Rondeaktual.com – Oleh Finon Manullang
Kornelis Kwangu Langu, 31 tahun, siap bertarung habis-habisan untuk mengejar medali emas SEA Games XXXI/2022 Hanoi dan medali emas PON XXI/2024 Aceh-Sumut. Setelah itu menggantungkan sarung tinju.
Di pemusatan latihan nasional (pelatnas cabor tinju yang sekarang dipusatkan di HS Boxing Camp Ciseeng), Kornelis Kwangu Lagu dipandang sebagai seorang kakak. Chornes Langu, panggilan akrabnya, senior di sana.
Mengapa Chornes dipandang sebagai kakak?
“Mungin karena saya yang tertua sekarang. Saya lahir di Kawangu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, pada tanggal 3 Agustus 1990. Saya sudah berumur 31 tahun. Saya yang tertua. Ini merupakan SEA Games terakhir bagi saya. Target medali dan kalau bisa pulang dengan medali emas, biar puas.
Dengan persiapan hanya tiga bulan, saya tetap optimistis dapat mengejar medali emas. Saya ingin menutup SEA Games dengan medali emas.
Setelah SEA Games, saya harus mengejar pertandingan PON (XXI/2024) Aceh-Sumut. Saya rasa itu realistis. Saya merasa masih mampu. Setelah PON Aceh-Sumut, saya harus mengundurkan diri.
Sebagai kakak di Pelatnas sekarang, saya harus bisa menunjukkan siapa diri saya. Artinya, saya harus berbuat yang baik-baik saja. Memberikan contoh dan menjaga disiplin. Saya sekarang senior, kalian juga akan menjadi senior.
Sebagai kakak, saya tidak mau ceroboh. Saya harus menjaga sekaligus mempertahankan semua hubungan baik. Taat kepada pelatih sangat penting dan itu akan menjadi contoh bagi petinju lain.
Kalau ada masalah, sedapat mungkin saya harus memberikan solusi. Soal pacar misalnya, saya harus menggiring yang muda supaya jangan sampai jatuh kemudian frustasi.
Mereka juga sering tukar pikiran, bagaimana menghadapi lawan di atas ring dan saya kira pengalaman masa lalu sangat penting. Mereka juga bertanya, bagaimana dengan masa depan, pekerjaan dan orangtua.
Kalau saya, saya selalu memperhatikan orangtua. Ketika meraih medali perak SEA Games Myanmar tahun 2013 dan mendapat total bonus seratus juta, saya membangun rumah di kampung, untuk orangtua.
Setiap bulan saya harus memperhatikan ortangtua. Kalau saya mendapat bonus, saya juga memberikan bonus kepada orangtua. Kalau saya tidak dapat bonus, orangtua juga tidak menerima bonus.
Itu saya jaga dan saya pertahankan. Ini bagus, kalau setiap petinju mau mengikutinya. Membantu orangtua rasanya terhormat.
Di dalam coretan saya, Chornes sudah 10 tahun hidup di pelatnas. Tidakkah Anda merasa bosan?
“Sampai sekarang saya belum pernah merasa bosan. Ini merupakan SEA Games kelima secara berturut-turut. Kehormatan. Terima kasih, Pertina (Persatuan Tinju Amatir Indonesia) memberikan kepercayaan yang besar kepada saya untuk mewakili negara.
Saya dipercaya dan saya terima. Kepercayaan itu membuat saya tidak pernah bosan. Tinju adalah pekerjaan. Saya hidup dari tinju. Uang saya ya uang dari tinju. Bagaimana mungkin saya bosan.
Kalau saya kalah bukan berarti bosan. Saya dan setiap orang, pasti ingin menang sampai pertandingan final. Kalau saya memenangkan medali emas, pasti ada bonus.
Saya selalu berlatih keras, supaya yang lain juga semangat. Saya pertama kali ikut SEA Games Myanmar 2013 (meraih medali perak dan bonus Rp 100 juta), kemudian SEA Games Singapura 2015 (meraih medali emas dan bonus terkumpul Rp 400 juta), SEA Games Kuala Lumpur 2017 (gagal merebut medali), SEA Games Filipina 2019 (medali perak dan terkumpul bonus Rp 350 juta).
