Rondeaktual.com
Kai Siong, 64 tahun, merupakan salah satu mantan bintang tinju pro Surabaya. Setiap naik ring, Kai Siong tidak pernah kekurangan supporter.
Ketika bertinju atau pada awal tahun 1980, Kai Siong berlatih di Sawunggaling Surabaya, bersama pelatih kelas satu Setiyadi Laksono. Pada tahun 1984, Kai Siong pindah dan bergabung dengan Inra Boxing Camp Surabaya, bersama pelatih Ary Joseph.
Sepanjang karir tinju pronya, Kai Siong naik ring sampai 35 kali, nasional dan internasional. Pria penggemar tato ini bertanding mulai kelas ringan, kelas welter yunior, kelas welter, dan terakhir kelas menengah yunior. Kai Siong tercatat sebagai legenda kelas ringan dan kelas welter.
“Pada tahun 1981 di Surabaya, saya merebut gelar juara kelas ringan Indonesia dari tangan Jimmy Sinantan. Saya naik ring tidak dibayar,” kenang Kai Siong, kelahiran Surabaya, 15 Oktober 1958. “Waktu itu promotor tidak sanggup bayar Jimmy, yang minta harga tinggi. Saya harus pinjam uang orangtua sampai tiga ratus ribu agar bisa menambahi bayaran Jimmy. Promotor tidak sanggup, akhirnya saya yang menambahi bayaran Jimmy. Beruntung saya bisa mengalahkan Jimmy dan menjadi juara.”
Kai Siong tidak bisa mempertahankan berat kelas ringan 61.235 kilogram dan harus naik kelas.
“Tahun 1986 di Sidoarjo, saya mengalahkan petinju top dari Gajayana Malang (M Solikin) dan menjadi juara Indonesia kelas welter,” cerita Kai Siong.
Pertarungan melawan Solikin adalah pertarungan paling menyiksa. Sejak ronde ketujuh, Kai Siong berdarah akibat benturan keras yang tidak disengaja. Kai Siong menggunakan taktik jarak dekat untuk bisa menenangkan pertandingan melelahkan sepanjang dua belas ronde dan menjadi juara.
Sebelumnya, di kelas welter yunior, Kai Siong tiga kali gagal menjadi juara Indonesia di tangan orang yang sama; Thomas Americo, melalui unanimous decision dua belas ronde.
Kai Siong empat kali kalah angka (sekali bukan kejuaraan dan tiga kali kejuaraan) melawan Thomas Americo.
Pada pertarungan yang kelima non gelar sepuluh ronde, Kai Siong secara telak berhasil mengalahkan Thomas Americo di GOR Pangsumah, Pontianak, Kalimantan Barat, 20 April 1986.
Setelah mengalahkan Thomas Americo (pernah bertarung 15 ronde dan kalah melawan juara dunia WBC kelas welter yunior Saoul Mamby), Kai Siong keluar dari kelas welter yunior dan berkompetisi untuk kelas welter.
Berdasarkan kisah Kai Siong, pada pertandingan pertama non gelar melawan Thomas Americo, Kai Siong hanya mendapat bayaran Rp 15.000. Ketika Kai Siong mengalahkan Thomas Americo di Pontianak 1986, ia mendapat bayaran Rp 1 juta dari tangan promotor Rudy Chairuddin.
“Saya pernah kejuaraan dunia WBC Junior di Jakarta, dua belas ronde dan kalah angka (melawan Orlando Orozco, Venezuela),” kata Kai Siong.
Pertandingan Kai Siong versus Olando Orozco terjadi untuk mengisi gelar lowong kelas welter WBC Junior di atas lapangan sepakbola Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Jumat, 23 Januari 1987.
Kai Siong bertarung habis-habisan dua belas ronde dan melepaskan sejumlah pukulan terbaiknya. Tetapi, pada dua ronde terakhir Kai Siong, yang dikenal dengan hook kanan paling keras, kewalahan dan kalah angka. Kesempatan besar hilang.
