Rondeaktual.com
Promotor Tourino Tidar dari TT Promotion Tanah Abang Jakarta, pernah mengantar Dominggus Siwalette (sekarang 53 tahun) bertanding di Bangkok, Thailand, untuk perebutan gelar IBF Intercontinental. Dominggus, seorang fighter sejati, pulang membawa sabuk juara, setelah membantai petinju tuan rumah Thailand sampai KO pada ronde kesembilan.
Impresif dan itu merupakan prestasi luar biasa. Jarang petinju Indonesia bisa menang KO di Thailand. Sampai yang pernah menang KO di sana antara lain; Monod (non gelar), Ellyas Pical (non gelar), Dominggus Siwalette (gelar IBF Inrtercontinental), Hendrik Barongsay (gelar WBC Intercontinental), dan Mohamad Rachman (gelar dunia IBF).
Dominggus Siwalette tercatat sebagai petinju kelas terbang mini, 47.627 kilogram, paling berbahaya. Ini terjadi ketika era promotor A Seng Herry Sugiarto mulai naik daun di Surabaya, awal dekade 90-an. Setiap petinju Indonesia yang dihadapinya, selalu tumbang tidak lebih dari lima ronde. Banyak yang menghindar, atau bahkan dalam istilah permainan tinju dikenal sebagai “kalah sebelum bertanding”.
Seorang wartawan dari Majalah Tinju Indonesia edisi Surabaya, menjuluki Dominggus Siwalette sebagai Raja KO kelas terbang mini paling berbahaya.
“Semua itu sudah selesai,” tangkis Dominggus Siwalette, yang memilih hidup di Surabaya, bersama istri dan tiga anak. “Semua tinggal kenangan. Tinju sudah selesai. Saya sekarang fokus kerja di Surabaya dan membesarkan anak-anak.”
Dominggus Siwalette harus menerima kenyataan bahwa tangan mautnya tidak pernah menghasilkan gelar juara dunia yang sesungguhnya. Dominggus Siwalette mentok di gelar IBF Intercontinental. Ia gagal menjadi juara dunia IBF kelas terbang mini, setelah wasit Abraham Pacheco (Amerika Serikat) menghentikan pertandingannya melawan petinju Thailand, Anucha Phothong, pada ronde keempat di Hua Mark Indoor Stadium, Bangkok, Thailand, Minggu, 26 September 1993.
Pertandingan kejuaraan dunia IBF itu ditangani oleh promotor terkenal Kolonel Bunju Ongsangkoon, yang menampilkan partai tambahan non gelar petinju Thailand, Kam Motma Songkram Porpaoin yang memukul KO petinju Indonesia dari Gembrox Boxing camp Jakarta, Agus Ray, pada ronde ketiga.
Pada era itu, nama Kolonel Bunju Ongsangkoon sangat terkenal. Rendah hati dan dihormati. Kolonel Bunju menjadi salah satu promotor paling setia mendatangkan petinju Indonesia untuk bertanding di Thailand. Perwira menengah itu pernah datang ke Indonesia mendampingi petinju Thailand.
Kembali ke Dominggus Siwalette. Di awal karirnya, ia kurang mendapat promosi yang bagus sehingga popularitasnya rendah. Jarang diberitakan. Tetapi, sebelum bertanding di Thailand untuk perebutan gelar IBF Intercontinental, Dominggus Siwalette sempat ditulis oleh wartawan koran Pos Kota dan koran Jawa Pos.
Setelah berhasil menjadi juara IBF Intercontinental di Thailand, Dominggus Siwalette bergabung ke sasana tinju terkenal Pirih Surabaya.
Di Surabaya, Dominggus Siwalette bertanding di bawah berada A Seng Promotion, dan mulai sering dilirik wartawan.
Seorang wartawan harian pagi di Surabaya, pertama kali menurunkan berita tentang rencana pertandingan Dominggus Siwalete. Setelah itu, nama Dominggus Siwalette menjadi langganan masuk koran untuk semua harian yang ada di Jawa Timur ketika itu, seperti Jawa Pos, Surabaya Post, Memorandum, dan Suara Indonesia.
KENANGAN PAHIT
Pertandingan menarik perhatian penggemar tinju dan salah seorang penontonnya adalah Hendropriyono, terjadi di tempat yang sangat ikonik Gedung Go Skate Surabaya, Rabu malam, 2 Mei 1995.
Malam itu, A Seng dari Jalan Gedung Nasional Surabaya, promotor yang sedang melambung, menggelar pertandingan besar; mendatangkan petinju Rusia, Filipina, dan Thailand.
Sayangnya Dominggus Siwalette yang favorit kuat untuk memenangkan pertandingan internasional, tampil di luar permainan terbaiknya dan tumbang pada ronde keempat di tangan petinju Filipina, Roger Espanola. Ini adalah kejuaraan IBF Intercontinental kelas minimum yang direncanakan 12 ronde. Tumbang, Dominggus Siwalette kehilangan gelar.
Bukan Dominggus Siwalette saja yang tersingkir. Petinju Indonesia, juara IBF Intercontinental kelas bantam yunior Ricky Matulessy (Pirih Surabaya) kalah angka dua belas ronde melawan petinju Thailand, Chaiya Pothang.
Southpaw Junai Ramayana (Sawunggaling Surabaya), yang menguasai seluruh pertandingan selama 10 ronde kelas bantam, entah mengapa diumumkan kalah melawan petinju Rusia, Alexander Yagupov.
