Rondeaktual.com
Legenda tinju amatir Indonesia, southpaw Syamsul Anwar Harahap, 71 tahun, tidak pernah kehabisan cerita nyata. Syamsul hidup dari uang pensiun muda sebagai PNS Provinsi DKI Jakarta (hampir Rp 5 juta per bulan). Pria Pematang Siantar yang dijuluki Bulldozer ini juga hidup dari usaha pertanian yang dibukanya jauh sebelum era COVID-19.
Syamsul Anwar –sang penaklukkan Si Jangkung Thomas Hearns di Istora Senayan Jakarta 47 tahun yang lampau—sudah empat tahun ini keluar dari Ibu Kota. Syamsul sudah tidak lagi di Kawasan Wisata Kota Tua Jakarta. Ia dan istri bersama kedua putri mereka yang masih SD memilih tinggal dan hidup sebagai petani di Desa Lantosan, Kabupaten Padang Lawas Utara, Provinsi Sumatera Utara. Padang Lawas Utara atau Paluta adalah hasil pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Selatan.
“Nikmat kali hidup ini,” katanya saat dihubungi akhir pekan lalu. “Makan di kebun sendiri, di pinggir sungai. Airnya bersih mengalir dan sehat.” Syamsul mengaku suka “marlange” di sungai. “Ya, aku suka mandi di sungai,” katanya.
Setelah pensiun dari tinju, Syamsul memang kuat bercita-cita menjadi seorang petani. Angan-angannya terkabul.
“Sekarang sedang menanam pohon alpukat. Kalau pisang banyak di sini. Tanam seribu pohon, bisa jadi banyak. Ada pisang barangan. Pisang tanduk. Pisang gepok, panen dua minggu sekali. Orang datang untuk beli pisang gepok. Biasanya, pembeli melihat-lihat dulu. Dipilih sendiri. Ditebang sendiri. Diangkut sendiri. Bayarnya pake transfer. Sangat sederhana dan tidak ada yang susah.”
Selain mengurus pertaniannya, Syamsul Anwar membuka dua usaha kursus bahasa Inggris spesial anak-anak di Medan. “Khusus untuk anak sekolah, tapi ada juga yang sudah SMA.”
Syamsul Anwar sudah terbiasa melakukan perjalanan Sidempuan-Medan dengan bus malam. Tidak mau repot membawa kendaraan sendiri. Berangkat malam, pagi sudah tiba di Medan. Syamsul juga menempati rumah tinggalnya di Medan.
Belum lama, Syamsul Anwar pergi ke Depok, Jawa Barat, menyelesaikan bisnis. Di Jakarta sebentar saja dan sempat bertemu dengan putranya, seorang Lurah. Syamsul juga mengadakan komunikasi dengan Fadil Siregar, seorang wartawan sahabat lamanya.
Beberapa usahanya yang terbilang sumber pemasukan uang di Kota Tua, Jakarta Barat, seperti kafe bakso, segala jus, rumah makan padang, dan toilet umum, sudah tutup sejak awal pandemic 2019.
Kafe itu pernah dijaga oleh seorang pria tinggi besar muka dingin, yang ternyata seorang mantan juara Indonesia kelas welter versi KTI dan ATI. Kafe itu harus dijaga sebagai upaya mencegah para pengamen masuk ketika tamu sedang menikmati hidangannya.
Usaha toilet umum dimilik Syamsul Anwar di Kota Tua pernah mencatat rekor sebagai toilet umum berpenghasilan terbesar Tanah Air. Sehari mengumpulkan uang 17 juta, pas Hari Raya Imlek 2019.
Di tengah kesendiriannya mengurus pohon pisang di kampung, Syamsul Anwar tak kuasa menahan rindu yang kuat untuk rekan legenda tinju lainnya seperti juara Asia kelas bantam Ferry Moniaga, 74 tahun, (sudah empat tahun memilih pulang ke kampung halamannya di Tatelu, Minahasa Utara, Sulawesi Utara), juara Asia kelas welter Frans van Bronckhorst, 74 tahun, (tinggal di Kalibata, Jakarta Selatan), dan juara Asian Games dua kali Wiem Gommies, 76 tahun, (tinggal di kampungnya di Hatalai, salah satu negeri adat di Ambon, Maluku).
“Kami dulu bertahun-tahun kumpul bersama sebagai atlet penghuni Pelatnas di Senayan. Masing-masing punya spesialisasi. Frans terkenal dengan disiplinya yang tinggi. Jam sembilan malam sudah di tempat tidur. Sudah tidak terima tamu. Ferry berani lumpat jendela. Wiem dijuluki pendeta. Di bawah bandalnya ada bible,” kenang Syamsul Anwar Harahap. “Aku lebih muda dari mereka.”
Syamsul Anwar sempat mengeluh dengan prestasi tinju amatir Indonesia. “Sudah lama petinju Indonesia tidak ada yang bisa bertanding di olimpiade. Sedih rasanya, tapi aku selalu berharap kelak ada petinju kita yang bisa lolos olimpiade.”
TENTANG SYAMSUL ANWAR
Nama: Syamsul Anwar Harahap.
Nama ring: Syamsul Anwar.
Julukan: Bulldozer.
Bertinju: Southpaw, kidal, tangan kanan di depan dan tangan kiri di belakang.
Lahir: Pematang Siantar, Sumatera Utara, 1 Agustus 1952.
Usia: 71.
Pekerjaan: Petinju, pelatih, komentator televisi, penulis, promotor internasional, pengusaha pisang di kebonnya sendiri di Paluta.
Prestasi antara lain:
1. Medali emas Kejurnas kelas welter ringan.
2. Medali emas STE kelas welter ringan.
3. Medali perak PON kelas welter yunior (seluruh atlet tinju DKI Jakarta menarik diri sebagai bentuk protes terhadap keamanan atlet).
4. Medali emas kelas welter ringan Piala Presiden RI yang pertama Jakarta, sekaligus terpilih Best Boxer.
5. Medali emas kelas welter ringan SEA Games Kuala Lumpur.
6. Medali emas kelas welter ringan Asia Jakarta.
Syamsul adalah petinju kidal yang menjadikan kelas welter ringan sebagai spesialisasinya. Sebelum menggantungkan sarung tinju, Syamsul masih tampil dalam kelas menengah ringan duel-meet Indonesia-Belanda di Gedung Basket Senayan, Desember 1981.
Syamsul mewakili Indonesia untuk Olimpiade Montreal 1976, sampai babak ketiga dan akhirnya kalah di tangan Calistat Cutoy.
Syamsul ikut kejuaraan dunia di Belgrade, masuk babak kedua dan akhirnya kalah melawan Andres Aldama.
Salah satu kemenangan Syamsul Anwar yang dikenang sepanjang masa ketika ia mengalahkan si jangkung Thomas Hearns (Amerika Serikat) dalam final kelas welter ringan Piala Presiden RI yang pertama di Jakarta, 12 Desember 1976.