Rondeaktual.com
Ketua Pertina Kota Jakarta Timur, Erwin Tobing menjelaskan, sejak tiga tahun terakhir sudah menjalankan program kerja yang keenam. “Sejak kepengurusan terbentuk pada tahun 2019, Pertina Jakarta Timur telah menyelenggarakan pertandingan sebanyak enam kali. Kita Pertina Jakarta Timur, tetapi pusat latihannya di Jakarta Pusat,” kata Erwin Tobing, didamping pengurus KONI Jakarta Timur, Mike Wangge, di sasana Bima Sarinah, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Minggu, 22 Januari 2023.
Erwin Tobing, mantan peraih medali perak kelas welter PON, menjelaskan, pusat latihan Pertina Jakarta Timur ada di wilayah Jakarta Pusat.
“Itu tidak masalah,” kata Erwin Tobing. “Lihat Pertina DKI Jakarta, pusat latihannya di Ciseeng (Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat), bukan di Jakarta,” katanya.
Secara terpisah, Mike Wangge, seorang wartawan senior yang hadir mewakili KONI Jakarta Timur, memuji kepemimpinan Erwin Tobing. “Menggelar pertandingan itu mudah. Tetapi, di sini saya melihat ada kemauan besar sehingga segala pendaan bisa teratasi,” ujar Mike Wangge.
Selama menyelenggarakan enam pertandingan, Pertina Jakarta Timur selalu mengadakannya di Sasana Bima Sarinah Tanah Abang. Petinju yang bertanding, mulai dari tingkat paling bawah sampai tingkat senior.
Pada pertandingan Minggu, 22 Januari, panitia menampilkan lebih 30 petinju, yang datang di luar Jakarta seperti Pertina Kota Bekasi, Tangerang Selatan, Bangka Barat.
Setiap ada jadwal pertandingan, peserta pasti membludak. Pertina Kota Bekasi paling rajin mengirim hampir semua petinju terbaiknya. Tak heran, tim yang diurus Markus Gea itu harus membuka dapur di sekitar pertandingan, mirip warung nasi. Siapa saja boleh makan tanpa bayar.
Sementara, wasit/hakim Pertina DKI Jakarta, Ivan Manalu menjelaskan, bahwa tinju amatir harus bisa mengembalikan system kategori yang sudah lama dihapus.
“Kita harus berani memulainya. Petinju baru harus berhadapan dengan petinju baru. Jangan yang baru naik ring sudah langsung menghadapi juara nasional. Ini tidak bagus,” kata Ivan Manalu. “Kategori pemula, muda, madya, dan senior, saya kira harus kembali dihidupkan.” (Finon Manullang)