Rondeaktual.com
Kid Francis lahir di Penang, Malaysia, 12 November 1933, kemudian menetap di Singapura, Medan, dan Jakarta. Kid Francis menghembuskan napas terakhir dalam usia 89 tahun di RSPAD, Jakarta, Jumat, pukul 19.55 WIB, setelah beberapa hari berjuang melawan sakit di usia senja.
Kid Francis, meninggalkan seorang istri, Ibu Desi, dan empat anak (Sandy, Robert, Luciana, Paulus), serta delapan cucu.
Kid Francis adalah seorang petinju profesional, kemudian turun sebagai petinju amatir dan kembali ke tinju pro era pasar malam, di mana ketika itu pembangunan gedung olahraga belum seperti sekarang. Pertandingan tinju di gelar di pasar malam, yang merupakan bagian dari perjalanan hidup Kid Francis.
Dari tinju Pasar Malam, Kid Francis, berdasarkan pengakuan masa hidup beliau, pernah menerima bayaran mahal sampai Rp 300 ribu. Sebagian uangnya untuk membeli scooter.
Kid Francis ikut bertanding di PON IV Makassar tahun 1957 ketika Pertina belum lahir, masih membawa Pertigu. Kid Francis bertanding untuk Provinsi DKI Jakarta, kelas bulu dan pulang tanpa medali.
Dari kisah yang pernah disampaikan Kid Francis, PON Makassar ditandai suasana bom, yang meledak ketika pertandingan tinju sedang berlangsung di Lapangan Korabosi. “Orang-orang berlarian. Ada juga yang bersembunyi di bawa ring tinju. Saya mengira, saya sudah mati,” ujar Kid Francis di masa hidup beliau.
Itu di amatir, era Pertigu. Di tinju pro dan masih era Pertigu, Kid Francis bertarung habis-habisan 12 ronde melawan petinju hebat Freddy Ramschie dari Surabaya dan kalah. Kid Francis gagal menjadi juara Indonesia kelas bulu yunior. Tak lama kemudian atau pada tahun 1960, Pemerintah RI membekukan tinju pro.
Tidak ada pertandingan tinju di masa itu. Selama sepuluh tahun.
Tidak mau jauh dari tinju, Kid Francis terus memberikan pemikiran dan tenaga yang besar bagaimana menghidupkan kembali roh tinju pro. Kid Francis berjuang bersama rekan masa muda seperti Boy Bolang, Kid Darlim, Gubernur DKI Ali Sadikin, sampai melahirkan Komisi Tinju Indonesia atau KTI.
Setelah KTI berdiri, Kid Francis dan rekan baiknya mendiang Jafar (kelas welter) dari Pisangan Lama, Jatinegara, mendirikan Scorpio Boxing Camp Jakarta.Tetapi, Kid Francis harus memilih satu profesi; pelatih atau wasit. KTI melarang wasit terlibat pelatih. Seorang wasit harus berdiri sendiri untuk menjaga netralitas. Sekarang tradisi seperti itu sudah tidak dihormati. Sudah dilanggar.
Ketika KTI menyuruh harus memilih wasit atau pelatih, ternyata hati Kid Francis lebih kuat untuk melatih anak-anak tinju. Kid Francis keluar sebagai wasit dan fokus menjalankan Scorpio Boxing Camp Jakarta, yang awalnya berdiri di Kwiting, Jakarta Pusat, kemudian bergeser ke Kramat Pulo, Jakarta Pusat.
Sampai sekarang, Scorpio Boxing Camp masih ada. Sansak tua dan glove yang sudah usang masih ada di sana. Dibiarkan berbungkus debu, yang sudah berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun tidak pernah dibersihkan.Scorpio Boxing Camp Jakarta berdiri di pekarang rumah sempit yang ukurannya hanya dua meter kali empat meter.
Tempat itu tak pantas disebut sasana tinju. Bukan saja jauh dari fasilitas standrad tinju, tetapi sempit.
Namun, sesempit-sempitnya tempat latihan itu, tangan Kid Francis telah melahirkan juara Indonesia yang diawali dari Nixon Gabriel kelas terbang mengalahkan Munadi dari bandung, Ricardo Simanungkalit kelas menengah mengalahkan juara Ketut Udiyana dari Bali, dan Daud Jordan kelas bulu mengalahkan juara Noce Lukman dari Cakti Jakarta.
Nixon Gabriel menerima sabuk juara di atas ring Istora Senayan, Jakarta, 14 April 1984, dari tangan Ketua Umum KTI Pusat Solihin GP didampingi promotor Herman Sarens Soediro.
Sementara, pertandingan Ricardo Simanungkalit melawan Ketut Udiyana berlangsung di Stadion Kridosono, Yogyakarta, 3 Juni 1989. Pertandingan ditangani promotor Agus Mulyanto dari Malang, disaksikan Sri Sultan Hamengkubuwono X.
Kid Francis terbilang sebagai pelatih paling favorit bagi sejumlah orang. Petinju Rocky Joe yang berlatih di New Waringin Boxing Camp, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, lebih suka bersama pelatih Kid Francis. Ricardo Simanungkalit yang pernah cabut dari Scorpio dan bergabung ke Garuda Jaya pada era juara dunia Ellyas Pical, memilih harus kembali ke tangan Kid Francis. Aswan AB dari Satria Kinayungan Jakarta milik juragan kuda dan promotor kejuaraan dunia WBC Saoul Mamby versus Thomas Americo, memilih Kid Francis sebagai pelatihnya dan pergi ke sarang macan, Korea Selatan, untuk menjadi juara OPBF.
Kid Francis telah mencatat sejarah besar, mengantar seorang pemuda asal Sumatera Barat, Aswan AB, menjadi juara OPBF kelas menengah di Korea. Sepanjang sejarah tinju pro Tanah Air, hanya Ellyas Pical dan Aswan AB yang bisa merebut gelar OPBF di luar negeri.
Tidak terbayangkan sebelumnya. Kid Francis dan Aswan AB, berada di dalam berdiri ring dan dihormati dengan penyerahan gelar juara kelas menengah OPBF, untuk kawasan Asia dan Pasifik.
Itu selebrasi yang luar biasa, yang terjadi pada tahun 1991.
Setelah itu, atau 31 tahun kemudian sejak peristiwa yang bersejarah di Korea Selatan, tepatnya hari Jumat, 2 Desember 2022, pukul 19.55 WIB, Kid Francis telah pergi mendahului kita untuk selama-lamanya.
Kid Francis, mantan petinju PON IV Makassar dan salah satu pendiri lahirnya KTI, meninggal dunia dalam usia 89 tahun.
Nama dan karya besarmu tak akan lekang oleh waktu. Selamat jalan, Opa Kid Francis, semoga engkau mendapat tempat yang indah di sisi kanan Allah Bapa Yang Maha Kuasa. Amiiin.