Rondeaktual.com, Coretan Finon Manullang – Sepanjang tahun 2024, tinju amatir Indonesia terkesan tidak menonjol. Tidak ada medali emas, karena tidak mengirim petinju ke luar negeri. Generasi Wiem Gommies dan kawan-kawan belum lahir. Entah kapan.
Penggemar tinju amatir sudah lama tidak mendengar petinju Indonesia mengumandangkan lagu “Indonesia Raya” di Kejuaraan Asia maupun Asian Games. Sudah bertahun-tahun petinju Indonesia tidak pernah lagi merebut medali emas dari Kejuaraan Asia maupun Asian Games.
Dalam sejarah tinju amatir, Indonesia menempatkan enam petinjunya sebagai juara Asia. Tiga medali emas direbut di Bangkok, satu medali emas direbut di Bombay, dan dua medali emas direbut di Jakarta. Dari Asian Games ada tiga medali emas kelas menengah. Kita berharap dalam waktu dekat masa emas itu bisa datang sekali lagi.
Medali emas pertama dipersembahkan Wiem Gommies dari Asian Games Bangkok 1970. Medali emas terakhir dari Hendrik Simangunsong Kejuaraan Asia di Bangkok 1992.
Sampai sekarang dan sudah 32 tahun tahun sejak emas Hendrik Simangunsong, petinju Indonesia belum ada yang merebut medali emas Asia.
Petinju Indonesia yang Meraih Medali Emas
Wiem Gommies (Maluku), emas kelas menengah Asian Games Bangkok 1970, emas kelas menengah Asia Teheran 1971, emas kelas menengah Asian Games Bangkok 1978.
Frans van Bronckhorst (DKI Jakarta), emas kelas welter Asia Bangkok 1973.
Syamsul Anwar Harahap (DKI Jakarta), emas kelas welter ringan Asia Jakarta 1977.
Benny Maniani (Papua), emas kelas berat ringan Asia Jakarta 1977.
Ferry Moniaga (DKI Jakarta), emas kelas bantam Asia Bombay 1980.
Pino Bahari (Bali), emas kelas menengah Asian Games Beijing 1990.
Hendrik Simangunsong (Sumatera Utara), emas kelas menengah ringan Asia Bangkok 1992.
Untuk Olimpiade, memang terlalu jauh. Sampai sekarang, medali perunggu saja belum terkejar.
Orang bilang, karena negara pecahan Uni Soviet gabung Asia. Sehingga petinju Indonesia sulit berkembang. Boleh jadi demikian.
Uzbekistan memang bukan main, sangat dominan perolehan medali emas di Kejuaraan Asia, Asian Games, Kejuaraan Dunia, dan Olimpiade, disusul Kazakhstan, Ukraina, Kirgizstan.
Sampai Olimpiade Paris 2024, Uzbekistan masih mampu mengantar Hasanboy Dusmatov merebut medali emas kelas terbang dan yang paling spektakuler adalah Bakhodir Jalolov, yang lagi-lagi mengamankan medali emas kelas berat super.
Pembinaan tinju di Filipina, Thailand, Vietnam, mungkin beda. Mereka bisa membuka pelatnas sekaligus mengirim petinju. Bisa merebut medali, menandakan tinju di sana jauh lebih sehat, lebih menyenangkan, dan lebih diterima oleh masyarakat. Mereka support tinju secara total. Kita belum. Pelatnas harus tunggu tiga bulan sebelum event baru buka.
Di sini, tinju amatir menyisahkan masa lalu yang tidak terlupakan. Penggemar pasti tidak lupa, ada enam petinju Indonesia yang pernah merebut medali emas Asian Games dan Asia. Wiem Gommies (Maluku) memulainya dan yang terakhir Hendrik Simangunsong (Sumatera Utara).
Sepanjang tahun 2024, tinju amatir Tanah Air agak terangkat lantaran ada pertandingan tinju PON XXI di Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara, yang berlangsung 10 hingga 19 September.
PON didominasi petinju lama. Banyak di antara mereka bertanding di luar kelas, karena jarang pertandingan, membuat overweight dan harus naik kelas.
Reka Kasibulan, pemegang medali emas kelas ringan PON XXI/2024. (Sumber foto Ronde Aktual)
Juara PON Aceh-Sumatera Utara masih milik petinju lama seperti; Merlin Tomatala (Papua Barat, kelas 48), Beatrix Suguro (Kalimantan Selatan, kelas 52), Novita Sinadia (DKI Jakarta, kelas 54), Huswatun Hasanah (Nusa Tenggara Barat, kelas 63), Christina Jembay (Papua Barat, kelas 66), Welmi Pariama (Maluku, kelas 70). Juara baru atau usia terbilang muda; Israellah Saweho (Sulawesi Utara, kelas 50), Ratna Sari Devi (DKI Jakarta, kelas 57), Reka Kasibulan (Jawa Barat, kelas 60),
Medali emas putra juga banyak wajah lama antara lain; Farrand Papendang (Sulawesi Utara, 63,5), Matius Mandiangan (DKI Jakarta, 67), Sarohatua Lumbantobing (Sumatera Utara, 71), Vinky Montolalu (Sulawesi Utara, 75), Brama Betaubun (Jawa Barat, 80). Juara baru atau juara berusia muda; Dio Koebanu (Nusa Tenggara Timur, 48), Ingatan Ilahi (Riau, 51), Yosua Masihor (Sulawesi Selatan, 54), Asriudin Tapalaola (DKI Jakarta, 57), Walmer Pasiale (Jawa Barat, 60), Maikhel Muskita (Jawa Barat, 86). (Finon Manullang)