Rondeaktual.com
Mulai hari ini, Senin, 7 November 2022, saya akan rutin menulis tentang kisah singkat empat mantan petinju Indonesia. Tulisan ini hadir setiap hari Senin.
GONZALEZ
Rekor 9 kali masuk penjara
Tak pernah terbayangkan, mantan petinju top amatir dan pro asal Sumatera Barat, Gonzalez mencatat rekor sembilan kali masuk penjara.
“Ganzalez lahir di Padang (1 September 1979). Gonzales itu nama saya dari kecil,” kata Gonzalez, beberapa hari setelah kemunculannya di WhatsApp Group tinju.
“Mengapa Anda begitu sering keluar-masuk penjara? Bukankah Anda seorang petinju cukup berprestasi?”
“Saya tidak tahu, mengapa saya bisa sampai sembilan kali masuk penjara. Saya pikir ini buruk dan saya ingin mengakhirinya. Saya tidak mau sampai sepuluh kali. Saya meminta maaf kepada rekan-rekan tinju, para senior tinju, mungkin Gonzalez bikin salah.”
“Sebelum masuk penjara, saya pernah bertanding di amatir tingkat yunior dan senior (sekarang youth dan elite). Terakhir mengikuti Pra Olympic di Bangkok. Kita tujuh yang bertanding. Dua ikut Olimpiade, Hermensen Ballo dan La Paene Masara. Lima kandas, mulai dari saya, Marwan Muling, Wellem Papilaya, Bara Gommies, Stevi Binalay.”
Di pro, Gonzalez cukup disengani dan membawa nama Semen Padang Boxing Camp. “Saya dua kali bertanding dalam perebutan gelar PABA , didampingi Pino (Bahari) di Cina dan Willy Lasut di Tokyo. Saya kalah, tidak apa-apa. Lagipula, boleh dicek, nama ada petinju Indonesia yang menang di luar negeri. Kalaupun ada, mungkin hanya beberapa petinju saja, tapi kebanyakan kalah.”
Kasus yang dihadapi Gonzalez merupakan kasus criminal. Dia dituduh mencuri besi dan terakhir jambret. Barangkali sudah bosan, akhirnya kena dor. Kaki kanannya ditembak.
Danggur Pasaribu
Hidup di Dalam Penjara
Suatu hari, saya mendapat telepon. Dari suaranya, saya pastikan dia pria.
“Siapa nama?”
“Danggur, Tulang.”
Wow, saya kaget dibuatnya. Ternyata Danggur Pasaribu, mantan petinju pro era tinju masuk televisi.
Danggur adalah petinju dari Alman Boxing Camp Tangerang, ditangani pelatih Zulfrend Saragih dan manajer Alman Sitanggang. “Saya yang kasih nama itu (Danggur),” kata pelatih Zulfren Saragih. “Nama aslinya Hendrik. Saya tukar menjadi Danggur,” tambah Zulfren Saragih.”
Tumben Danggur menelepon. “Di dia ho sonari (Di mana kau serang),” saya sengaja bertanya seperti itu.
“Di huta (di kampung), Tulang. Manggil Tulangnya aku. Mamak aku Manullang,” katanya.
“Di dia hutam? (Di mana kampung kau)”
“Sidikkalang, Tulang.” Nadanya halus. Ramah sekali.
Tiba-tiba saya teringat, bahwa Sidikkalang terkenal dengan kopinya yang luar biasa. “Na karejo di pabrik kopi doho? (Kerja di pabrik kopi kamu?)”
“Doang (tidak), Tulang. Di bagasdo au (di dalamnya aku).”
Saya menjadi sedih mendengar pengakuan Danggur Pasaribu, bahwa hidupnya sekarang di dalam penjara.
Yani Malhendo
Mengantar Anak Sampai Sarjana
Suatu hari, mantan petinju pro kidal Yani Malhendo (bertanding membawa nama Pirih Surabaya), mengirim informasi tentang sukses mengantar anak sampai sarjana.
Yani Malhendo menyampaikan bahwa putrinya bernama Shania Kartika Dewi Yani Mahlhendo (namanya panjang sekali), telah mengikuti Wisuda XXV Diploma dan Sarjana Keperawatan, Pelantikan serta Pengambilan Sumpah Perawat.
“Putri saya kuliah di STIKES Hang Tuah Surabaya. Empat tahun harus saya lewati sampai akhirnya dia berhasil,” kata Yani Malhendo, petinju pro asal Bima, Nusa Tenggara Barat. Yani memulai karir tinju pronya di Malang dan diteruskan di Pirih Surabaya, sampai berhenti.
“Wisuda sudah lebih seminggu yang lalu. Itu 26 Oktober. Anak saya sekarang ambil sertifikasi di Rumah Sakit Menur, selama setahun. Kemudian indentifikasi sampai selesai.”
Shania anak pertama dari pasangan Yani Malhendo-Wanda. “Anak kami tiga, semua perempuan. Anak pernama sudah selesai kuliahnya. Anak kedua sudah bekerja. Anak ketiga masih SMP, kelas satu.”
Setelah Yani Malhendo bercerita, saya bertanya begini: “Dari mana sumber keuangan Anda untuk menutup biaya kuliah dan biaya sekolah anak?”
“Rezeki itu, hanya Allah yang tahu,” balas Yani. “Saya ada sedikit tabungan dari hasil bertinju dulu. Uang itulah yang saya pergunakan. Kalau sudah tua, ada yang merawat bapak dan ibunya nanti.”
Hendra Julio
SEDANG NAIK DAUN
Ketika tinju pro Tanah Air sepi tidak ada pertandingan, Hendra Julio malah sukses mengirim petinju Indonesia ke luar negeri. Hendra Julio, mantan petinju Jamal Jentak Tanjungpriok, benar-benar sedang naik daun.
Sepanjang tahun 2022, Hendra Julio sudah dua kali pergi ke luar negeri bersama petinju Asyer Aluman (Victory Target Jakarta) dan petinju Andika Sabu (Mirah Bali).
Kedua petinju Indonesia kalah melawan orang yang sama, Regie Suganof di Filipina.
“Saya membawa dua petinju menghadapi lawan yang sama dan beda kualitas,” Hendra Julio menjelaskan.
Arsyer Aluman menghadapi Regie Suganof pada 23 Juli 2022, dengan bayaran $1.5000.
Andika Sabu menghadapi Regie Suganof non gelar sepuluh ronde pada 9 September 2022, dengan bayaran $7.000.
“Mengapa bayaran bisa beda jauh? Tentu karena promotor melihat Andika Sabu pernah menyandang sabuk juara WBA Asia.”
Bila ada yang ingin bertanding ke luar negeri bersama Hendra Julio, paling tidak sudah memiliki paspor.
“Memiliki sertifikasi vaksin yang ketiga, juga wajib. Pas mau berangkat, kita harus beli asuransi. Sebelum berangkat, saya harus mengurus segala surat-surat penting ke banda tinju dan saya memilih Komisi Tinju Indonesia.”
“Dari siapa belajar bahasa Inggris?”
“Tidak dari siapa-siapa. Otodidak saja, yang penting bisa nyambung.”