Rondeaktual.com – Seorang senior (umurnya 5 tahun lebih tua dari saya) pernah bilang begini:
1. Kapan Munas Pertina?
2. Bagaimana calon ketua umum Pertina? Sudah ada belum?
Tidak ada pertanyaan yang saya jawab. Saya sengaja memilih pura-pura tidak mengerti. Pura-pura bego.
Kalau saya jawab pasti salah. Sebab hasil Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) Persatuan Tinju Amatir Indonesia (Pertina) di Puncak Pass, Bogor, Jawa Barat, 19 Desember 2019, telah merekomendasikan Musyawarah Nasional (Munas) ke-20 Pertina di Jakarta 2 dan 3 Mei 2020.
Lupakan itu. Ketua Umum PP Pertina, Johni Asadoma menginginkan Munas dilaksanakan paling lambat 8 Agustus 2020.
Masa kepengurusan PP Pertina 2016-2020 akan berakhir 8 September 2020. PP Pertina dilantik oleh Ketua Umum KONI Pusat, Mayjen TNI (Purn) Tono Suratman di Gedung Serbaguna, Senayan, Jakarta, 8 September 2016.
Sementara, Munas ke-19 Pertina berlangsung di Hotel Grand Mercuri, Jakarta, 24 April 2016, yang mengantar Johni Asadoma terpilih aklamasi sebagai ketua umum masa bhakti 2016-2020.
Pemilihan nyaris ricuh. Kubu yang kalah melakukan perlawanan kemudian membawanya ke Badan Arbitrase Olahraga Indonesia (BAORI). Sempat beberapa kali menjalani siding.
Setelah beberapa bulan nyangkut di BAORI, akhirnya personalia PP Pertina dilantik pada 8 September 2016, atau 11 hari menjelang pertandingan tinju PON XIX di GOR Pelabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat.
Suatu malam, melalui rapat pleno yang sepi peserta di Senayan, Jakarta, Ketua Umum PP Pertina, Johni Asadoma memutuskan Munas ke-20 Pertina di Banten (tentatif) 2 Agustus 2020.
Bila Banten tidak bersedia, maka Munas akan diseberangkan ke Labuanbajo, Nusa Tenggara Timur. Dengan catatan, biaya perjalanan Jakarta-Labuanbajo-Jakarta menjadi tanggung jawab PP Pertina. Peserta Munas yang terdiri dari Ketua dan Sekretaris Pengprov, hanya menanggung biaya perjalanan ke Jakarta.
Itu skenarionya. Artina Munas ke-20 Pertina akan berlangsung 2 Agustus 2020 di Labuanbajo. Tujuannya untuk memilih ketua umum PP Pertina 2020-2024, sambil jalan-jalan melihat kehindahan Labuanbajo. Keren juga.
Tetapi, dunia mengalami rasa takut yang luar biasa akibat serangan Virus Corona atau Covid-19, yang tidak kunjung hilang.
Pandemic coronavirus telah menghentikan pertandingan tinju di seluruh dunia. Jadwal olahraga paling favorit seperti sepakbola, konser musik, dan panggung pilkada dihentikan.
Tanggal 24 Maret 2020, PP Pertina mengeluarkan surat yang isinya penghentian sementara kegiatan olahraga yang bersifat mengumpulkan orang banyak. Tidak boleh ada try out, try in, training camp, termasuk Munas.
Lupakan Munas 2 Agustus 2020 Labuanbajo. Selama situasi Covid-19 belum kondusif, jangan dulu menghayal Munas Labuanbajo.
Wabah ini akan hilang jika vaksin telah ditemukan. Penyebaran Covid-19 belum mereda. Masih panjang. Masih berlaku Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Masa bekerja dari rumah (Work From Home) juga sudah diperpanjang.
Itu tentang Munas.
Tentang siapa calon ketua umum Pertina beda lagi.
Johni Asadoma—melalui Rapat Pleno yang dihadiri tak lebih dari 15 personil PP Pertina—mengatakan: “Silakan, kalau di antara teman-teman ada calon.
Ayo, kita ngobrol. Saya terbuka saja. Jangan diam-diam. Jangan main belakang.”
Kalimat “jangan main belakang” jelas menumbuk langsung dua orang pengurus yang malam itu juga hadir. Tetapi, boleh dipastikan orangnya bukan saya.
Saya bukan pemain. Saya hidupnya menulis untuk tinju, dan ini sebagai bentuk pengabdian saya selama bertahun-tahun untuk olahraga tinju.
Sampai sekarang belum ada calon ketua umum yang memperkenalkan diri. Bila tidak ada calon, maka hampir bisa dipastikan bahwa Johni Asadoma untuk kedua kalinya akan memimpin Pertina.
Johni Asadoma—masih melalui rapat pleno—pernah menyatakan banyak yang mendukungnya.
Mari kita data, siapa saja pendukung Johni Asadoma.
Sumatera (10 Pengprov, 10 suara) sudah pasti punya pilihan lain. Kalimantan (5 Pengprov 5 suara) sudah sempat menggalang tanda tangan untuk bersatu mencari nama baru.
Namun, sedikit dari Sumatera dan sedikit dari Kalimantan, masih mungkin untuk Johni Asadoma. Tidak 100% lepas.
Papua, Papua Barat, Maluku, dan Maluku Utara, masih bisa 25% untuk Johni Asadoma.
Nusa Tenggara Timur, 100% Johni Asadoma. Sementara, Nusa Tenggara Barat, Bali, Jawa (6 Pengprov 6 suara), bisa 75% untuk Johni Asadoma.
Sulawesi (6 Pengprov 6 suara) mungkin fitty-fitty, atau 4 ke sana, 2 ke sini.
Situasi masih sangat mudah berubah. Tim Sukses belum masuk mengobrak-abrik calon pemilih. Tergantung “wani piro”.
Lantas, siapa sih calon ketua umum mendatang? Sampai sekarang belum terlihat, kecuali Johni Asadoma.
Menjelang final Pra PON Wilayah Tengah dan Wilayah Timur jilid 2 di Laga Satria, Kabupaten Bogor, 21 Desember 2019, seorang wasit “berpangkat” bintang AIBA berbisik bahwa seorang jenderal bintang dua purnawirawan siap maju.
Saya jawab itu bagus. Kebetulan saya pernah mempromotori tinju di atas kapal tongkang Siring Sungai Martapura. Tinju di atas kapal tongkang yang sangat bersejarah adalah karya sang jenderal.
Dua tahun yang lalu, seorang promotor rambut gondrong diikat ke belakang yang berturut-turut datang ke arena tinju Asian Games XVIII/2018, Kemayoran, Jakarta, menyatakan siap maju sebagai ketua umum Pertina.
Banyak yang ingin maju. Dua hari yang lalu, dua teman saya menyebut bahwa seorang tokoh politik kaya raya sudah dilobi agar mau menjadi Pertina-1, dengan syarat harus aklamasi. Konon yang lobi seorang menteri.
Itu luar biasa. Dulu ada Setya Novanto dari Senayan. Sekarang ada calon dari tempat yang sama.
Kuncinya sederhana; punya uang dan punya waktu untuk mengurus tinju.
Selain itu dia harus kuat kepala. Jangan sedikit-sedikit migrain. Banyak masalah, terutama jelang pemilihan. “Wani piro” harus klir sebelum melangkah menuju pemilihan.
Mau bilang pemilihan bersih, omong kosong.
Finon Manullang, menulis dari Desatridayasakti, Jawa Barat.