“Setelah melawan petinju Venezuela di Jakarta, saya masih naik ring dan draw melawan petinju Korea,” ujar Kai Siong, Senin, 19 Desember 2022.
Setelah pensiun dari tinju, Kai Siong meneruskan karirnya di bidang wiraswasta di Surabaya. Dia terbilang salah satu mantan petinju yang berhasil menata kehidupan menjadi lebih baik.
Berhenti tinju, Kai Siong hampir tidak pernah lagi berurusan dengan tinju. Tidak menjadi pelatih dan tidak pula ikut dalam kepengurusan atau organisasi tinju.
“Waktu saya habis untuk kerja. Pagi-pagi sudah kerja. Tidak boleh absen. Pulang sudah sore, bahkan bisa sampai jauh malam,” kata Kai Siong, yang dulu dikenal dengan jab-straight terbaik. “Kemarin (Sabtu, 17 Desember 2022), Pak Rois (wasit dari KTI) mau mengajak saya ke Malang. Di sana ada pertandingan tinju. Saya tidak bisa, karena saya harus kerja.”
Dari dulu sampai sekarang, Kai Siong dikenal paling setia terhadap pekerjaannya. Sangat bertanggung jawab.
Setia dengan pekerjaannya, Kai Siong tidak pernah lupa olahraga. “Setiap pagi jogging. Ini bagus untuk kesehatan. Jam lima pagi saya sudah di Lapangan Indragiri.”
TENTANG KAI SIONG
Nama: Kai Siong.
Lahir: Surabaya, 15 Oktober 1958.
Usia: 64 tahun.
Prestasi: Juara Indonesia kelas ringan 61.235 kilgram, tahun 1981, dan juara Indonesia kelas welter 66.678 kilogram, tahun 1986.
Domisili: Bratang, Surabaya.
Nama istri: Suzanna Helena.
Nama anak:
1. Angelina Monica.
2. Marvin Martinus.
3. Michael Dominiq.
4. Sonya Ruth Magdalena.
PERTANDINGAN KAI SIONG
Menang angka dua belas ronde atas juara Jimmy Sinantan (Taman Tirta Surabaya), Surabaya, 29 November 1981. Kai Siong tampil sebagai juara Indonesia kelas ringan.
Kalah angka dua belas ronde melawan penantang Juhari (Gajayana Malang), GOR Pulosari, Malang, 19 Desember 1982. Kai Siong kehilangan gelar juara Indonesia kelas ringan. Wasit Jafar dari Jakarta. Promotor: Arief Zakky.
Bertanding non gelar sepuluh ronde brakhir draw melawan Brian Roberts (Australia) di Gedung Go Skate, Surabaya, 12 Februari 1984. Promotor: Handoyo Laksono.
Partai ekshibisi enam ronde tidak dinilai melawan Wongso Suseno (Sawunggaling Malang), Kraksaan, Probolinggo, 4 Maret 1984. Pertandingan dipimpin oleh wasit Joppy Limahelu. Ini merupakan pertandingan perpisahan bagi Wongso Suseno. Promotor: Harry Effendy.
Bertarung sepuluh ronde non gelar berakhir draw melawan Keun Yung Nam (Korea Selatan), Gedung Go Skate, Surabaya, 19 Mei 1984. Promotor: Handoyo Laksono.
Menang angka non gelar sepuluh ronde melawan Thomas Americo (Marabunta Malang), GOR Pangsumah, Pontianak, Kalimantan Barat, 20 April 1986. Promotor: Rudy Chairuddin dari Jakarta.
Menang angka dua belas ronde atas juara M Solikin (Gajayana Malang), Sidoarjo, 16 Juni 1986. Kai Siong merebut gelar juara Indonesia kelas welter. Promotor: Yongky Soesanto dari Malang.
Kalah angka dua belas ronde melawan Orlando Orozco (Venezuela) untuk perebutan gelar lowong WBC Junior kelas welter, Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Jumat, 23 Januari 1987. Promotor: Herman Sarens Soediro.