Rondeaktual.com – Suleyman Mikayilov adalah mantan petinju Azerbaijan, pelatih dan anggota Komite Eksekutif AIBA yang berencana untuk membentuk kelompok independen untuk memberantas korupsi dan memastikan bahwa setiap uang yang masuk ke organisasi tersebut dipertanggungjawabkan dengan benar. AIBA harus melunasi utangnya.
Menurut salah seorang kandidat Presiden AIBA, organisasi ini perlu membuktikan bahwa mereka dapat bersatu demi kepentingan petinju untuk menunjukkan bahwa mereka mampu menjalankan tinju Olimpiade.
Seperti diketahui, Komite Olimpiade Internasional (IOC) telah melarang AIBA dari keterlibatan dengan Olimpiade Tokyo, yang sekarang ditunda hingga musim panas mendatang. IOC telah menunjuk tugasnya sendiri untuk bertanggung jawab atas pertandingan kualifikasi dan kompetisi musim panas mendatang. IOC mengambil langkahnya karena alasan keuangan dan tata kelola setelah kepresidenan CK Wu dan Gafur Rakhimov yang bermasalah.
Memburuknya citra AIBA memuncak di Olimpiade Rio 2016 di mana serangkaian kontroversi penilaian disertai dengan tuduhan korupsi.
Masalah ini akan dibahas dalam kongres vistual AIBA pada 12 dan 13 Desember 2020. Mikayilov merupakan salah satu dari tujuh kandidat yang mencalonkan diri sebagai Presiden AIBA, mengatakan bahwa AIBA harus melunasi utangnya dan membebaskan dirinya dari setiap orang yang lebih tertarik untuk mendorong kepentingan mereka sendiri.
KANDIDAT PRESIDEN AIBA
1. Suleyman Mikayilov (Azerbaijan).
2. Boris van der Vorst (Belanda).
3. Mohamed Moustahsane (Maroko), telah menjadi presiden interi AIBA sejak Maret 2019.
4. Anas Al Otalba (Uni Emirat Arab).
5. Umar Kremlev (Rusia).
6. Domingo Solano (Republik Dominika.)
7. Ramie Al-Masri (Jerman).
“Kurangnya transparansi, disiplin dan etika atas isu-isu pemerintahan dan pejabat telah menyebabkan masalah saat ini di AIBA, khususnya masalah keuangan,” kata Mikayilov kepada Boxing Scene.
“Hal pertama adalah mencapai persatuan dan integritas dalam AIBA, mengumpulkan orang-orang yang mencintai dan peduli tentang tinju dan yang tertarik untuk memecahkan masalah. Saya ingin menghilangkan orang-orang yang mendorong kepentingan mereka sendiri daripada kepentingan AIBA. Saya memiliki peta jalan yang jelas tentang cara menyelesaikan masalah ini.”
Di antara komitmen Mikayilov adalah memulai proses pelunasan hutang AIBA pada awal Olimpiade Tokyo musim panas mendatang, berinvestasi di kamp tinju wanita untuk mengatasi ketidaksetaraan, memberikan dukungan kepada negara-negara tinju yang terkena dampak parah oleh virus korona dan untuk mengatasi masalah seputar penjurian.
“Kami akan bisa merestrukturisasi utang AIBA saat ini,” ujarnya. “Para sponsor sangat menyadari situasi ini. Merek mereka tidak akan masuk ke platform IOC dan merek mereka tidak akan diiklankan oleh IOC karena AIBA secara sah ditangguhkan. Mereka tertarik dan yakin untuk mendukung AIBA melalui pengembangannya dan tujuan serta strategi kami adalah untuk mendapatkan kembali hak kami untuk mewakili Olimpiade. Mereka akan bekerja sama untuk membawa AIBA ke poin ini.”
“Kami ingin mulai membayar kembali sebagian dari utang kami pada awal Olimpiade dan kami akan mengamankan pengembalian yang aman ke IOC pada tahun 2024.”
Mikayilov percaya kemunculan Tinju Profesional AIBA selama era Wu adalah tanda bagaimana ada yang salah di AIBA.
“Sebagai mantan petinju, saya mencalonkan diri sebagai presiden. Kecintaan saya pada tinju yang membawa saya ke sini dan membuat saya melamar dan mencalonkan diri untuk posisi itu. Ketika saya berpikir tentang reformasi dan masa depan, saya memikirkannya dari sudut pandang seorang petinju karena saya tahu bagaimana rasanya menjadi petinju.” (finon)