebut sukses. Dari pagi hingga rose, Erick membuka bengkel bubut. Dari sore hingga malam, bersama istrinya membuka usaha nasi bebek di Sidoarjo, Jawa Timur. Erick sekarang hidup bersama istri yang ketiga, yang menurutnya adalah yang terakhir.
“Saya salut sama anakku yang perempuan,” kata Erick Archibald, memulai kisah hidupnya bersama tiga anak dari tiga wanita yang berbeda. “Dia, mulai SD Negeri tidak pernah bayar bulanan, malah dapat uang. SMP Negeri tidak pernah bayar bulanan. Sekarang SMK 1 Negeri kelas dua, tidak pernah bayar bulanan. Dia hanya bayar buku sama ulangan semester.”
Dia yang dimaksud adalah Sheni Sanchia Subandiyo. Anak pertama Erick dari istri pertama bernama Puasari, yang rumahnya kena hantam Lumpur Lapindo dan sekarang tinggal di Perumtas 2, Sidoarjo. “Sheni sudah tujuh belas tahun. Dia anak yang cerdas. Sebagai ayah, saya bangga dan senang, he he he…..!”
Anak kedua Erick adalah Juan Pranaja Subandiyo, yang lahir dari Rahim Patmah Alimah, istri kedua Erick. “Mama Juan ada dan tinggal di Jombang, sampai sekarang. Nama anak saya yang kedua saya ambil dari Juan Manuel Marquez. Waktu itu Marquez pas menang KO dari Manny Pacquiao, anak saya lahir. Juan sekarang berumur sepuluh tahun.”
Anak ketiga Erick adalah Hasbi Azigha, yang lahir dari rahim Siti Hamidah, istri ketiga Erick.
“Hasbi sekarang umur lima bulan. Mamanya Siti Hamidah dan sekarang tinggal di Sidoarjo. Kalau malam sama saya jual nasi bebek. Nasi bebek yang kami jual salah satu yang paling favorit di Sidoarjo, he he he…..!”
Erick menyangkal tuduhan teman-temannya yang datang mantan petinju dan menjulukinya sebagai RK alias Raja Kawin.
“Itu bohong. Saya bukan raja kawin. Saya gagal dua kali. Itu saya akui. Sekarang saya bersama Mamanya Hasbi dan saya berharap ini yang terakhir. Tidak mau kawin lagi, ha ha ha….!”
Erick sempat naik daun. Bertanding pada era emas tinju pro siaran langsung televisi bersama mendiang promotor A Seng dan mendiang promotor Daniel Bahari.
“Saya perebutan gelar juara Indonesia kelas ringan yunior melawan Timbul Hutagalung. Orang-orang menjuluki lawan saya Mike Tyson Indonesia, karena lehernya besar seperti leher Mike Tyson. Saya kalah melawan Timbul. Alis saya robet pada ronde keenam dan ketika hitung angka, saya kalah tipis. Itu di Pekanbaru, Riau, bersama pelatih Agus Ekajaya.”
“Waktu Timbul juara, dia tidak berani lawan saya untuk tanding ulang. Akhirnya saya main untuk gelar sementara (interim) melawan Smile Brown. Terluka lagi dan hitung angka lagi dan diputuskan draw.”
“Saya dua kalai gagal di Indonesia. Dalam perebutan gelar WBF di Thailand, saya juga kalah melawan Somsark Sithkawal. Saya tetap bersyukur, sebab lewat tinju saya bisa seperti sekarang. Kalau dulu tidak main tinju, entah apa yang akan saya lakukan.”
Pada tahun 2005, Erick Archibald memilih mundur dari dunia tinju. Jenuh dan ingin sesuatu yang berbeda.
“Waktu itu saya masih peringkat pertama Indonesia kelas ringan yunior. Tahun 2006, Indosiar tawarin kontrak main saya tolak. Saya sudah buka bengkel. Saya berpikir, tinju atau bengkel. Saya pilih bengkel. Sampai sekarang saya hidup dari usaha bengkel. Kalau malam jual nasi bebek. Orang bilang siang-malam uang masuk. Kiri-kanan oke. Saya nikmati saja.” (Finon Manullang / Foto: Istimewa)