BUKU PERJALANAN TINJU INDONESIA – Tinju Pro Pertama di Kopassus Dihentikan merupakan tulisan ketujuh dari buku tinju Finon Manullang. Ikuti terus tulisan yang sangat bersejarah bagi olahraga tinju Tanah Air. Semoga bermanfaat.
Tinju Pro Pertama di Kopassus Dihentikan
Boleh dicatat, inilah pertandingan tinju pro pertama dan satu-satunya di Serang. Itu tersimpan dalam buku harian. Pertandingan berlangsung terbuka di lapangan sepakbola, Rabu malam, 15 Mei 1985.
Akhir dari seluruh rangkaian tinju pro pertama yang berlangsung di Grup I Kopassus, Serang, dirusak hujan. Tidak ada penonton yang datang membawa payung. Tidak ada tanda-tanda hujan akan turun. Hari itu, langit cerah sepanjang hari, tiba-tiba berubah gelap dan hujan.
Hujan deras sekali, telah merusak partai terakhir kelas bulu 10 ronde antara Hengky Gun (Sawunggaling Surabaya) dengan Yohannis Matahelemual (Satria Kinajungan Jakarta). Pertandingan terpaksa ditutup dengan KO pada ronde kedua, setelah wasit Djafar sengaja mempercepat hitungannya.
Tidak ada pilihan lain. Hitungan harus dipercepat biar cepat selesai dan bubar. Bila saja wasit melakukan hitungan normal, bukan tidak mungkin Yohannis Matahelemual bangkit untuk meneruskan pertandingan. Straight kanan yang dilepaskan Hengky Gun mendarat di tubuh Yohannis, tidak terlalu keras. Itu jelas bukan straight mematikan.
Tetapi, straight tadi mengenai kepala dan dalam posisi salah langkah, membuat Yohannis Matahelemual terjatuh. Itu hanya knock down ringan. Bukan pukulan berat.
Dinyatakan KO dengan cara sengaja dihitung cepat, Yohannis tidak protes. Dia berjiwa besar dan menerima KO karena situasi. Hujan deras ditandai angin kencang. Tidak mungkin untuk meneruskan pertandingan. Harus dihentikan. Sementara, bila harus diteruskan keesokan harinya, sepertinya tidak penting-penting amat. Ini partai non gelar, bukan kejuaraan.
Peristiwa “wasit sengaja mempercepat hitungan” sudah berlalu cukup lama. Sekitar 27 tahun kemudian, atau pada tahun 2012, penulis bertemu Yohannis Matahelemual pekarangan GOR Rawamangun, Jakarta Timur. Ketika itu sedang berlangsung Kejuaraan Nasional Tinju Amatir tingkat Junior/Youth.
Penulis bertanya tentang hitungan cepat di Serang, tahun 1985.
“Waktu itu saya masih bisa berdiri,” jawab Yohannis Matahelemual. “Kalau saya mau bisa panjang (habis ronde). Tapi situasinya hujan angina. Tiang untuk menggantung lampu sudah bergoyang-goyang, makanya saya diam saja. Tidak protes.”
Ketika hujan deras turun, semua penonton sudah pergi meninggalkan tempat duduknya. Sebagian berdiri di pinggir ring sambil mengangkat kursi sebagai ganti payung. Ketika itu, Serang masih bagian dari wilayah Provinsi Jawa Barat. Provinsi Banten belum terbentuk.
POLLY PASIRERON
Partai utama adalah kejuaraan Indonesia kelas menengah 12 ronde. Polly Pasireron (Satria Kinajungan Jakarta) menang KO ronde kedelapan atas Albert Bapaimo (Baladikha Serang).
Albert menderita KO bukan kena pukulan berat Polly, melainkan sudah kelelahan akibat kurang persiapan. Wasit Bobby Njoo menghitung ketika Albert memilih menyerah di sudut ring. Dia menjadi tiga kali kalah berturut-turut dari lawan yang sama. Ketika Albert Bapaimo masih bersama Pirih Surabaya, ia menderita TKO ronde ketiga di tangan Polly Pasireron.
Polly sendiri datang ke Serang tidak 100%. Kedua petinju sempat overweight dua kilogram. Inspektur Pertandingan, Mayor (Pol) Drs Gordon Mogot, memberi waktu dua jam sampai akhirnya Polly dan Albert in. Kedua petinju dinyatakan sah untuk pertandingan perebutan sabuk juara Indonesia kelas menengah, 72.575 kilogram.
Polly menerima sabuk juara, yang diserahkan Ketua Umum KTI Pusat Solihin GP didampingi promotor Herman Sarens Soediro.
HASIL LAIN: Sumedi (Bandung) menang atas Ambri Sanusi (Pirih Surabaya). Wiem Damena (Bandung) menang TKO-2 atas Pipino Sihombing (Sawunggaling Surabaya). Robert (Jakarta) menang atas Suwaji (Pirih Surabaya). Eddy Rumbiak (Merak) menang TKO-6 atas Lufti Ali (Amar Sports Jakarta).
Pukul sebelas malam, rombongan tinju berjalan kaki dari tempat pertandingan menuju mess perwira. Sisa hujan malam membuat tidur menjadi lebih enak.