Rondeaktual.com
Sambung –salah satu legenda tinju Jember paling kocak—mengaku sudah tua.
“Aku wis tuwek. Sudah 57 tahun lebih sekian bulan. Tiga bulan lagi masuk 58,” katanya. Sambung lahir di Jember, Jawa Timur, 6 Juli 1966.
“Sekarang sudah tidak punya apa-apa. Tidak punya sasana. Tidak ikut melatih, seperti teman-teman mantan petinju yang laris manis sebagai pelatih member. Tidak punya baju baru. Tidak punya pekerjaan. Aku hidup ditanggung anak sulung. Nanti setelah Lebaran, mau cari kerja. Tapi sudah tua begini, mana ada orang mau terima umur hampir 60,” kata-katanya penuh keraguan.
“Bukankah kerja ikut bos, diajak menagih utang. Ga bahaya tah?”
“Oh itu dulu,” potong Sambung dengan cepat. “Waktu muda, diajak menagih utang. Saya pernah usir orang dari rumahnya. Dia terlilit utang di bank. Kasihan, nggak tega. Tidak saya teruskan (pekerjaan menangih utang),” kata Sambung, saat dihubungi ke Jember.
Sambung pernah bekerja di pinggir kolam udang. “Kerjanya malam. Maling tambak biasanya menjarah udang di tengah malam, makanya harus dijaga. Saya masuk malam pulang pagi. Ini juga dulu. Sekarang pegangguran. Di rumah saja, sambil pegang HP. WA-an sama teman.”
Sambung pernah tercatat satu-satunya mantan petinju pro yang gemar bisnis jual-beli batu akik. Ini juga sudah ditutup. Batu akik sudah gulung tikar. Sudah tidak populer.
Sambung adalah petinju Jember terkenal pada tahun 80-an awal. Ia bertanding dari kelas bantam, kelas bulu yunior, kelas bulu, kelas ringan yunior, dan kelas ringan. Sambung ditakuti karena pukulan angkatnya (upper cut) dan pukulan sampingnya (hook) sangat cepat dan keras. Sering mengguncang lawan.
Salah satu pertandingan internasional yang tidak terlupakan terjadi ketika tidak disangka-sangka Sambung menang unanimous decision sepuluh ronde melawan juara Filipina, Jun Tito, di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, 4 Juni 1989.
Para petaruh menjagokan Jun Tito, mengingat Sambung bukanlah siapa-apa. Sambung tidak gentar dengan nama besar lawan. Sambung masuk sepanjang sepuluh ronde memukuli lawan dan menang mutlak. Itu penampilan Sambung paling luar biasa.
Ketika itu, promotor glamour Boy Bolang mendatangkan Sambung dari Jember untuk menghadapi Jun Tito di Jakarta dengan bayaran bersih Rp 1 juta. Ini menjadi bayaran terbesar sepanjang karir tinju Sambung. Sejak mengalahkan Jun Tito, nama Sambung naik daun.
Hampir semua petinju terbaik Indonesia pernah dihadapi Sambung, seperti Edward Apay (terbaik kelas bantam), Hengky Gun (raja KO kelas ringan yunior), Kace Thomasoa (terbaik kelas bulu), Junai Ramayana (kidal terbaik kelas bantam), Monod (fighter terganas kelas bulu yunior), Nurhuda (pertahanan terbaik kelas bulu yunior).
Sambung sering kalah. Ini harus diakui, karena Sambung tidak ada sponsor. Tidak mempunyai promotor. Ia bertanding karena promotor menyukai gaya tinjunya, yang menyerang sepanjang ronde. Sangat komersial.
“Saya dulu ikut Raung Boxing Camp Jember. Hanya dua sasana, Raung dan Cipta Jasa, kemudian menyusul Gumitir dan yang lain. Sasana sederhana. Kalau habis latihan, paling dapat teh manis satu gelas. Semua kekurangan di sasana tidak pernah membuat saya malas. Latihan setiap hari sambil menunggu promotor datang menawarkan kontrak pertandingan. Saya orangnya oke saja, mau lawan siapa pun, meski kontrak datang seminggu menjelang pertandingan, oke. Tidak pernah saya tolak,” kenang Sambung.
Sambung mulai naik ring pada umur 16, melawan Wongso Indrajit, yang sudah senior dan sudah mengorbit. Terakhir naik ring pada umur 27, melawan Dikin.
“Saya berhenti tinju karena takut kena serangan parkinson,” ujar Sambung. Bawaannya terkenal lucu. Ia pernah dijuluki sebagai petinju dagelan.
Tentang namanya, menurut Sambung punya ceritanya.
“Sambung nama asli. Tidak ada nama lain. Waktu itu G-30 S PKI, rawan pembunuhan. Bapak saya dituduh PKI. Difitnah sama orang berkuasa. Mau dibunuh. Tetangga saya diambil. Bapak saya tidak jadi dibunuh. Waktu saya lahir, dikasih nama Sambung, artinya sambung nyowo (sambung nyawa). Waktu dalam kandungan, Bapak saya sering mimpi sabung ayam. Kalau lahir laki, katanya akan dinamai Sabung. Akhirnya dikasih nama Sambung. Sampai sekarang ya Sambung.”
Di hari raya Idul Fitri, tak lupa Sambung menyampaikan: “Minal Aidzin wal Faidzin, mohon maaf lahir dan batin. Selamat hari raya Idul Fitri 2024, semoga kita semua kembali dalam keadaan fitri.” (Finon Manullang)