2. Pengalaman di Tokyo dan Paris
Peran Boy Pohan di Olimpiade Paris 2024 sebenarnya bukan yang pertama kali. Sebelumnya, ia juga bertugas sebagai wasit dan juri tinju di Olimpiade Tokyo 2020. Di Tokyo, Boy Pohan tidak hanya menjadi wasit pertama dari Indonesia yang memimpin pertandingan di Olimpiade, tetapi juga satu-satunya wakil dari Asia Tenggara yang bertugas di ring tinju.
Pengalamannya di Tokyo menjadi modal berharga saat ia kembali dipercaya untuk memimpin laga di Paris. Dengan pengalaman tersebut, Boy Pohan diharapkan mampu menghadirkan pertandingan yang adil dan berintegritas tinggi.
3. Memimpin Final di Olimpiade Tokyo 2020
Prestasi Boy Pohan di Olimpiade Tokyo 2020 tidak bisa dipandang sebelah mata. Sebagai juri, ia bertugas dalam 40 laga, dan sebagai wasit, ia memimpin tujuh pertandingan, termasuk final tinju kelas menengah putra (69-75 kilogram). Laga tersebut mempertemukan petinju Brasil, Sousa Herbert, dan petinju Ukraina, Khyzhnik Oleksandr.
Di bawah kepemimpinan Boy Pohan, pertandingan tersebut berakhir dengan kemenangan KO untuk Sousa Herbert. Kemampuan Boy Pohan dalam menangani tekanan dan menjaga sportivitas pertandingan menjadi bukti bahwa ia memang layak berada di posisi tersebut.
4. Seleksi Ketat Menuju Olimpiade Paris 2024
Untuk dapat kembali memimpin pertandingan di Olimpiade Paris 2024, Boy Pohan harus melewati seleksi yang sangat ketat. Komite Olimpiade Internasional (IOC) menetapkan proses seleksi yang melibatkan berbagai kejuaraan, termasuk European Championship di Polandia dan kualifikasi di Afrika. Dari 280 wasit juri yang mengikuti seleksi ini, hanya 44 yang terpilih, termasuk Boy Pohan.
Setiap pertandingan yang dipimpin oleh Boy Pohan dinilai secara ketat oleh auditor independen seperti Price Waterhouse Cooper dan Paris Boxing Unit yang ditunjuk langsung oleh IOC. Ini menunjukkan betapa tingginya standar yang harus dipenuhi oleh seorang wasit di ajang sebesar Olimpiade.