Penonton marah. Sebagian pemegang tiket murah kelas tribun, melempari puntung rokok ke dalam ring. Mereka menuding wasit/hakim yang berjumlah empat orang semua dari Indonesia, sengaja menebang Junai Ramayana. Hakim tinjunya dianggap tidak punya hati.
Pada malam yang terkesan angker itu, dua petinju Indonesia, southpaw Yani Malhendo (Pirih Surabaya) dan Abdi Pohan (Javanoea Malang) memenangkan pertandingan. Yani menang TKO ronde kelima atas Wanwin Charoen dan merebut gelar IBF Intercontinental kelas terbang ringan dua belas ronde. Abdi Pohan menang angka sepuluh ronde melawan petinju kelas terbang Rusia, Igor Gerasimov. Pohan seharusnya kalah tetapi disulap menjadi menang. Akhirnya Junai Ramayana menjadi tumbal kalah di tangan para hakim.
Partai tambahan sesama petinju Indonesia, Andrian Kaspari (Pirih Surabaya) memukul KO ronde tujuh petinju Jakarta, Albert Resiley.
LAHIR 9 DESEMBER 1969
Dominggus Siwalette lahir di Ambon, Maluku, tanggal 9 Desember 1969. Sekarang berusia 54 tahun.
Setelah pensiun dari tinju, penulis pernah dua kali jumpa Dominggus Siwalette, mantan raja kelas terbang mini Indonesia dan mantan juara IBF Intercontinental.
Pertemuan pertama, secara tidak disangka-sangka, terjadi di GOR Pelabuhan Ratu, tempat berlangsungnya pertandingan final tinju Pekan Olahraga Nasional (PON) ke-19, Selasa malam, 27 September 2016.
Kami sama-sama duduk di bangku tribun. Dominggus Siwalette duduk di depan dan penulis di belakang, berjarak sekitar tiga meter.
Di tengah bisingnya gemuruh penonton yang mengisi seluruh tempat duduk di bawah dan di atas, kami masih sempat bicara. Daminggus Siwalette menjelaskan, tinggal di Sukabumi dan tercatat sebagai pelatih tinju amatir.
Dominggus Siwalette memang cukup lama di Sukabumi, selama 20 tahun. “Saya dua tahun melatih di Serambu Bandung. Setelah adik saya, Bones Siwalette, meninggal tahun 2003 di atas ring Kebon Jeruk Jakarta, saya kembali ke Sukabumi.”
“Di Sukabumi, saya melatih di sasana Kujang Mas, sasana tinju amatir. Saya bertemu dengan orang-orang yang memiliki bakat tinju cukup bagus. Semua dari nol dan juara di tangan saya. Setelah saya pergi dari Sukabumi, saya tidak tahu lagi bagaimana karir tinju mereka.”
Sukabumi, sejak dulu sampai sekarang, memang paling suka membina tinju amatir.
Tujuh tahun setelah pertemuan Sukabumi, kami bertemu lagi, tepatnya di halaman hotel di Surabaya, Senin pagi, 2 Oktober 2023. Dominggus Siwalette bersama tokoh tinju seperti Adrian Ingratubun (Sekjen KTPI Jakarta), Nouke Norimarna (promotor Surabaya), dan Nus Ririhena (wasit senior Jakarta).
Sepanjang karir tinjunya, Dominggus Siwalette dikenal sebagai seorang fighter sejati, yang pernah dilatih oleh Vicky van Room (Jakarta), Ferry Siwalette (ayahandanya), Mario Lumacad (pelatih asal Filipina di Surabaya). Ia datang ke Surabaya atas permintaan promotor A Seng, yang ketika itu sedang naik daun dan murah hati.
A Seng merekrut Dominggus Siwalette karena tipikal penyerang dengan pukulan mematikan. Killing punch yang ada di tangan Dominggus Siwalette sangat disukai penonton Jawa Timur.
Di tangan promotor A Seng, Dominggus Siwalette panen rupiah. Bayarannya mahal. Rata-rata di atas sepuluh juta sekali naik ring.
“Waktu pertahankan gelar (IBF Intercontinental) yang pertama melawan Thailand, saya dibayar 15 juta. Pertahankan gelar kedua melawan Filipina, saya dibayar 18 juta. Itu uang besar, ketika itu.”
“Setelah berhenti dari tinju, saya sempat di Sukabumi. Memberikan pelatihan kepada remaja Sukabumi. Sekarang sudah di Surabaya lagi. Istri tinggal di Surabaya,” Dominggus Siwalette menjelaskan. Hidupnya terbilang sukses, tetapi selalu mengaku tidak memiliki pekerjaan tetap.
TENTANG DOMINGGUS SIWALETTE
Nama: Dominggus Siwalette.
Nama ring: Dominggus Siwalette.
Tempat lahir: Ambon, Maluku.
Tanggal lahir: 9 Desember 1969.
Sekolah: SD-N 1 Rumahtiga Anbom, SMP-N 7 Rumahtiga Ambon, SMA Binakusuma Jakarta.
Nama istri: Siswati.
Nama anak: Natalia Siwalette, Laudia Siwalette, Leonora Siwalette,
Domisili: Surabaya.
Pekerjaan: Swasta,
Pernah berlatih tinju di: Sasana Arseto Jakarta, Merah Putih, Ora Esa, dan terakhir Pirih Surabaya. Dominggus tanpa jentang amatir, langsung terjun sebagai petinju profesional.
Pelatih: Ferry Siwalette, Vicky van Room, Mario Lumacad.
Prestasi: Juara Indonesia kelas terbang mini tahun 1992 dan juara IBF Intercontinental kelas terbang mini tahun 1993.
Petinju favorit: Julio Cesar Chavez (Meksiko). (Finon Manullang)