Rondeaktual.com
Sedih mengabarkan atas kepergian legenda tinju asal Belu, Nusa Tenggara Timur, Aloysius Kiwang, yang pada tahun 80-an terkenal dengan nama ring Aloysius Cry.
Cry meninggal dunia di Rumah Sakit Marianum Halilulik, Kabupaten Belu, Sabtu, 12 November 2022.
Cry adalah seorang southpaw dan salah satu juara Indonesia terbaik di kelas bantam yunior. Cry bertinju di Cipta Jasa Jember, Jawa Timur, bersama Bambang Susilo, dan menjadi juara Indonesia kelas bantam pada 18 Maret 1989.
“Beliau meninggal dunia dalam usia sekita 55 tahun, Sabtu subuh pukul empat, akibat gula dan komplikasi. Beliau adalah pelatih kami di Laka Boxing di Belu. Kami memanggilnya Cry,” kata Michael Ichal Laka, salah satu pendiri Laka Boxing dan sahabat Cry.
Cry mulai bergabung dengan Laka Boxing sekitar delapan tahun yang silam. Setelah istrinya yang berasal dari Jember meninggal, putra Cry yang pernah ikut Proprov, kembali ke Jember. Cry hidup sendiri di Kecamatan Tasifeto Barat, Kabupaten Belu.
Menurut Ichal Laka, setelah pensiun dari tinju, Cry tidak ada pekerjaan. Hidup susah. “Kasihan. Cry petinju Belo pertama yang menjadi juara Indonesia. Karena beliau seorang petinju yang berprestasi di masa mudanya dan di dalam tubuhnya mengalir darah tinju, makanya kami ajak supaya ikut membangun Laka Boxing.”
PERJALANAN CRY
Cry bergabung dengan Citpa Jasa Jember bersama Bambang, yang menjadi pelatih dan manajernya. Cry memulai debut pro langsung bertanding delapan ronde dan menang angka mutlak melawan senior Yudi Priyanto dari Alamanda Malang, di Jakarta, 8 Februari 1987.
Cry, seorang southpaw yang terkenal dengan jab-straight cepat dan keras, menjadi juara Indonesia kelas bantam pada 18 Maret 1989.
Setelah juara Indonesia, Cry yang berlatih di Cipta Jasa Jember, Jawa Timur, pulang ke kampung halamanannya. Di Belu, Cry diarak keliling kota, ibarat seorang pahlawan yang baru saja pulang dari medan perang.
“Hanya itu penghormatan untuk kaka Cry. Beliau tidak mendapat pekerjaan dan akhirnya bergabung sebagai pelatih untuk Laka Boxing di Atambua, perbatasan dengan Timor Leste,” kata Ichal Laka, salah satu pelatih petinju kidal Mario Kali.
Setelah diarak keliling kota di Belu, Cry kembali ke Jember untuk meneruskan karir tinjunya. Namun, ia harus menerima pil pahit ketika tumbang KO pada ronde kesembilan di tangan seorang underdog Kid Samora dari Trisula Boxing Camp Malang, yang terjadi di Hotel Kartika Price, Malang, Sabtu, 16 Desember 1989. Samora adalah murid kesayangan pelatih Fighting Chung Sunaryo, pendiri Trisula Boxing Camp Malang.
Setelah kekalahannya dari Kid Samora, Cry mencoba bangkit untuk kejuaraan Indonesia kelas bantam yunior melawan juara bertahan yang juga southpaw Yossy Amnifu dari Cakti Jakarta. Bertarung sepanjang dua belas roonde, Cry gagal menjadi juara karena putusan hakim adalah draw berbau sangat kontroversial, yang berlangsung di Gedung Go Skate, Surabaya, 18 Mei 1990.
Draw, Yossy tetap juara dan menerima sabuk yang diserahkan oleh Danrem 084/Bhaskara Jaya, Kol. Art. E.E. Mangindaan.
Sebelum kepergiaannya untuk selama-lamanya, Aloysius Cry masih mengikuti acara pelantikan pengurus Pertina Kabupaten Belu pada 29 Oktober 2022.
“Pelatih kami Aloysius Cry sebagai anggota Bidang Kepelatihan untuk kepengurusan 2022-2026,” ujar Ichal Laka.
Masih keterangan Ichal Laka, pada 6 November 2022, Cry masuk Rumah Sakit Marianum Halilulik di Kecamatan Tasifefo Barat, Kabupaten Belu, karena sakit gula.
Cry seharusnya mendampingi petinju Laka Boxing untuk mengikuti pertandingan Porprov NTT di Kupang. Tetapi Cry sudah masuk rumah sakti dan opname sampai menghembuskan napas terakhir.
Selamat jalan, Aloysius Cry. Semoga mendapat tempat yang indah di sisi kanan Allah Bapa Yang Maha Kuasa. Amiiin.