Rondeaktual.com
Matius Mandiangan kini menjadi petinju tertua dalam tim Pra PON DKI Jakarta. Pada usia hampir 35 tahun, Mandiangan ingin mencetak rekor empat kali tampil dalam pertandingan PON.
Mandiangan pertama kali tampil pada PON XVIII/2012 Riau, merebut medali emas kelas ringan untuk Sulawesi Utara, setelah dalam final mengalahkan Abniel Daniel (Nusa Tenggara Timur).
Tak sampai setahun, Mandiangan “dipindahkan” dari Provinsi Sulawesi Utara ke Provinsi DKI Jakarta, dengan sejumlah kompensasi kepindahan status.
Pada PON XIX/2016 Jawa Barat, Mandiangan merebut medali perunggu kelas ringan untuk daerah DKI Jakarta. Dalam semifinal, ia dianggap kalah kontroversial atas petinju tuan rumah Jawa Barat, Gresty Alfons.
Pada PON XX/2020 Papua (tunda setahun menjadi 2021), Mandiangan bertanding dari sudut biru, bertarung luar biasa untuk merebut medali emas kelas ringan. Dalam final yang ketat, Mandiangan mengalahkan Walmer Pasiale, harapan Jawa Barat, yang berlangsung di GOR Cendrawasih, Kota Jayapura, Papua, Rabu, 13 Oktober 2021.
Itu merupakan emas kedua Mandiangan dan sekali perunggu. Semua untuk kelas ringan.
Menghadapi PON XXI/2024 Aceh-Sumatera Utara, Mandiangan harus bisa melewati Pra PON I Makassar, yang akan dipusatkan di Makassar Sport Hall, Sinrijala, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, dari 22 hingga final 30 Juli 2023.
KELAS WELTER
Untuk bisa melangkah ke PON XXI/2024 Aceh-Sumatera Utara, Mandiangan harus berhasil menembus pertandingan semifinal. Ia juga naik dua kelas sekaligus, dari kelas ringan 60 kilogram ke kelas welter 67 kilogram.
“Saya tidak mungkin di kelas ringan. Harus naik dan saya memilih kelas welter,” kata Mandiangan di Bandara Soekarno-Hatta saat menunggu pesawat terbang menuju Makassar, Kamis, 20 Juli 2023.
Selama hampir lima belas tahun, Mandiangan asal Sulawesi Utara, bertanding di kelas ringan. “Saya tetap percaya diri kalau saya bisa bermain bagus di kelas welter. Saya akan berjuang agar bisa empat kali berturut-turut tampil di pertandingan PON.” (Finon Manullang)