Rondeaktual.com – Penggemar tinju era Sabuk Emas RCTI bersama mendiang promotor A Seng dan era Gelar Tinju Profesional Indosiar bersama mendiang promotor Daniel Bahari, sangat mengenal siapa Marthy Polii.
Marthy Polii adalah fighter sejati, yang lebih cenderung memburu lawan dari sudut ke sudut. Tidak mengenal ruang kosong di dalam ring. Sepanjang ronde mengejar lawan. Memukuli lawan dan akhirnya ia sendiri harus dilarikan ke rumah sakit, menyusul patah rahang.
Itu tragedi. Tak terlupakan sampai sekarang. Pada masa lalu ketika Marthy Polii dikenal sebagai raja KO, bertanding melawan raja KO asal Filipina, Jun Arlos. Terjadi di atas ring Sabuk Emas RCTI.
“Lempar handuk. Saya menyerah ronde ketujuh, setelah ronde keenam merasa rahang sudah bergeser. Retak. Tidak mungkin diteruskan,” kata Marthy Polii, beberapa waktu yang lalu.
“Kalau saya ingat-ingat (melawan Jun Arlos) adalah pertarungan neraka. Promotor (A Seng) sengaja pertemukan saya dengan petinju Filipina, Jun Arlos. Mungkin promotor menduga partai saya dengan Jun Arlos bakal berlangsung habis-habis dan disukai penonton. Promotor bayar saya mahal (seingat Marthy sampai Rp 15 juta). Waktu Pak A Seng promotor, beliau terkenal paling berani menghargai petinju Indonesia. Beda dengan promotor lain. Saya pernah dibayar hanya delapan ratus ribu untuk delapan ronde (Marthy menyebut nama seseorang). Sayang Pak A Seng meningggal dan tinju Indonesia pelan-pelan habis. Saya juga berpikir, buat apa diteruskan. Pertandingan sudah hilang dari jadwal siaran langsung. Sejak saat itu saya memilih pensiun dari tinju.”
“Lepas dari tinju, saya cari kerja dan dapat. Saya dua minggu di laut dan dua minggu di darat. Tugas saya adalah sekuriti. Di tempat saya kerja, ada dua mantan petinju, saya dan Eddy Permasuge (mantan petinju Pirih Boxing Camp Surabaya).”
Rondeaktual.com tanpa disangka-sangka berjumpa dengan Marthy Polii di sekitar sasana JK Boxing di Swasembada, Tanjung Priok, Jakarta Utara, tempat dia dulu berlatih tinju.
Pria asal Manado, Sulawesi Utara ini, pernah menjadi raja kelas terbang mini Indonesia. Ia menyandang sabuk juara versi KTI, versi Ati, Versi KTPI. Juara sejati.
Marthy Polli memiliki bakat tinju yang sangat bagus, karena datang dari keluarga tinju.
“Saya main tinju karena keluarga semua tinju,” katanya. “Dimulai dari Opa Chris Polii, lalu turun ke Papa (Rolly Polii), dan terakhir turun ke kakak saya Angky (mendiang kidal raja KO kelas welter yunior Franky Polii). Opa dulu pendiri tinju di Manado. Dari awalnya Sasana Equil berubah menjadi Benteng Tikbar alias Tikala Baru. Saya latihan tinju amatir di Benteng Tikbar Manado. Saat masuk pro, saya latihan di JK Jakarta.”
Pada era emas tinju pro dan menjadi salah satu tayangan favorit di sejumlah televisi, Marthy Polii sangat setia di JK Boxing Camp Jakarta, bersama manajernya Johnny Khoe dan trio pelatih Franky Polii-Lodewijk Patawala-Arche Unsulangi.
Ketika Marthy Polii masih bertinju, sejumlah televisi mengangkat tinju pro sebagai salah satu tayangan favorit. Meski selalu ditayangkan menjelang dini hari, tinju tetap disukai.
“Dulu ada Sabuk Emas RCTI, Gelar Tinju Profesional Indosiar, TVRI Round to Round Fight, SCTV Top Boxing. Banyak sekali pertandingan. Setiap minggu penggemar duduk di televisi menyaksikan pertandingan tinju siaran langsung. Sekarang tinggal kenangan,” katanya.
Ditanya apa saja yang dihasilkan dari tinju, Marthy Polii awalnya tertawa sambil mencoba menyembunyikan separuh wajahnya. Setelah ditanya lagi, ia bicara: “Paling cukup buat makan sehari-hari. Saya bersyukur bisa menyekolahkan anak-anak. Itu kebahagiaan saya sebagai orangtua. Hidup lebih tidak mungkin. Paling beli motor, waktu itu.”
Marthy Polii bersama manajernya Jhorgie Khoe atau Johnny Khoe.
TENTANG MARTHY POLII
Nama: Marthy Polii.
Lahir: Manado, Sulawesi Utara, 20 Desember 1981.
Usia: 42 tahun.
Domisili: Jakarta Timur.
Nama istri: Pricilia.
Nama anak: Natanael Polii, Nichael Polii, Cevin Polii.
Pekerjaan: Pelaut dan pelatih tinju. Marty security bagian pengelola bahan peladak atau MIGAS. Marthy harus mengatur waktunya untuk datang ke JK Boxing Camp memberikan kepelatihan.
Prestasi: Juara Indonesia sabuk KTI, sabuk ATI, sabuk KTPI. Bertinju dari kelas terbang mini, 47.627 kilogram, hingga kelas terbang, 50.802 kilogram.
Jalur internasional: Ikut Kejuaraan OPBF dan menembus peringkat dunia 7 WBA.
Pernah mengalahkan: Iwan Key, Juharum Silaban, Heri Amol, La Syukur, Johan Wahyudi, dan masih banyak. (Finon Manullang)