Banyak sekali uang yang telah Anda kumpulkan.
Ya, itu semua dari tinju dan berkat tihan keras. Tidak ada kemenangan yang mudah. Semua datang dari latihan keras.
Ketika merebut medali perak SEA Games Myanmar tahun 2013 dengan bonus semuanya 100 juta, uangnya saya pakai untuk bangun rumah orangtua di kampung, di Kawangu, Sumba Timur.
Ketika merebut medali emas SEA Games Singapura tahun 2015, saya menerima bonus sampai 400 juta. Uangnya sudah saya belikan rumah di Bali.
Emas SEA Games Singapura juga mengantar saya sebagai PNS di Kemenpora. Saya langsung diangkat.
Bonus emas PON Papua belum terima. Nanti uangnya akan saya pakai untuk beli tanah di Bali. Itu saya siapkan untuk investasi anak.
Banyak pendapat yang mengatakan, petinju Filipina dan Thailand sulit dihentikan. Bagaimana pendapat Anda?
Bagi mereka mungkin akan susah. Bagi saya, saya kan sudah mengalami itu. Sudah sering melawan mereka. Saya sangat yakin tahun ini dapat medali emas. Apalagi saya telah memutuskan ini adalah SEA Games terakhir. Saya ingin menutupnya dengan medali emas. Mohon doa dan dukungan dari seluruh masyarakat Indonesia agar apa yang saya cita-citakan tercapai.
Chornes adalah peraih medali emas kelas 49 kilogram PON Papua tahun 2021. Untuk menghadapi SEA Games Hanoi 2022, Anda didorong ke kelas 52 kilogram. Itu kelas terbang.
“Saya siap bertanding di kelas terbang. Bagi saya, dari 49 ke 52 bukan sesuatu yang baru. Dikondisikan ke 52 tidak ada masalah. Tidak butuh adaptasi lagi. Sebab di pertandingan sebelumnya seperti STE dan Ukraina, saya bermain di kelas 52. Di Ukraina saya medali perak. Di Cina, saya bertanding jauh sampai ke kelas 56 kilo dan pulang membawa medali emas. Itu tahun 2019.
Chornes seorang petinju yang tidak terkalahkan oleh petinju Indonesia?
“Tidak juga. Saya pernah kalah melawan Rahmat Taubat (Sumatera Barat, di Piala Wapres pertama), kalah melawan Irfan Tentonda (DKI Jakarta, babak penyisihan PON XVIII/2012 Riau), kalah melawan Musa Cahyadi (Jawa Tengah di STE Makassar), kalah melawan Ingatan Ilahi (Riau, dalam final STE 2015 Medan).
Semua kekalahan itu sudah saya balas. Saya juga kalah melawan Ferdinand Kase (Jawa Barat, dalam final kelas 49 kilogram PON XIX/2016 Jawa Barat).
PON Papua saya merebut medali emas (dalam final kelas terbang ringan mengalahkan Mario Kali dari Nusa Tenggara Timur). Sabar, bonus belum cair.
Kekalahan saya melawan Ingatan Ilahi adalah kekalahan berdarah STE Medan. Saya menang di semifinal melawan petinju DKI Jakarta, tetapi kepala saya pecah dan mendapat delapan jahitan. Di final, saya tetap disuruh menghadapi Ingatan dan saya kalah angka. Ingatan terpilih sebagai petinju terbaik, karena dianggap telah mengalahkan petinju pelatnas. Saya mengalahkan Ingatan di Kejurnas Lampung tahun 2018.
Sebagai petinju pelatnas, Anda menerima uang berapa, kalau boleh tahu.
Pelatnas baru jalan. Belum terima gaji. Sebelumnya pernah menerima gaji lima juta terus naik dan pernah terima Rp 12 juta. Itu gaji tertinggi. *
TENTANG KORNELIS
Nama: Kornelis Kwangu Langu.
Nama panggilan: Chornes Langu.
Lahir: Kawangu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, 3 Agustus 1990.
Usia: 31 tahun.
Status keluarga: Menikah, tahun 2017.
Nama istri: Friskanty Ompusunggu.
Nama anak: Gailbart Golovkin Langu dan Jorge Jericho Muara Langu. (finon manullang)