Rondeaktual.com – Penulis tiga kali gagal menjumpai salah satu tokoh Persatuan Tinju Amatir Indonesia (Pertina), Drs. Ismet Tagor Harahap. Salah satu penyebabnya, karena pada September 2024, penulis harus pergi ke tanah kelahiran sendiri, Kota Pematangsiantar, untuk melengkapi rekor enam kali meliput pertandingan PON cabor tinju.
Akhirnya, penulis bertemu Ismet Tagor Harahap di kediaman Pondok Labu, Jakarta Selatan, Kamis malam, 2 Januari 2025.
Bisa tiba di sana lantaran ditemani oleh seorang mantan petinju baik hati, Nyoto Arizona. Mantan petinju asal Jember itu ikut duduk menikmati kue yang disediakan tuan rumah dan segelas teh manis panas.
Ismet Tagor Harahap adalah mantan Ketua Harian PB Pertina dan mantan Ketua Pertina DKI Jakarta. Pernah mendirikan sasana tinju bernama Poor Boys Boxing Camp, yang petinjunya antara lain Herry Tiger (sekarang kembali ke Malang) dan mendiang kelas menengah Valence Hurulean.
Ismet Tagor Harahap sudah tahu rencana kedatangan penulis, karena sudah disampaikan Nyoto Arizona melalui pesan singkat WhatsApp.
Drs. Ismet Tagor Harahap, 84 tahun, Pondok Labu, Jakarta , Kamis malam, 2 Januari 2025.
Finon Manullang bersama Ismet Tagor Harahap.
Kamis malam, Ismet Tagor Harahap datang dari kamar dan langsung menuju teras dekat kolam ikan. Berikut percakapan dengan Ismet Tagor Harahap, 84 tahun.
“Malam, Pak Tagor.” Kami salaman, setelah hampir 15 tahun tidak pernah jumpa.
“Malam.” Ismet Tagor Harahap meletakkan bungkus rokok di atas meja. Rambut beliau sudah putih, termasuk kumis yang selalu dibiarkan panjang. Dari dulu begitu.
“Bapak masih merokok.”
“Alhamdulillah, tidak ada gangguan. Jantung bagus. Semua bagus. Hanya ini sedikit rematik (sambil memijat-mijat kaki). Biasalah, sudah umur. Mata masih bagus. Kalau baca tidak pakai kacamata. Masih kelihatan huruf kecil.”
Ingin tarik sebatang rokok, tapi batal. Penulis setengah takut, karena sedang batuk. Sedangkan Nyoto Arizo memang tidak merokok.
“Bapak selalu di rumah.”
“Tidak ke mana-mana. Pagi sudah bangun dan lanjut lagi tidur. Jam sembilan olahraga. Jalan kaki keliling gang. Jalannya bagus, rata, bersih, hijau dan sehat. Bisa dua kilometer. Tidak setiap hari, tapi seringlah. Saya suka olahraga pagi. Kalau sudah pukul sepuluh, pas matahari mulai tinggi, di kolam renang. Setiap hari. Kaki agak diangkat. Tumit ditekan-tekan.”
Kami tidak bicara tentang tinju tanpa pelatnas, tetapi bicara tentang beberapa nama-nama terkenal di era emas tinju amatir tahun 80-an. Ismet Tagor Harahrap senang mendengar Hengky Silatang sekarang Ketua Pertina DKI dua periode.
“Ferry (Moniaga) di mana sekarang?”
“Sudah lama pindah domisili dari Bekasi. Sekarang di Tatelu, Dimembe, Minahasa Utara. Beliau ada rumah di sana, Pak.”
“Richard Engkeng juga di sana. Saya pernah ke sasananya (Desa Watutumou, Kalawat, Minahasa Utara, Sulawesi Utara). Besar sekali. Petinjunya banyak. Membina anak-anak desa. Ada ring tinju. Kamar-kamar untuk atlet. Sangat lengkap. Membina tinju setelah tidak naik ring itu bagus. Pangabdian. Dulu Richard itu Marinir, badan tinggi besar. Hanya saja belakangan sudah berhenti bina tinju.”
“Teman-teman tinju siapa saja yang pernah jumpa dengan Bapak?”
“Jarang. Syamsul (Anwar Harahap) di mana sekarang?”
“Di Sumatera Utara. Pas PON kemarin, katanya mau datang melihat final, sudah janjian sama raja kelas berat Papa Barat, Lodewijk Akwan. Tidak jadi melihat final. Mungkin beliau pas sibuk.”
“Kalau ada nomornya, kasih aku.”
Selama pertemuan di teras rumah tak sampai satu jam, Ismet Tagor Harahap setidaknya lima kali menyebut dirinya sebagai “aku”. Sangat bersahabat.
“Petinju yang hebat itu, ya satu-satunya Johny Asadoma,” Ismet Tagor Harahap meneruskan percakapan kami. Ingatan beliau masih kuat. “Menjadi jenderal dua bintang. Menjadi Kapolda NTT. Sekarang terpilih Wakil Gubernur NTT. Hebat sekali. Di masa Johnny tinju dulu, di situlah saya jadi pengurus Pertina.”
“Bapak mengikutinya?”
“Ikutilah. Petinju jadi jenderal, jadi Kapolda, jadi Wakil Gubernur. Ronde Aktual juga saya ikut terus. Senang rasanya, karena sering memberitakan tinju masa dulu. Itu bagus untuk lepas rindu.”
Angin malam mulai berhembus kencang dan kami permisi pulang. Di tengah jalan, penulis baru sadar bahwa pertemuan tadi tidak dibuka dengan ucapan “Selamat Tahun Baru”. (Finon Manullang)
#Sehatsllu u/ Pak Tagor Harahap mantan Ketua Pertina DKI Jakarta era kite kite