Rondeaktual.com – Kelas terbang mini adalah petinju yang beratnya 47,627 kilogram. Tidak ada lagi kelas setelah kelas terbang mini. Sementara, kelas paling atas adalah kelas berat. Tinju pro menandingkan 17 kelas berlaku sama di seluruh dunia.
JULIUS LEOJAN ORANG PERTAMA
Di Indonesia kelas terbang mini mulai dipertandingkan pada tahun 1985. Kejuaraan gelar lowong mempertemukan Julius Leojan (Airlangga Kediri) dengan Bristol Simangunsong (Garuda Jaya Jakarta), yang berlangsung 12 ronde tanpa pemenang. Diumumkan draw.
Di pengujung tahun1985, akhirnya Julius Leojan berhasil menjadi orang pertama sebagai juara Indonesia kelas terbang mini.
LITTLE PONO AREMA MALANG
Setelah Julius Leojan, bermunculan petinju kelas terbang mini, yang pada umumnya pecahan dari kelas terbang ringan atau kelas terbang yunior, yang beratnya terpaut 1 kilogram lebih. Kelas terbang ringan 48.988 kilogram dan kelas terbang mini 47.627 kilogram.
Pada awal kemunculan kelas terbang mini, tercatat salah satu nama paling komersial adalah Little Pono dari Arema Malang.
Little Pono tidak pernah juara, tetapi paling berani dan paling komersial. Little Pono datang ke Bengkulu, 19 Juli 1986, bertarung kejuaraan OPBF kelas terbang mini melawan juara asal Thailand, Samuth Sithnaruepol.
Seandainya Little Pono bisa bertahan 12 ronde, maka bisa dipastikan ia akan keluar sebagai juara OPBF yang baru.
Itu adalah kesepakatan yang sudah diatur di sebuah hotel di Bengkulu, empat jam sebelum pertandingan dibuka. Tetapi, Little Pono harus menerima kekalahan pahit tumbang KO ronde 12 pada detik-detik terakhir yang sangat menyedihkan.
NICO THOMAS JUARA DUNIA
Setelah Little Pono datang Nico Thomas (Tonsco Jakarta) sebagai harapan baru di kelas terbang mini.
Bersama manajernya Tinton Soeprapto dan di Istora Senayan Jakarta, 23 Maret 1989, Nico Thomas bertarung luar biasa sepanjang 12 ronde menyemangati sekitar 7.500 penonton melawan juara dunia IBF kelas terbang mini asal Thailand, southpaw Samuth Sithnaruepol. Tidak ada yang meragukan Nico Thomas, yang juga southpaw, tetapi keputusannya adalah draw.
Tanpa pemenang dan itu menjadi keputusan paling kontroversial dalam sejarah kejuaraan dunia di Tanah Air. Sampai sekarang.
Tiga bulan kemudian di tempat yang sama, 17 Juni 1989, Nico Thomas menjadi juara dunia kelas terbang mini setelah menang angka melalui pertarungan ulang antiklimaks dan berlangsung biasa-bisa saja melawan Samuth Sithnaruepol.
Tiga bulan kemudian di Gedung Basket, Taman Hiburan Rakyat (THR) Lokasari, Jalan Mangga Besar, Jakarta, Nico Thomas kehilangan gelar menyusul kekalahan KO ronde 4 atas petinju Filipina, southpaw Eric Chavez.
Jusuf Hamka maju sebagai promotor untuk menyelamatkan pertandingan. Tetapi, tidak menyelamatkan gelar dunia Nico Thomas.
Dari Nico Thomas turun ke era Husni Ray. Pria asli Betawi ini menjadi raja kelas terbang mini Indonesia, namun gagal merebut gelar juara dunia WBO strawweight atau kelas terbang mini di Istora Senayan Jakarta, 31 Agustus 1990. Juara dunia Rafael Torres (Republik Dominika) mengalahkan Husni Ray melalui pertarungan 12 ronde, yang dipromotori oleh Tourino Tidar.
Sementara, dua petinju Indonesia –Abdi Pohan (Javanoea Malang) dan Said Iskandar (ARH Jakarta)—gagal merebut sabuk juara dunia IBF kelas terbang mini di. Pada tahun 1991 di Bangkok, Abdi Pohan kalah 12 ronde melawan juara Fahlan Lukmingkwan. Pada tahun1992 di Bangkok, Said Iskandar TKO ronde 4 melawan juara Fahlan Lukmingkwan.
MOHAMAD RACHMAN JUARA DUNIA
Melalui A Seng Promotion, Mohamad Rachman (Akas Probolinggo) merebut gelar IBF kelas terbang mini, setelah menang angka 12 ronde melawan juara Daniel Reyes (Kolombia), live Sabuk Emas RCTI dari Britama, Kelapa Gading, Jakarta Utara, 14 September 2004.
Gelar juara dunia Rachman sempat mendorong kemajuan yang signifikan bisnis tinju pro Tanah Air. Rachman juga berhasil mempertahankan gelarnya ketika mengalahkan Omar Soto (Meksiko) dan Benjie Sorolla (Filipina). Rachman kehilangan gelar ketika bertanding melawan Florante Condes (Filipina), live RCTI, Jakarta, 7 Juli 2007.
Rachman adalah contoh petinju kelas terbang mini Indonesia paling berhasil. Ia mencetak prestasi besar ketika tidak disangka-sangka merebut gelar WBA kelas minimum atau kelas terbang mini di Bangkok, 19 April 2011, menang KO ronde 9 atas Ekkawit Songnui.
Tak lama gelar WBA Rachman hilang. Dia mencoba bangkit, namun kalah angka melawan Thammanoon Niyomtrong untuk kejuaraan dunia WBA interim kelas terbang mini di Chonburi, Thailand, 5 Maret 2015.
Faisol Akbar (Lumajang) Dominggus Siwalette (Maluku), Gim Suryaman (Malang), adalah petinju kelas terbang mini yang potensial. Ketiganya juara Indonesia.
Faisol pernah mengalahkan Mohamad Rachman dalam kejuaraan Indonesia. Sementara Dominggus pernah merebut gelar IBF Intercontinental di Thailand. Hebat sekali.
PETINJU KELAS TERBANG MINI INDONESIA ANTARA LAIN:
JAWA TIMUR: Gim Suryaman (Surya Malang), Hudi (Alamanda Malang), Faisol Akbar (Akras Probolinggo), John Arief (Rajawali Surabaya), John Ireng (Rajawali Surabaya), Julius Leojan (Airlangga Kediri), Kid Manguni (Kawanoea Malang), Little Pono (Arema Malang), Mohamad Rachman (Akas Probolinggo), dan masih banyak yang lainnya. JAKARTA: Abrin Matta (Bina Taruna), Agus Ray (Gembronk Marasal Hutabarat), Boy Tanto (Anden Mukaly Cirebon), Bristol Simangunsong dan Bento Sitompul (Garuda Jaya), Dominggus Siwalette (Merah Putih), Husni Ray (ASMI), Mohamad Sodiq (Borokanda), Nana Suhana (Amar Sports), Nico Thomas (Tonsco Jakarta), Oscar Raknafa (Sasando Tangerang), Pian Rumpeniak (Arseto), Rino Ukru (Pesona), Said Iskandar (ARH), dan masih banyak lagi,
Finon Manullang, menulis dari Desa Tridaya Tamsel, Jawa Barat, [email protected]